Mungkin masih ada orang tua yang mengeluh karena sifat anaknya yang cenderung tidak mau mendengar nasihat orang tua. Dalam kehidupan antara anak dan orang tua, tentu terjalin sebuah komunikasi yang sifatnya intens. Karena anak dan orang tua pasti bertemu setiap hari. (kecuali jam kerja diluar rumah atau tempat tinggal anak dan orang tuanya terpisah karena sekolah jauh). Hal ini tentu membuat anak dan orang tua saling mengenal sifat dan karakter masing-masing, mengenali cara berpakaian, cara berbicara, kebiasaan dirumah seperti apa, dan hal lain yang sifatnya intens dan berbeda dengan hubungan-hubungan yang lain.
Menurut psikologi, dalam kehidupan manusia kita akan mengalami kegiatan belajar secara terus menerus. Belajar ini merupakan sesuatu yang secara otomatis menjadi hal yang melekat dalam kehidupan manusia, dari manusia lahir sampai ia meninggal. Dalam kehidupan keluarga, antara orang tua dan anak juga mengalami yang namanya belajar. Orang tua mengajarkan anak sejak kecil untuk mulai berbicara, berdiri, hingga berjalan. Lama kelamaan, orang tua akan memahami kepribadian anak sembari tetap memantau dan membimbing masa perkembang anak hingga dewasa. Memahami kepribadian artinya memahami tentang siapa aku, diri, self, atau manusia seutuhnya. Maka itu kepribadian seseorang anak dianggap penting sebagai tolak ukur keberhasilan orang tua mendidiknya.
Para ahli kepribadian meyakini bahwa kepribadian seseorang dapat terlihat dari perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana ia menanggapi suatu hal, dan perilakunya terhadap kehidupan bermasyarakat. Begitulah kepribadian seorang anak, jika kita melihat seorang anak dengan perilakunya dalam satu situasi tertentu, hal itu adalah bawaan dari cara orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya. Namun, ketika melihat seorang anak dengan kepribadian yang tidak baik, kita tidak bisa langsung menjudge didikan orang tuanya “pasti tidak becus mengurus anaknya”, tetapi kita juga harus bisa melihat dari dua sudut pandang, apakah memang dari orang tua yang menggunakan cara kurang tepat dalam mendidik dan mengajar anak, atau justru anaknya sendiri yang memang sulit untuk diatur.
Hal ini erat kaitannya dengan komunikasi. Secara objektif, suatu hubungan dapat terjalin dengan baik dan bertahan dikarenakan adanya komunikasi yang baik pula. Jika orang tua dan anak menjalin komunikasi yang baik setiap hari seperti adanya keterbukaan, saling mendukung, saling berdiskusi, dan melakukan komunikasi dengan lancar maka akan membuat hubungan dan dampaknya diluar lingkup keluarga juga akan terlihat baik.
Sebelumnya para orang tua harus paham tentang 3 peran orang tua/keluarga dalam kehidupan seorang anak:
Ayah sebagai suami dari istri dan Ayah bagi anak-anaknya. Tugas utamanya ialah menjadi tulang punggung keluarga, menjadi kepala keluarga, sebagai sosok pelindung dan pemberi rasa aman. Ibu sebagai istri dari ayah dan Ibu bagi anak-anaknya. Tugas seorang ibu ialah sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, dan juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga. Memberikan rasa aman, nyaman, dilindungi, dan selalu menjadi wadah bagi anak-anaknya untuk bertukar pikiran, berkeluh kesah, dan menjadi support system utama bagi anak.
Dewasa ini, kepribadian anak menjadi hal yang mendasar bagi orang tua untuk mengukur seberapa berhasilkan ia mendidik dan mengasuh anaknya. Cenderung orang tua khawatir tentang bagaimana nasib anaknya di masa yang depan akan seperti apa, bagaimana bila anaknya tinggal jauh dari padanya, bagaimana anaknya bergaul dengan orang banyak, dan selalu timbul pertanyaan khawatir yang justru menjadikan orang tua terkadang memilih bersikap overprotective kepada anaknya,sehingga lebih memilih mengekang dan banyak membatasi anak untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang dunia luar.
Membuat anak tersebut cenderung bersikap keras kepala, melawan, bersikap masa bodoh, dan masih banyak hal yang menunjuka kepribadian anak itu tidak baik. Apa para orang tua akan tetap menyalahkan anaknya dengan alasan tidak mendengar nasihat orang tua? Sebaiknya para orang tua juga lebih baik mengevaluasi diri, menengok kebelakang, apakah cara mendidik dan mengasuh anak yang diterapkan selama ini sudah baik untuk anaknya? Atau justru membuat anaknya menjadi takut dan tertekan?
Para orang tua terlebih dahulu harus paham mengenai gaya kelekatan dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Apa itu gaya kelekatan? Gaya kelekatan adalah satu istilah berkomunikasi antara orang tua/pengasuh kepada anaknya. Gaya kelekatan (attachment styles) merupakan pola asuh yang diterapkan dalam mendidik dan mengasuh anak untuk mengenali diri sendiri dan lingkungan sekitarnya dan sekaligus belajar untuk melakukan pendekatan pada lingkungannya. Para orang tua/pengasuh mendidik anak dengan berlandaskan pandangan orang tua terhadap anak, pandangan terhadap orang lain, dan pandangan orang tua terhadap hubungan sosial. 4 gaya kelekatan yang harus diketahui orang tua, kamu yang mana?
1. Gaya Kelekatan Aman (secure attachment style)
Orang tua dalam hal ini sungguh mampu berkomunikasi penuh dengan cinta dan rasa sayang dalam mendidik anak, menghargai setiap usaha dan pencapaian anak, sehingga menciptakan kepribadian anak yang mudah beradaptasi, leluasa berinteraksi dengan siapapun, dan merasa dirinya dihargai. Hal ini menunjukan bahwa ia merasa berada dilingkungan yang positif.
2. Gaya Kelekatan Takut (fearful attachment style)
Cenderung tidak mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga menghasilkan cara mendidik dan mengasuh yang negatif. Seperti penuh penolakan bahkan menggunakan kekerasan fisik. Inilah yang dapat membuat kepribadian anak menjadi bungkam terhadap masalahnya, takut untuk menceritakan masalah yang dihadapi, dan merasa dirinya tidak pantas untuk mendapatnya kasih sayang. Hal ini dapat membuat seorang anak mempunyai sikap tertutup, pasif, dan sering kali menyepelekan hal apapun dalam urusan keluarga.
3. Gaya Kelekatan Meremehkan (dissmissive attachment style)
Lebih kepada sikap orang tua mendidik anak dengan cuek dan cenderung tidak perduli dengan apapun mengenai anaknya. Inilah yang justru membentuk kepribadian anak yang tidak perduli dengan dunia sekitar, tidak menghargai keberadaan orang lain dan hanya menghargai dirinya sendiri, bahkan cenderung meremehkan orang lain juga.
4. Gaya Kelekatan Cemas/Ambivalen (anxious/ambivalent attachment style)
Ini adalah gaya kelekatan yang tidak konsisten. Karena orang tua/pengasuh bisa saja memberikan perhatian dan kasih sayang, namun bisa juga mendidik dengan kekerasan di waktu tertentu. Pada gaya ini, seorang anak hanya bisa merasa bahwa apapun yang dilakukan orang tua/pengasuh adalah hal baik dan benar. Namun jika sudah dewasa, kepribadiannya memahami hubungan interpersonal adalah sesuatu yang tidak pasti. Karena ada kalanya ia merasa dicintai dan diperhatikan, namun ada kalanya ia merasa ditolak, dijauhi, dan manyadari bahwa orang lain dapat menyakitinya.
Untuk para orang tua, anda selama ini menerapkan yang mana?
Source
Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.
Alwisol. T (2018). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhhamadiyah Malang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”