Hujan Merindu
Di deras hujan aku menari dalam sepi.
Sepi saat bayangmu menghampiri. Menghampiri sesaat lalu pergi.
Pernah kabut menyapaku,
Seakan bersua berbisik dan berpesan,
Menghempas hadirmu,
Membawamu sangat jauh dariku,
Hilang bersama kabut pekat,
Mendung menghujan merindu.
Mengenangmu
Aku dan kamu pernah menjadi satu.
Menjadi kata menjalin ikatan dalam artian kita.
Begitu banyak pelipur menjadi saksi suka duka.
Kita pernah menuai kisah, menorah pelita, menjalin kisah disetiap jalan kenangan yang kita lalui.
Rona kisah itu masih tetap sama serupa berpijak pada ikatan yang indah.
Tersadar kini semua tinggal kenangan,
Serasa diri tak ingin beranjak dari pembaringan mimpi senja.
Dirimu yang pernah mengisi ruang dan waktu,
Dirimu yang pernah mengisi relung,
Dirimu yang selalu berjalan beriring pada pematang takdir.
Saat ini,
Diri ini hanya mampu mengecup dalam munajat.
Memandang bahagiamu dari ufuk senja kejauhan.
Merangkul dalam sisi teduh hujan merindu.
Merajai Ku mengenangmu.
Di deras hujan menari
Singgahmu menginspirasi.
Seakan temani raga yang sunyi.
Jemarimu menggenggam bersama gemericik tarian hujan, hujan yang sangat merinduimu.
Menari riuh ku dalam kedinginan.
Dalam hujan ku menari…
Dalam hujan ku bernyanyi…
Dalam hujan ku berdoa…
Frasa dalam sajak ku merindu.
Secarik kertas pada pena yang merangkai kata perkata.
Lalu,
Dimanakah engkau kini?
Yang dahulu selalu setia.
Dan aku masih disini,
Menanti,
Menata separuh hati yang engkau bawa pergi.
Engkau menghilang dalam teka – teki.
Dan aku masih disini,
Menari di deras hujan yang sepi.
Ditemani riuh gemericiknya,
Ditemani asa yang tertinggal,
Menyapaku dalam senyum,
Mengabarkan,
Setelah hujan reda…akan nampak pelangi indah itu tersenyum menyapa diri.
Anggun Gerardine/@anggungerardine
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”