Mendengar kata “skripsi“, mengingatkan masa-masa 5 tahunan lalu. Titik dimana itu jadi “gong” penentu dari perjalanan panjang 7 semester yang sudah ditempuh. Tidak mudah memang, mahasiswa mesti harus bisa nentuin masalah yang akan dikaji, sampai dituntut mampu memberikan kontribusi dari hasil riset yang dikerjakan. Meskipun begitu, katanya Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan umatnya. So, kamu pasti bisa juga!
Salah satu aspek penting yang perlu jadi perhatikan kita saat masa kritis “skripsian” adalah soal “mengatur waktu, jangan waktu yang mengatur kita”. Menengok masa perjuangan saat itu, saya memulai skripsian memang lebih awal, awal semester 7. Why? Saya tahu bahwa kemampuan otak saya pas-pas an, jadi saya memulai lebih awal agar tidak terburu-buru dengan deadline selesai semester 8. Ada juga sih sebenarnya teman yang bahkan memulainya sedikit belakangan tetapi selesai lebih dulu, tetapi saat itu falsafah hidup saya adalah kalau bisa lulus dengan sehat, santai, dan bahagia, kenapa harus buru-buru dan kesusahan. Toh setiap orang punya target masing-masing, tak harus merasa berbeda atau tertinggal dari yang lain.
Okay, kembali soal masalah bekerja dengan memperhatikan pengaturan waktu. Kenapa itu penting?
Diri yang diarahkan perilakunya untuk bekerja fokus pada tujuan biasanya akan bekerja lebih efektif dan perasaan bahagia saat menjalaninya. Sementara perilaku penyelesaian tugas yang tidak terarah akan mengarahkan seseorang pada perilaku menunda/prokastinasi. Pengaturan diri tersebut sering juga disebut dengan self-regulation/regulasi diri. Penelitian yang dilakukan Valenzuela, R., Codina, N., Castilo, I, dan Pestana J. V. (2020) menggunakan pertimbangan penetapan tujuan, kemauan belajar dari kesalahan dan mengatur kemauan/keputusan sebagai indikator bahwa seseorang itu mampu mengatur dirinya atau tidak.
Seperti cerita saya di awal, bagaimana saya memulai mengerjakan skripsi lebih dulu. Di sana ada pemikiran bahwa saya memiliki harapan untuk selesai sebelum semester 8 usai meski dengan keterbatasan kognitif yang dimiliki. Itulah yang disebut dengan target. Target merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam proses pengerjaan skripsi, tidak jarang teman-teman mungkin akan mengalami yang namanya “gagal move on” karena coretan kasih sayang dari dosen pembimbing. Di situlah letaknya menempatkan semangat juang untuk mau belajar dari kesalahan, bukan selalu menjadi diri yang sempurna. Semangat juang membuat kita tidak takut membuat kesalahan dan mau belajar dari kesalahan itu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”