Era Liberalis
Sekali-kali aku ingin menulis
Cerita hidup di era liberalis
Yang (katanya) begitu bengis
Hingga tak kenal senyum manis
Kita tahu, sejatinya kata hati lebih memilih kisah romantis
Namun, kenyataan hidup lebih berpihak pada isak tangis
Yang kapan saja bisa membuat diri jadi pesimis
Lalu menjulukinya sebagai pemilik “mental pengemis”
Membuat Didih
Jangan merasa punya hak pilih
Hanya karena sering merasa ditindih
Kemudian bebas membuat didih
Lalu, apa untungnya jika hanya menyisakan pedih?
Kita tahu, kita ini sama-sama dari benih
Yang diciptakan dengan penuh suara lirih
Kemudian dikandung lalu dikeluarkan dengan perih
Lalu, bagian diri manakah yang dirasa paling jernih?
Eva Rosana (IG/Twitter: @evrosana)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”