Katamu bukan fisik yang menarik perhatianmu. Bukan pula harta yang membuatmu ingin memilikinya. Katamu kau ingin mencari yang menerimamu apa adanya, yang tulus menemanimu. Kata-kata itu selalu kau dengungkan lewat media sosialmu maupun di telingaku. Namun, kenyataannya sangat jauh dari itu.
Aku menerimamu dengan sepenuh hati bukan karena paras dan materi yang kau punya. Aku menjatuhkan hatiku seluruhnya untukmu tanpa ada pamrih sedikit pun. Aku selalu menemani hari-harimu. Di kala duniamu sedang sendu, aku yang mengembalikan ceriamu. Di kala langitmu cerah, aku pun ikut ceria. Di saat kesulitan menghantammu, aku selalu berusaha membawamu keluar dari kesulitan itu. Aku ingin kau selalu baik-baik saja. Aku ingin kau hidup lebih baik saat bersamaku.
Tapi nyatanya, semua itu tak pernah berarti untukmu. Aku selalu kau tiadakan. Yang kulakukan untukmu tak pernah kau rasa cukup. Kau menganggapku perempuan yang tak bisa apa-apa, tak bisa diandalkan. Kau anggap aku perempuan yang tak pandai berhias, tak mampu membereskan rumah, dan tak mengerti cara berlaku baik kepada pasangan.
Kau pun lebih mempercayainya. Seorang perempuan yang hadir di antara kita. Seorang perempuan dengan riasan wajah yang cukup tebal. Pendidikannya tinggi, tidak seperti aku. Kukatakan ia hanya ingin merusak. Namun, kau tak pedulikan itu dan pergi meninggalkan aku. Entah bagaimana hancurnya aku saat itu. Menangis sesak adalah satu-satunya yang bisa aku lakukan. Terpaksa aku melepaskanmu.
Kini, aku sudah merasa lega dan lebih tenang. Hidupku mulai tertata kembali, satu per satu impianku tercapai. Aku berhasil menyembuhkan lukaku sendiri tanpa orang lain. Melihatmu bersama orang lain tak ada lagi dendam. Saat teringat namamu aku sudah biasa saja. Aku telah benar-benar melepas dan mengikhlaskanmu. Bahagialah di sana, karena aku pun sangat bahagia di sini.
Sayang, di saat aku merasa semua telah pulih kau kembali menghubungiku. Kau mengemis kata maaf dariku. Kau bilang, kau menyesal atas apa yang telah terjadi pada hubungan kita. Kau ingin kembali seperti dulu. Katamu, tak ada yang mencintaimu seperti aku. Hanya aku yang bisa tulus menerima keadaanmu. Bohong, kataku dalam hati.
Dulu aku tak pernah kau anggap ada. Hadirku tak pernah kau hargai. Bersamamu aku hanya kau sia-siakan. Kini kau memohon maaf dan meminta aku tuk kembali. Maaf, aku tidak akan pernah memberi kesempatan kedua. Dengan kamu mencintai wanita lain, itu artinya kau menyuruhku pergi, kau tak menginginkan aku lagi. Jadi, untuk apa aku menerimamu kembali?
Nikmati saja rasa penyesalanmu itu. Untuk maaf, tenang saja, aku telah lama memaafkanmu. Bahkan sebelum kata maaf itu terucap dari mulutmu. Bagiku kau hanya lembaran kisah yang telah lalu, telah tertutup halamannya dan terlampaui jauh. Jadi tak akan mungkin aku berjalan mundur hanya untuk orang yang tak tahu caranya menghargai. Anggap saja hadirku dulu hanya untuk mengganggu hari-harimu. Kini aku akan melanjutkan hidupku sendiri tanpa kamu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”