Komunikasi menjadi suatu hal yang mendasar bagi menjalani kehidupan. Tidak hanya sebagai ilmu pengetahuan, komunikasi sangat penting sebagai proses interaksi yang menyampaikan dari satu pesan ke pesan lainnya. Segala aspek bidang juga akan berhubungan dengan komunikasi. Suatu interaksi yang dapat diterima akan menghasilkan hubungan timbal balik (feedback) yang baik. Di samping itu, komunikasi juga memiliki hambatan yang disebabkan oleh ketidakpahaman dalam menerima pesan, yang mana itu akan menimbulkan gangguan (noise). Hambatan dapat terjadi yang bersumber dari diri sendiri ataupun lingkungan sekitar.
Awal kemunculan Covid-19 pada Desember 2019 di Wuhan ibu kota Tiongkok menjadi berita yang mencenangkan bagi dunia. Pasalnya, virus tersebut dapat menular dari manusia yang telah terinfeksi, ke manusia lainnya melalui tetesan kecil (droplet) pada hidung dan mulut ketika bersin ataupun batuk. Covid-19 dinyatakan sebagai musibah pandemi global oleh WHO (World Health Organization), karena menyebar dan membawa dampak negatif bagi seluruh negara di dunia. Hal ini tentunya, turut membawa perubahan pada bidang teknologi dan informasi. Adanya platform media sosial, menjadi salah satu sumber rujukan yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam mencari berbagai informasi seputar perkembangan pandemi Covid-19. Masyarakat menjadi lebih aktif dan sering mengakses platform media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube dll.
Banyak yang melatarbelakangi media sosial banyak digunakan pada saat ini, terlebih di tengah situasi pandemi seperti adanya himbauan untuk social distancing atau physical distancing, yang memaksa untuk mengurangi aktifitas di luar ruangan dan diterapkannya PSBB sebagai peraturan dari pemerintah. Oleh karena itu, untuk menjawab mengenai tantangan komunikasi apa saja yang dihadapi di era new normal pandemi Covid-19, Jogjakarta Communication Conference (JCC) kembali diselenggarakan untuk ketiga kalinya. Dengan mengangkat judul “communication challenge in post pandemic” press conference disiarkan secara langsung melalui Youtube channel Universitas Ahmad Dahlan pada Kamis (18/03/2021). Bekerja sama dengan program studi ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta ‘Aisyiah (APIK PTMA), Asosiasi, Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) Korwil Jawa Tengah – Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga diikuti oleh beberapa dari universitas berbagai daerah di Indonesia.
Kegiatan press conference bertaraf internasional, menghadirkan para narasumber dari berbagai negara seperti Prof. Xi Zhuang, ph.D., (Nanjing Normal University China), Dr. Andy Fuller (Utrect University Netherlands), Dr. GM Naidoo (University of Zululand, South Africa) dan Chi Wang, Ph.D. (Matej Bel University in Banska Bystrica, Slovakia). Tentunya, dalam JCC turut mengundang narasumber dari univeritas dalam negeri yaitu Prof. Dr. phill. Hermin Indah Wahyuni (Universitas Gajah Mada) dan Taufiqur Rahman, ph.D (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).
Beberapa dari narasumber memberikan materi presentasi yang berkaitan dengan judul topik yang ditentukan. Semua memberikan fakta dan opini yang menarik untuk dibahas, mengambil materi yang disampaikan oleh salah satu pembicara yaitu Prof. Dr. Phill. Hermin Indah Wahyuni dari UGM membahas mengenai media sosial adalah sebagai media baru, membentuk komunikasi pada masyarakat modern. Adapun pembahasan yang dapat diambil yaitu, sebagai berikut:
Media sosial sebagai sarana penyampaian informasi
Informasi seperti halnya sesuatu yang tidak nampak, dapat menyebar kemana-mana dan itu semua merupakan hasil dari pencarian data dari manusia, baik berupa fakta atau opini. Jaringan internet membuka hubungan komunikasi. Media sosial menjadi hal yang sangat dominan pada masyarakat di Indonesia, karena memiliki sistem komunikasi yang mendukung dan terbuka jenisnya unruk diterima di masyarakat seperti Instagram, Facebook, Twitter dll. Media sosial membutuhkan masukan untuk mengintegrasikan penyampaian informasi, apalagi di tengah kondisi pandemi yang sewaktu-waktu bisa ditemukannya berita yang membuat kepanikan di masyarakat. “Tugas kita adalah bagaimana membuat media sosial tidak hanya sebagai disebarkannya informasi, tetapi juga menjadi media sukses untuk mentransformasikan kehidupan sosial dan politik yang lebih baik,” kata Prof. Hermin Indah.
Media sosial sebagai komunikasi yang memberikan energi untuk menyesuaikan dengan keadaan masyarakat.
Pandemi Covid-19 saat ini tengah melanda di berbagai negara dari belahan benua. Masyarakat diharapkan dapat beradaprasi dengan kondisi yang baru. Menghadapi ketidakpastian pada masa yang akan datang dan butuh waktu yang lama untuk mengembalikan seperti semula. Dibutuhkan cara yang berkelanjutan selama menghadapi dari proses transformasi komunikasi. Media sosial, sebagai platform penyampaian informasi harus berupaya membuat sistem sosial yang berinteraksi secara adaptif ditengah tuntutan yang berubah selama pandemi berlangsung.
Komunikasi adalah bagian terkecil dari sistem sosial bersamaan dengan mengakses hubungan informasi di antara manusia. Komunikasi sebagai mengoperasikan sebuah sistem secara otomatis dan menghasilkan sistem sosial yang membentuk ingatan dari komunitas. Adanya perubahan sistem pada situasi pandemi ini, cara orang berkomunikasi akan berganti. Komunikasi bertindak sebagai pengemudi dari adaptasi perubahan sistem. “Bagaimana kita akhirnya menghargai proses dari adaptasi sistem transformasi komunikasi. Untuk itu, kita harus lebih peka pada sistem kita, menghadapi dari sistem sosial. Kita harus membawa dampak yang positif ke dalam sistem internal masyarakat dan jika akhirnya bisa sukses, dengan ini dampak yang terjadi akan membawa kondisi yang lebih optimal dan rasional ke dalam masyarakat. Jadi, kita akan mendiskusikan dari berbagai kemungkinan komunikasi dan setelah itu membuka ruang berdialog. Inilah yang disebut dengan kualitas komunikasi di pandemi,” tutur Prof. Hermin Indah.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”