#PuisiHipwee Gadis Kecil Penyemat Doa

Kelak, tutur baiknya akan menjadi penyelamat bagi figur terkasih saat dunia sudah tak lagi dalam genggaman


Puisi 1: Gadis Kecil Penyemat Doa


Advertisement

Hai, si manis dengan sejuta tawa

Kini, sudut itu hilang entah ke mana

Berganti dengan raut wajah penuh duka

Advertisement

Ditambah goresan luka yang menganga

Tak pernah sedikitpun kau berkata pada dunia

Advertisement

Yang kau tunjukan hanyalah mata yang berkaca-kaca

Mungkin, sebagian hanya ingin tahu dengan bertanya mengapa

Sementara yang lain, takkan peduli karena bukan urusan dia

Hai, si wajah lugu yang sedang bermuram durja

Sesekali kau teguk segelas susu untuk melepas dahaga

Lalu tertawa terbahak, seakan tak pernah terjadi apa-apa

Ya maklum saja, mungkin ini caramu untuk menghibur diri belaka

Baik, katamu kau tak suka berlama-lama dalam mengungkap segala rasa

Meski nyatanya cukup terbata-bata, namun rupanya kau terus saja berkata

Ibarat tumpukan sampah berhari-hari yang ingin dibuang oleh pemiliknya

Sementara, wajahmu kian pucat, lalu kau tersedu sejadi-jadinya

Tuturmu, kau telah lama mencari figur kasih dari dua orang dewasa

Yang sering mengaku bahwa mereka adalah orang tua

Namun praktiknya kini hanya dalam wujud raga

Tanpa pernah hadir dengan sepenuh jiwa

Hai, si hati murni yang telah lama mendamba cinta

Dalam ketetapan-Nya, kadang kita tidak bisa menuntut apa-apa

Selain memanjangkan sabar dan menguatkan doa dalam dada

Karena kita pun juga manusia yang sering salah dan lupa

Bagi dunia yang tak sempurna dan hanya sementara

Dan ingat, masih ada banyak hal yang dapat disyukuri karena nikmat-Nya tak terhingga

Lalu tanyamu, tapi mengapa di luar sana lebih banyak penyesalan yang tersisa?

Sementara jawabku, sebab waktu takkan pernah datang untuk kedua kalinya

Bagi mereka yang tak pandai menjaga dan cukup lapang dada oleh pemberian-Nya

Yang kelak akan menjadi penyemat doa

Setelah mereka lepas dari dunia


Puisi 2: Di Kediamanmu yang Membisu


Raga ini sering terpaku

Menjelang hari setelah Sabtu

Tatkala ingatan itu begitu jelas dalam benakku

Saat membersamai tubuhnya yang kian pucat dan kaku

Kadang, untuk berucap saja rasanya lidahku kelu

Apalagi untuk mengenang sesuatu yang membuat hati mudah pilu?

Mungkin, di satu sisi rasanya begitu sendu

Sementara di sisi lain, bisa jadi terasa candu

Sebab, saat bersamanya pun aku tak pernah jemu

Melewati berbagai tantangan hidup yang penuh liku

Sementara kini, yang tersisa hanyalah debu

Lalu, jika aku harus beradu dengan waktu

Bagaimana mungkin? Merayunya saja aku tak mampu

Apalagi harus memintanya untuk berpihak pada diri ini yang tak tahu malu?

Memang, kadang kadar cemburunya itu tak tahu suhu

Namun tuturnya selalu menenangkan dan menghempas ragu

Di saat orang-orang bergeming tak mau tahu

Untuk diri ini yang sering dianggap hanya angin lalu

Hai, jiwa yang di dalamnya pernah mengalir air susu

Betapapun keluhmu, kasihmu tak pernah layu

Meski kini, hadirmu hanya tinggal bayang semu

Sampai jumpa lagi di hari Minggu

Di kediamanmu, yang masih sunyi dan membisu

oleh Eva Rosana (ig: @evrosana)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Music & writing enthusiast