Dekat Tak Terikat
Nara,
Lisanku tak pandai ungkapkan rasa
Yang kutahu, hatiku memujamu tanpa kenapa
Dan menyukaimu tanpa tetapi
Akal sehatku enggan mengaku
Sementara nurani seolah berseru: mencintai sahabatmu, apakah itu tabu?!
Bagaimana bisa kudamba hadirmu maya dan nyata?
Menyambangi layar ponselku saat malam dan terus di sebelahku pada jam kuliah?
Atau tak pernah beranjak dari boncengan motorku sepulang kita habiskan sore bersama
Ajari aku bagaimana,
Tangan kita dapat saling bertaut tanpa ada perasaan tersangkut, atau hati yang melagu dag dig dug
Beritahu rasanya,
Kau dapat menatap ke dalam mataku selagi kita berhadapan, tanpa mengacuhkan hasrat ‘tuk menarikku dalam dekapan
Katakan yang sebenarnya,
Tidakkah jantungmu berdesir saat kupetik gitar dan menyanyi di depanmu?
Akuilah wajahmu memerah bukan karena hawa tiba-tiba panas seperti yang kau tutur, melainkan karena kulantunkan ‘ada pelangi di bola matamu’
Bagaimana kau melakukannya?
Menangis di bahuku
Menggenggam tanganku saat takut
Mengaku rindu bila tak bertemu
Aku belum selesai, bagaimana kau melakukannya?
Maksudku, bersamaku tanpa benih-benih cinta tumbuh dalam dadamu
Dan Nara,
Hatiku memujamu tanpa kenapa
Dan menyukaimu tanpa tetapi
Maaf, ralat—biar kuulangi
Hatiku memujamu tanpa kenapa
Dan menyukaimu dengan tetapi
Ya, tetapi kita hanya bersahabat baik
By: Nur Amalina W
Damba Tak Terjamah
Aku Nara, dan kau Randi
Kata mereka kita pasangan serasi
Binar matamu penuh harap, aku mendelik bergumam ‘jangan harap’
Hatiku enggan mengaku,
Sementara egoku seolah berseru: sahabat jadi cinta, apakah itu salah?!
Diam-diam kunikmati gelak tawamu di ujung percakapan
Betapa ragaku ingin menggapaimu dalam pelukan
Jantungku bertalu saat kita bersentuhan
Terlebih kau tatap aku dengan memabukkan
Sudah lama kutahu kau juga menyimpan perasaan
Dear Randi—si bodoh yang tak pernah dewasa
Bukan status yang menghalangi kita saling menjamah
Atau diam yang bermakna seribu pertanyaan
Kita adalah jauh yang seolah dekat
Saling merindu dan tenggelam dalam siksa
Di balik dinding pembatas tak tergoyah
Mengapa kita harus mencoba, jika sudah tahu buruk akhirnya?
Menjadikanmu yang tercinta, tak berarti aku harus
bersamamu pada akhirnya
Bahagia tak tergapai, luka abadi yang 'kan dituai
Biarlah Tuhan menjadi saksi kisah ini
Tentang aku, yang takkan pernah menjadi makmum shalatmu
Sebagaimana kau, takkan bisa habiskan Minggu bersamaku di gereja
By: Nur Amalina W
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”