Bukannya Aku Tidak Ingin Punya Anak Kedua, tapi Pertimbangan Ini yang Membuatku Menundanya

pertimbangan menunda anak kedua

Saya sudah lupa bagaimana rasanya takjub ketika tahu bahwa saya telah mengandung pasca satu bulan menikah. Tapi saya tidak pernah lupa bagaimana rasa perihnya jahitan pasca melahirkan. Dan sejujurnya, proses panjang untuk melahirkan anak saya itu cukup membuat saya trauma. Ya, saya trauma dengan melahirkan. Oleh karena itu saya memutuskan untuk menunda untuk punya anak kedua walaupun menurut orang, anak pertama saya sudah pantas untuk memiliki adik.

Advertisement

Ya, itu menurut orang yang selalu dengan mudahnya berbicara tanpa melihat kondisi yang telah saya lewati ketika melahirkan anak pertama. Yang menurut orang sepele, tapi tidak bagi saya yang masih terbayang saat tangan disuntik untuk dipasang infus, yang merasakan betapa repotnya menggunakan kateter dan tubuh yang rasanya remuk redam. Hal itu membuat saya trauma karena baru pertama kali saya merasakannya.

Ada yang baru beberapa bulan kelahiran anak pertama, sudah dihadiahi kembali dengan kehamilan anak kedua. Tak apa, Tuhan melihatmu mampu. Ada yang memang sengaja tidak memakai alat kontrasepsi, berharap memiliki banyak anak karena berpikir ‘mumpung masih muda, masih banyak tenaga, masih kuat mengurus anak.’ Tak masalah, selagi raga sehat dan emosional stabil.

Saya tidak sedang menghakimi para ibu yang berniat memiliki banyak anak. Namun, saya ingin menuliskan perspektif lain yang bisa jadi tidak semua orang setuju dengan perspektif saya ini.

Advertisement

Ketika kau memutuskan untuk memiliki anak, kau harus siap dengan segala konsekuensi yang akan kau hadapi. Kau harus siap dengan rasa mual yang melelahkan ketika mengandungnya. Kau harus siap dengan rasa sakit yang sangat ketika melahirkannya. Kau harus siap dengan rasa kantuk yang berat ketika menyusuinya di tengah malam. 

Kau harus siap ketika anakmu rewel karena sakit. Kau harus siap terbangun di tengah malam di antara mimpi indahmu ketika tiba-tiba anakmu demam tinggi. Kau harus siap membersihkan kotorannya meskipun pada saat yang sama kau sedang makan.

Advertisement

Beranjak anakmu berusia 1 atau 2 tahun, kau harus siap ketika ia sudah mulai bisa membuat rumah berantakan. Kau harus siap membersihkan makanan atau minuman yang ditumpahkannya setiap waktu. Kau harus siap ketika ia jatuh karena ia sudah mulai bisa naik ke atas meja. Kau harus siap rumahmu berisik karena ocehannya.

Dan kau harus siap dengan semua itu, ketika masih banyak mimpi yang ingin kamu raih…

Tak apa Bunda, jika kau menunda sementara keinginan orang tua atau mertuamu yang menginginkan lagi cucu demi bisa melanjutkan mimpi kuliah S2-mu. Tak apa, Bunda, jika sementara waktu ini kau menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan demi keinginanmu untuk menjadi wanita karir. Tak apa, Bunda, jika kau masih ingin punya anak satu saja, berleha-leha menikmati hidup dengan tenang, travelling, membaca buku, menekuni hobimu demi warasnya jiwa dan ragamu.

Hidup memang tak pernah menunggu kita untuk siap. Namun, mempersiapkan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan diri masing-masing itu adalah suatu kewajiban. Termasuk sesuatu yang Tuhan berikan tanpa aba-aba. Hidup memang tak pernah bertanya ‘Apakah kau siap?’ Tetapi kita bisa memilih kapan kita siap untuk memiliki sesuatu, termasuk anak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Masih berusaha untuk menulis ditengah kesibukan mengurus anak

Editor

une femme libre