Puisi 1 : Di Surau Itu
Anak-anak kecil berlarian
Memanggil-manggil gurunya yang
Daratkan pelukan demi pelukan
Sahut berebut antara tanya dan cerita
Â
Di surau itu, ketika langit semburat orange
dan burung-burung gereja menari atas atapnya
Anak-anak kecil duduk rapi
Sedang seorang guru tua berjubah putih bersila dengan hikmat
Ceritakan kisah para nabi diikuti
Gayanya yang jenaka
Hingga anak-anak itu hanyut oleh keindahanNya
Â
Di surau itu,
Gurauan-gurauan seketika hilang
Dan menjelma jadi suara indah yang
Mengeja-eja HijaiyahMu lalu
Lantunkan asmaul husna yang
Diserukan saban hari
Hingga bergetar seluruh aku
Â
Di surau itu
Pada kaki-Mu kusimpuhkan ampun
Dan kubenamkan angkuhku
Aku masih kurcaci yang
Penuh harap belas kasihMu
Riana Anjarsari
Â
Puisi 2:Â Puasa DiamÂ
kau aku petapa
Yang harap rembulan singgah terangi hati
Lantaran hari-hari sunyi ditelan pandemi
Meski jalanan ramai di hujani keringat
Buruh-buruh dan pekerja harian
yang cemaskan anak istri kelaparan
Sedang para elit pontang-panting cari solusi
Lantaran negerinya teriak-teriak kesakitan
Â
Di meja ini aku melamun
Tiap-tiap media online sibuk bicara pandemi
Sedang hati tergugah sadari diri
Kau aku yang selama ini sibuk hujat pemimpin
Lantaran gagal tunaikan hukum keadilan
Tetapi, kau aku hanya manusia kerdil yang
Antara tak mau diam diri atau pura-pura tuli
Tersebab di sini berbagai penghuni kecil sepertiku
Haruskan bekerja agar tak mati sia-sia ditertawakan nasib
Dan sekali lagi ini adalah takdir
Â
Lalu, kembali kucoba resapi setiap nada diamku
Segala hening, seluruh ibadah khusyuk di pangkuan Tuhan
Benamkan sujud dengan khitmat
Dan segala aku terpaut pada padaNya
Dalam puasa diam aku nikmat mendekap semesta kasihNya
Riana Anjarsari
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”