Hi, Deadliners! Kerjaan minggu lalu udah selesaikan? Deadline bentar lagi loh!
Rasanya kata deadline sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Kata deadline berasal dari bahasa inggris yang berarti tenggat waktu atau batas akhir. Menunda-nunda pekerjaan sudah menjadi hobi bagi semua orang dengan alasan akan lebih produktif menghasilkan ide saat mepet deadline.
Dalam psikologi, perilaku menunda-nunda ini dikenal dengan istilah prokrastinasi. Brown & Holzman (1967) mengatakan bahwa prokrastinasi merupakan kecenderungan seseorang untuk menunda atau tidak segera memulai suatu pekerjaan dengan sengaja. Â
Ternyata pelaku-pelaku prokrastinasi sudah muncul sejak zaman Mesir dan Yunani Kuno. Perilaku menunda-nunda yang berakhir dengan menyebabkan banyak kegagalan pun banyak dikecam di zaman itu.
Praktik prokrastinasi umumnya terjadi di lingkup akademik. Burka dan Yuen memperkirakan sebanyak 90% mahasiswa melakukan prokrastinasi. Banyak peneliti juga memperkirakan bahwa 46%-95% dari mahasiswa secara tetap melakukan prokrastinasi pada tugas perkuliahannya.
Sebenarnya, apa penyebab dibalik seseorang melakukan prokrastinasi?
Berbagai penelitian terbaru menemukan bahwa prokrastinasi dikarenakan oleh perasaan takut gagal kerena standar yang terlalu tinggi, efikasi diri dan regulasi diri yang rendah, kurangnya manajemen waktu, ketidaksukaan terhadap tugas, atau rasa malas yang tinggi.
Faktor eksternal seperti banyaknya tugas serta kemampuan diri yang diragukan oleh orang lain juga bisa menjadi penyebab terjadinya prokrastinasi.
Prokrastinasi cenderung memiliki dampak negatif. Banyaknya tugas dan sedikitnya waktu yang dimiliki akan mengganggu kesehatan mental. Muncul sebuah tekanan yang mengakibatkan tugas tidak maksimal hingga keterlambatan pengumpulan tugas.
Tapi, bagi sebagian orang, cara ini merupakan cara yang efektif  dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Budi misalnya, seorang seniman yang butuh kreatifitas tinggi dalam bekerja. Bagi Budi sebuah ide yang kreatif dan unik adalah sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Sehingga, Budi biasanya memilih untuk menunda pekerjaannya sampai menemukan ide yang bagus.
Tidak ada yang tahu kapan ide-ide itu akan muncul. Hingga suatu saat HP-nya berbunyi, muncul stiker alarm di bar notifikasi bertuliskan H-1 deadline berakhir. Budi panik melihat itu dan ia buru-buru mengerjakannya.
Untungnya, ide mulai bermunculan dan Budi pun akhirnya berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kasus-kasus seperti ini, juga banyak terjadi dalam keseharian kita.
Seorang yang menunda-nunda bisa saja terlena hingga deadline tiba-tiba muncul di depan mata. Menghadapi mepetnya deadline pasti akan membuat orang panik, hingga stres. Menariknya, di menit-menit kritis inilah Budi berhasil mengubah stres menjadi ide kreatif.
Stres sebenarnya dapat berdampak positif. Jumlah stres yang diterima dan kemampuan mengatasinya sangat menentukan akibat yang akan ditimbulkan. Jika jumlah stres yang masuk sangat banyak sedangkan kemampuan mengatasi stres sedikit, maka berdampak negatif. Namun, jika sumber stres sebanding dengan kemampuannya, maka stres dapat berdampak positif.
Secara ilmiah dijelaskan bahwa beberapa sistem memori pada otak manusia akan berfungsi karena adanya stres. Pada orang yang mengalami stres, sistem pusat saraf yang ada di otak dapat menggeser sistem yang bertugas penyimpan memori untuk membantu kinerja otak. Sehingga kemampuan sistem-sistem yang ada di otak bisa bekerja optimal.
Dari kasus Budi tadi, Budi termasuk orang yang pandai dalam mengelola stres dan emosinya. Budi membiarkan dirinya menerima stres dan menjadikannya pecut untuk menggali ide-ide kreatif. Dan simsalabim, dalam waktu 24 jam tugas selesai dengan baik.
Untuk kamu yang sudah terlanjur tercebur, belajarlah untuk mengelola stres dan manfaatkan untuk menggali ide-ide kreatif. Jangan biarkan stres menguasai diri sampai menenggelamkanmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”