Sebuah Permulaan
Rasanya seperti waktu pertama kali mengenal seseorang yang baru.
Seperti halnya kemarin, tanpa ada perasaan ragu atau pun malu,
untuk memastikan, bahwa diri ini sedang dalam perasaan yang berbunga-bunga.
Rasanya tak mampu untuk mengendalikan bibir ini, yang hampir sepanjang waktu tersenyum simpul tak sadarkan diri.
Sebuah permulaan yang mungkin tak mudah bagi diriku juga dirimu.
Di mana harus menyangkal rasa, namun sebenarnya hati ini ingin segera memilikiya.
Rasanya hampir tak percaya, karena aku harus kembali patah untuk kesekian kalinya.
Begitupun juga dirimu yang harus kembali terluka karena mencintai seseorang, yang sebenarnya hatinya telah dimiliki yang lain.
Apa salahnya sebuah permulaan bagi kita?
Apakah tak boleh jika penantian kita ini memang sudah pada waktunya?
Aku..
Atau pun juga dirimu,
kini telah terlepas dari cinta yang tak sebenarnya.
Haruskah kita berdua tetap menyangkalinya?
Â
Â
Cinta yang Tidak Sebenarnya
Adakalanya terkadang aku berpikir, "Kenapa tidak dipertemukan dengan cinta sejati di awal pertemuan saja?"
Kenapa harus mengulang jatuh dan bangkit lagi hanya untuk bertemu belahan jiwa?
Sebenarnya, tulang rusuk milik siapakah ini?
Apakah dia baik-baik saja, karena sesuatu hilang dari dirinya?
Apakah sampai saat ini dia belum merasakan juga?
Apakah dia adalah laki-laki untuk terakhir kalinya?
yang kukagumi, lalu akhirnya bisa kumiliki,
yang bukan hanya sebuah khayalan tingkat tinggi semata?
Jika sampai saat ini, atau pun kemarin,
baik aku juga dirinya terlunta-lunta karena kebodohan bertahan,
setidaknya, cinta yang tak sebenarnya kemarin itu adalah jawaban,
bahwa hati dan seluruh hidup ini layak tuk dapatkan cinta yang memang sebenarnya.
Meski bila ditanya, "Apakah jawabannya itu benar, Aku?"
atau bagiku, "Kamu kah jawaban itu?"
Semoga "Aku" dan "Kamu" adalah jawaban benar yang dipersatukan dalam ikatan kekekalan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”