Pelajaran Hidup Berharga Saat Usia Menginjak 20 Tahun. Perihal Memaafkan yang Butuh Proses

Kini aku berusia 20 tahun. Di umurku yang ke-19 tahun aku benar-benar merasakan titik yang sangat rendah, sangat terpuruk, sangat hancur, ujian bertubi-tubi, akan tetapi di sela-sela tangis aku harus tetap berjuang.

Advertisement

Waktu itu aku sampai menulis sajak berjudul Aku dari penulis legendaris kita Chairil Anwar, menuliskannya besar di dinding kamarku.

Sajak favoritku adalah ketika beliau mengatakan luka yang bisa kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih perih. Saat itu aku tidak peduli, sebagaimana besarnya luka yang kudapat dari orang-orang, aku harus tetap merajang, menerjang, hidupku adalah sebuah perjuangan yang hebat.

Dari titik terendah hingga bangkit, aku berjuang keras memperbaiki diriku di usia itu. Menjelang usia 20 lukaku sudah tak seburuk kemarin, beberapa ilmu sudah kukantongi, tentang kesehatan mental, tentang filosofi, tentang segalanya, aku pun menemukan berbagai banyak pengalaman dan pembelajaran hidup yang sangat luar biasa.

Advertisement

Salah satunya yang kudapat adalah ketika aku kini sudah berada di usia 20 tahun, aku sudah bisa menerima apa yang terjadi kepada diriku, entah pada masa lalu, ataupun pada masa sekarang. Juga apa pun yang terjadi pada masa depan aku sudah tidak begitu cemas seperti dahulu. Aaku yakin semua akan baik-baik saja karena Tuhan selalu di sampingku untuk membelaku.


Lantas apa yang aku benar-benar pahami di usia 20 ini?


Advertisement

Jawabannya adalah memaafkan. Kalau bicara tentang memaafkan, dari kecil aku sudah sering mendengarnya, akan tetapi aku baru bisa benar-benar mengerti hal itu sekarang karena ternyata memaafkan tidak semudah berkata ya. Aku memaafkanmu, akan tetapi lebih besar daripada itu. 

Jika dibahas tentang kesulitannya, yang paling sulit adalah menerima ketidaksempurnaan diri, memaafkan kekurangan dan kesalahan diri sendiri. Akan tetapi, Tuhan memang sudah mempersiapkan segalanya. Tuhan memberikanku kemampuan memaafkan di usiaku yang ke-20 ini.

Dimulai dengan memaafkan segala apa yang ada di hidupku, akan aku temukan lagi jati diri yang sempat terkikis oleh berbagai ekspektasi ini. Aku akan mengukir setiap langkah hidupku dengan kembali belajar, berusaha, bekerja keras untuk mencapai masa depan dan menuju kepada tujuan hidup yang memang aku ingini.

Apa pun yang akan terjadi ke depannya biarlah terjadi. Aku akan berusaha melangkah dengan cara yang terbaik yang aku bisa. Aku akan memaafkan segala apa yang terjadi nantinya sehingga aku tidak akan mudah menyerah serta tidak pernah mengutuk diri ini lagi.

Terima kasih Tuhan, Kau benar-benar memberikan kado terindah untukku. Seni memaafkan ini adalah kado yang sangat mengesankan untuk hamba-Mu. Sekarang, aku bisa berkata kepada bagian dari diriku sendiri yang kerap kali membuatku salah arah, yakni egoku. 


Ya , aku bisa mengatakan kepadanya bahwa maaf ego, kamu kalah kali ini.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

if one day i was gone, and then u miss me, just read my writing, cause i was in there.