Kamu ingat tidak sih, pertama kali kita mengenal satu sama lain? Semuanya terasa sangat mengasyikkan, di mana kamu banyak melontarkan kata-kata manis dan janji-janji yang ternyata tak seindah kali pertama kamu ucapkan.Â
Bener loh, awal pertama itu dunia seakan berpihak pada kita. Tapi makin ke sini, setelah lima tahun lebih kita menikah, perasaan itu justru menguras banget tenaga. Apa sih yang sebenarnya terjadi dengan hubungan kita? Apakah tuntutan rumah tangga dan kewajiban-kewajiban figur kita sebagai ayah dan ibu, yang membuat semuanya terasa merenggang? Apakah kehangatan itu sudah lebur menyatu dengan segala karut-marut di kepala kita?
Mungkinkah hubungan jangka panjang ini membuat kita lebih mengenal satu sama lain, yang akhirnya membuat kita kecewa dan kesulitan menghadapi sikap masing-masing di antara kita? Memang, bisa mengenalmu selama bertahun-tahun, menjadi tantangan tersendiri bagiku.
Tentunya, ada banyak hal dalam dirimu yang ternyata bertentangan dengan diriku. Tapi aku selalu berpikir bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan aku tidak seegois itu untuk mengakhiri semuanya. Mungkin di awal, perasaan itu sangat kuat, dan harapan itu membuatku terlalu yakin, hingga kita mengesampingkan segala fakta yang ada. Hingga akhirnya aku tahu, bahwa hubungan ini perlahan menjadi hambar, mengganggu, mengecewakan, atau, ya, menjadi membosankan.
Tapi, bukankah semua ini bisa kita atasi sebelum semuanya terlambat? Lalu mengapa kau selalu memilih diam? Kau selalu menghindar jika sekiranya aku membangun sesuatu yang menurutmu sebuah konflik? Banyak hal, banyak masalah yang akhirnya tidak pernah kita selesaikan, yang akhirnya membuat semuanya terasa menggantung dan menjadikan pesakitan bagi diriku. Konon, permasalahan yang tak pernah terselesaikan ini akan berubah menjadi kebosanan. Jiwaku haus secara psikologis.Â
Banyak hal yang sudah tidak pernah kamu lakukan lagi seperti awal pertama kita bersama. Mungkinkah keadaan ini telah berubah seperti sikapmu yang juga sudah berubah? Wajar saja, jika ada jiwa yang kosong, yang tak mungkin bisa kau isi lagi. Mengapa situasi ini terasa sangat membingungkan dan menjengkelkan?
Perasaan hangat itu ternyata memang sudah hilang, mungkin kita tidak lagi tertarik dengan kehidupan, perasaan, atau minat masing-masing. Kita juga tidak terlalu memperhatikan satu sama lain seperti dulu. Kita tak lagi memikirkan atau membicarakan masa depan. Kita tak lagi memiliki kesamaan. Â
Belum lagi, kita kesulitan untuk membangun sebuah obrolan, meskipun obrolan singkat sekalipun. Kita tak lagi nyaman ketika bersama. Kita sering merasa kesal satu sama lain. Mungkin juga, kita tidak lagi saling menghargai satu sama lain. Semua ini terasa melelahkan. Belum lagi, tujuan kita tak lagi sama. Lalu, jika seperti ini, bagaimana kita menyelesaikannya?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”