Ketika kita telah masuk pada rentang usia 20an, terkadang kita akan dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang mungkin sedikit mengganggu fokus. Semisal, jika kita masih dalam jenjang kuliah strata 1 pasti akan mendapat lontaran pertanyaan, kapan lulus? Tak sampai di situ, lontaran pertanyaan terus mengintai bahkan ketika sudah lulus, seperti kapan mulai kerja? Kapan nikah? Kapan punya anak? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menjadi beban bagi diri kita. Mungkin itu adalah hal yang wajar, karena seseorang hanya ingin mengetahui kondisi kita saat ini. Jadi, hal semacam itu sudah menjadi alur hidup yang akan ditemui oleh setiap orang.
Namun, perkara quarter life crisis tentu tak mudah bagi seseorang. Beralih dari pertanyaan-pertanyaan dari lingkungan yang sering membuat deg-degan dan tak jarang membuat stress. Ternyata faktor internal dalam diri sendiri juga berpengaruh terhadap keraguan pada keputusan yang akan kita ambil. Seperti halnya dalam menetapkan keputusan untuk bekerja, melanjutkan studi, ataupun membangun bahtera rumah tangga.
Dalam hati, kita berniat untuk fokus bekerja terlebih dahulu, namun diri berkata jika tak mempunya skill yang memadai sehingga sulit untuk menembus dunia kerja. Terlebih, jika kita hanya mengincar dunia kerja kantor yang profesional, tentu akan sangat sulit jika kita belum ada pengalaman. Hingga muncul dalam benak, kita berkeinginan untuk lanjut studi. Namun di lain sisi kita berpikir ulang, jika lanjut studi itu melalui jalur beasiswa, it's oke lah ya. Tapi, jika ternyata kita tak mendapat beasiswa itu? Tentu kita akan malu jika harus meminta bantuan lagi kepada orangtua, mengingat kita sudah bukan anak-anak lagi, melainkan seseorang dewasa yang tengah mengembara di dunia yang sesungguhnya.
And next, lalu bagaimana mengenai pertanyaan tentang menikah? Tak jarang bagi orang yang menempuh pendidikan tinggi terutama bagi perempuan, sering dianggap sebagai perawan tua karena tak kunjung menikah. Hal ini karena stigma masyarakat tentang perempuan yang masih sangat kolot, seperti pandangan mengenai perempuan tak usah berpendidikan tinggi karena pada akhirnya juga mengemban karir 3M (Masak, Macak, Manak). Padahal menjadi perempuan tak semudah itu, tentu seorang perempuan juga harus memiliki bekal ilmu untuk mendidik anaknya nanti. Di lain sisi, datang pula hantaman dari orangtua, yang mungkin mengharap kita segera menikah? Hmm padahal kita sendiri sebenarnya belum siap, atau bahkan belum ada calonnya.
Lalu, bagaimana kita harus menanggapi gejolak kebimbangan pada seperempat abad usia atau quarter life crisis?
1. Kenali diri sendiri
Kenali dirimu sendiri agar bisa lebih percaya pada diri sendiri. Agar tak bimbang menentukan arah hidup pada usia 20an, coba lebih memahami karakter dan sifat diri, agar bisa menemukan kecocokan pada sesuatu yang akan dipilih. Dengan lebih memahami diri sendiri, tentunya kita tidak akan salah dalam mengambil keputusan terbaik untuk hidup ini.
2. Kembali pada visi hidup/life plan
Ingat-ingat ulang, sebenarnya tujuan atau visi atau planning hidup kita itu apa saja sih? Jika kita memiliki suatu tujuan yang hendak dicapai, apakah tujuan itu sudah tercapai ketika kita berada di masa krisis quarter life? Jika belum, mari perjuangkan visi atau plan itu. Karena jika visi kita sudah tercapai, mungkin tak ada lagi keraguan dalam diri untuk memilih jalan hidup yang baik. Jika dalam life plan kita ingin menikah cepat, pastikan jika kita sudah siap secara mental, ilmu, maupun materi. Dan jangan lupa, pastikan sudah memiliki calon ya.
3. Kembangkan skill
Pengembangan keterampilan sangatlah penting bagi setiap orang, karena itu sangatlah bersifat unik. Skill setiap orang berbeda-beda, jadi setiap kita barus paham dan bisa mengembangkan skill yang kita punya. Untuk apa? Agar kita lebih mudah dalam menentukan jalan hidup yang kita pilih. Misal, kita tak harus bekerja pada suatu perusahaan yang bahkan kita tak memiliki minat ataupun keterampilan dalam bidang itu. Tapi, kita bisa membuat usaha mandiri dengan memanfaatkan keterampilan kita sendiri. Selain kita bisa menjadi boss nya, kita juga merasa puas jika skill yang kita miliki bisa bermanfaat untuk orang lain. Jadi, asah terus skill kita. Jangan sampai skill itu hilang hanya karena tak pernah dikembangkan.
4. Carilah pengalaman
Di masa quarter life crisis, menambah wawasan dan pengalaman itu sangatlah penting. Semisal menambah pengalaman kerja yang bisa sekaligus sebagai upaya pengambangan skill. Dengan menambah wawasan dalam dunia kerja, kita bisa tahu prospek dunia kerja di masa sekarang.
5. Perbaikan diri
Pastikan kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Hidup memang tak selamanya baik, tapi pastikan kita terus menjadi baik tatkala dunia tengah membenci kita.
Beberapa hal di atas dapat menjadi opsi bagi kita yang tengah bimbang menghadapi usia-usia krisis. Kita berhak menentukan arah hidup kita sendiri dengan membuktikan bahwa jalan yang kita ambil itu benar, hanya saja perlu proses. Kita hanya perlu memantapkan diri terhadap sesuatu yang akan kita pilih. Tetaplah semangat menjalani hidup, semangat pula untuk terus berproses.
Hidup itu ibarat lomba tahan nafas di air, yaitu bukan tentang siapa yang lebih cepat muncul di permukaan, melainkan yang tetap bertahan walaupun sebenarnya menyesakkan. And then, bukan tentang siapa yang lebih cepat sampai di finish, melainkan yang terus memanfaatkan suatu proses menjadi sebuah kebaikan yang penuh kekonsistenan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”