Perpisahan Kita dalam Diam Seribu Kata

Mungkin kamu sudah melupakannya, atau sengaja tidak ingin mengingatnya. Tulisan ini aku tulis bukan untuk mengganggu hidupmu saat ini atau kembali mengingat bab kehidupan yang pahit itu. Aku di sini bersama tulisanku, inilah perasaanku yang aku sadari ternyata mungkin masih saja ujung-ujungnya tentang kamu.

Advertisement

Harusnya kita tidak seperti orang asing seperti saat ini, kalau saja dulu pertengkaran itu tidak membuatmu diam beribu bahasa. Tidak pernah ada lagi ucapan manis selamat pagi yang selalu kutunggu, bahkan sepertinya seolah kamu menghilang lenyap seperti ditelan bumi.

Haruskah perbedaan paham dan pertengkaran membuatmu terdiam dan menghilang? Haruskah selalu aku yang menekan setiap ego untuk memulai setiap pembicaraan terlebih dulu setiap kali kita bertengkar? Bukan aku lelah untuk jadi penyelamat hubungan kita, tapi aku rasa, aku sedang berjuang sendirian.

Aku berpikir, apakah ini benar-benar cinta?

Advertisement

Bukankah setidaknya kitalah yang harus sama-sama berjuang untuk hubungan kita dulu, bukan hanya aku atau kamu. Apakah harga diri yang kamu junjung terlalu tinggi di kepalamu itu? Hingga cinta yang katanya ada di hati kita tidak bisa melunakkan hatimu sedikit saja?

Apakah hari-harimu tiba-tiba mendadak jadi sibuk, saat aku ingin bertemu menyelesaikan semua kesalahpahaman itu? Aku rasa soal hati tidak bisa diselesaikan dengan sebuah pesan singkat atau panggilan langsung di telepon, bukankah alangkah baiknya bisa menatap semua kemarahanmu, rasa sedihmu dan raut kesalahpahaman itu dengan langsung bertatap muka?

Advertisement

Begitu banyak pertanyaan di benakku, pertanyaan yang mungkin tidak akan ada jawabnya, kamu tahu rasanya jadi aku? 

Ah, apapun alasanmu terdiam waktu itu, mungkin sudah terlambat saat ini. Kamu memutuskan untuk tidak mengatakan apapun dan aku memutuskan untuk pergi dari hidupmu saat itu.

Orang bilang, cinta tidak sebercanda itu, jika kamu ingin dicintai, jangan selalu lari saat aku mengejarmu.

Aku juga manusia biasa yang punya rasa dan tahu betul rasanya tidak dipedulikan bahkan oleh orang yang paling aku yakinkan jadi masa depanku. Cinta harusnya bisa mengalahkan gengsi dan ego, apakah mungkin ini benar-benar aku yang hanya cinta sendiri?

Entah.. tapi di manapun kamu sekarang berada saat ini, setidaknya jangan lagi terdiam dan tidak berbuat apa-apa pada orang yang kelak akan kamu sayangi di masa mendatang. Sikap diammu mungkin hanya akan membuat dia yang tulus menyanyangimu menjadi beranjak pergi seperti aku dulu.

Selagi masih ada kesempatan, hargailah orang yang betul-betul menyayangimu, sebelum semuanya menjadi sebuah kata penyesalan. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka rintik hujan juga aroma hijau pegunungan sambil menantikan dia yang digariskan semesta untuk menua bersama dalam tiap kesederhanaan perhatian & hangatnya sebuah pelukan.