Kamu tahu bagaimana rasanya ketika usiamu beranjak di angka yang menurut orang Indonesia pada umumnya adalah usia yang sudah siap dan pantas untuk menikah? Ketika itu yang kamu dengar hanyalah kabar tentang pernikahan dan kelahiran anak dari teman-teman sebayamu. Bahkan adik-adik kelasmu atau saudara sepupu sebayamu atau juga adik sepupumu juga telah mengakhiri masa lajang mereka.
Ketika pesan datang dari grup Whatsapp yang berisi undangan pernikahan. Ketika yang kau lihat di beranda sosial mediamu adalah foto-foto dengan latar belakang pantai dan pasangan yang terlihat berbahagia berlarian di tengah ombak, foto-foto pasangan mesra yang sedang menunjuk langit, adalah foto pra wedding kekinian yang terkadang sungguh membuat matamu pedih dan ingin mengeluarkan isi dalam perutmu.Â
Dan kamu tahu bagaimana rasanya ketika sahabat-sahabat dekatmu yang selama ini menemani kesendirianmu juga mulai bercerita tentang cinta yang datang kepadanya.
ADVERTISEMENTS
Kamu tahu bagaimana rasanya?Â
Bagaimana rasanya ketika itu semua terjadi, hatimu justru sedang dihancurkan oleh keyakinanmu tentang cinta yang selama ini kamu rasakan terhadap seseorang. Ketika itu kamu sedang patah-patahnya dan tidak lagi percaya tentang cinta.
Rasanya semua seperti omong kosong, kamu sendiri dalam sepi, memaki keadaan, membenci kata cinta. Semua bahagia yang mereka tunjukan seolah-olah semu tak pernah nyata.Â
Iya, rasa-rasanya kamu terlihat iri dengan bahagia cinta mereka. Tapi nyatanya setiap luka yang telah kau lalui mengajarkanmu banyak hal dan mengajarkanmu dewasa dalam memilih untuk jatuh cinta.
ADVERTISEMENTS
Bersabarlah dalam kesendirianmu, karena pernikahan bukan hanya tentang kamu cinta dia atau dia cinta kamu
Bukan karena kalian akan bahagia dengan terus bersama satu atap, apalagi karena hanya usiamu yang mereka bilang sudah waktunya menikah. Pernikahan jauh lebih dari sekedar itu semua.
Pernikahan adalah tentang komitmen untuk saling menerima setiap perbedaan dan tetap memilih bersama dalam setiap keadaan. Kamu tahu segala sifat dan karakter pasanganmu, kamu tahu dimana kekurangannya dan kamu tahu seberapa besar kamu dapat menerima kekurangan itu, bukan kamu ingin mengubah segala kekurangannya menjadi apa yang kamu mau.
Setidaknya itu yang menjadi keyakinanku saat ini. Aku bukan seorang yang ahli dalam teori pernikahan. Aku hanya sedikit tahu tentang itu dari berbagai sumber dan aku sepakat. Aku hanya seseorang yang ingin mencintai dan dicintai dengan tepat. Aku ingin mencintai dia yang menunjukkan dirinya yang sebenarnya, yang dia baik sebenar-benarnya baik, yang dia indah sebenar-benarnya indah, yang dia jujur tentang dirinya, bukan dia yang hanya ingin menunjukan apa yang ingin dia tunjukan, yang menunjukan segala sempurna dan indah namun sesungguhnya palsu.
Dia yang tentu aku tahu segala kekurangannya namun aku pun tahu kemampuanku menerima itu. Begitu pun sebaliknya. Dan tentunya saat itu aku harus bisa menggunakan logika dan pikiran terbaikku, bukan hanya menggunakan perasaan cinta yang mungkin buta. Apakah kamu juga sepakat denganku?
Jadi, tentang pertanyaan "Kapan menikah?" jawabannya adalah kami pun tidak tahu kapan waktu itu datang, bukan kami tak mau tetapi karena kami belum menemukan seseorang itu. Tolong untuk kalian semua yang sering menggunakan pertanyaan basa basi di acara pernikahan "kapan menyusul?"  atau "kapan menikah?" atau bahkan menggunakan usia sebagai alasan pertanyaan itu, sungguh itu basa basi yang sangat basi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”