Perjuangan Seorang Pelajar dalam Menggapai Cita-Cita Mulianya

Perjuangan yang tidak pernah berhenti

Sudah satu semester saya menempuh Pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Msret Sebagai mahasiswa S-1 Kedokteran. Perkenalkan saya Alya Syakila Woretma, saat ini—pada saat saya mengetik artikel ini—saya berusia 17 Tahun, mahasiswi yang sedang merantau jauh dari tempat asalnya untuk mencari ilmu dan menjadi apa yang sudah dia cita-citakan lama di kota Solo tercinta ini. Dengan sekuat tenaga dan rindu saya supaya tidak terlalu merindukan rumah dan keluarganya.  Pada artikel ini saya akan menceritakan sedikit perjuangan dan pengalaman ku yang pahit maupun manis sebelum masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di negeri ini.

Advertisement

Sejujurnya impian saya menjadi dokter bukanlah impian anak kecil yang masih duduk di kelas satu SD yang memiliki hobi berangan-angan setinggi mungkin. Impian saya menjadi dokter dimulai ketika saya berusia 15 Tahun pada saat kelas 1 SMA. Kalau boleh jujur sebelum saya masuk ke SMA saya dulu, saya punya mimpi besar saat masih SMP bahwa saya harus melanjutkan SMA saya di luar kota dimana tempat saya lahir. Tapi, lagi-lagi yang mengecewakan anda pasti orang terdekat anda pastinya. Saya juga seperti itu, saya tidak diizinkan untuk melanjutkan SMA di luar kota oleh orang tua saya, alasannya masih terlalu muda dan mereka takut saya belum bisa mandiri.           

Itu mungkin hal yang sangat mengecewakan bagi saya, karena untuk pertama kalinya mimpi saya ditentang oleh orang tua saya. Tapi, seperti kata pepatah restu dari orang tua adalah restu dari Tuhan. Saya mengikuti apa yang orang tua saya impikan, saya melanjutkan SMA saya dengan perasaan yang awalnya belum ikhlas tentunya, kemudian seiring berjalannya waktu hari demi hari berlalu saya mulai merasa nyaman di SMA saya.

Pengalaman saat SMA saya dahulu membuat saya bisa mencoba banyak hal, perlombaan ilmiah, perlombaan umum tingkat kabupaten hingga ke tingkat provinsi membuat saya yakin bahwa benar restu kedua orang tua adalah hal yang amat sangat baik bagi kita. Saya sekarang bisa dibilang bersyukur sudah masuk di SMA saya dulu.

Advertisement

Hari terus berlanjut dari yang awal kita angkatan offline tiba-tiba sekolah diliburkan 2 minggu karena Covid-19 yang memaksa saya dan teman-teman saya mendapat materi pembejaran lewat online. Dua minggu berlalu, satu bulan berlalu, hingga 2 tahun berlalu waktu yang cukup lama di mana menempuh pembelajaran lewat daring. Walaupun waktu-waktu tersebut sangat menyulitkan bagi saya, tapi dengan rahmat dan bantuan Allah SWT saya bisa melaksanakan pembelajaran di SMA dengan baik.

Lalu tibalah waktu dimana kita sudah harus menentukan akan jadi apa kita di masa depan nanti. Dengan impian kelas 10 saya, saya yakin bahwa sebaiknya saya menjadi dokter, seperti kata orang tua saya, dan sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Saya berkata dengan yakin dalam benak ya saya harus menjadi dokter untuk saya sendiri, orang tua saya, dan keluarga saya dari bahasan diri saya dengan diri saya sendiri saya bertekad untuk menjadi dokter.

Advertisement

Saya mulai mendaftarkan diri saya  untuk masuk ke Pendidikan dokter melalui SNMPTN salah satu seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang paling baanyak saingannya. Awalnya saya tidak sama sekali menaruh benak bahwa saya akan masuk FK UNS, saya mendaftarkan diri saya di FK universitas lainnya, dan waktu itu kenyataan benar-benar menampar diri saya dan menyakiti saya tanpa ampun, saya ditolak masuk FK yang saya inginkan.

Waktu itu saya berpikir bahwa memang bukannya jalannya saya keterima lewat jalur masuk tersebut, saya menangis dan didalam dekapan bapak saya, beliau berkata kakak yang sabar, bapak yakin dan berusaha agar kakak bisa jadi dokter kata-kata yang sampai sekarang tidak akan saya lupakan. Akhirnya saya mendapatkan jawaban Allah atas ditolak nya saya di PTN tersebut, bahwa saya memang sudah ditakdirkan untuk masuk FK UNS dengan cara yang sangat tidak bisa saya tebak, saya menempuh Pendidikan Dokter dengan gratis karena dibayar dari Pemerintah Indonesia.

Satu semester yang saya jalani kemarin, membuat saya membuka mata dengan selebar mungkin bahwa ternyata menggapai cita-cita dan cinta-cinta saya tidak semudah mengedipkan mata. Butuh banyak perjuangan dan banyak pengorbanan sampai kita mendapatkan apa yang kita impikan. Apalagi, ini pertama kali saya merasakan hidup di negeri orang dan jauh dari orang, tapi saya yakin saya mampu melewati rintangan terbesar ini.

Mungkin itu sedikit perjuangan saya untuk masuk ke Pendidikan dokter FK UNS. Walaupun, lebih sulit dan sangat sulit dan masih banyak rintangan kedepan yang harus dan wajib saya jalani, saya yakin bahwa saya, teman-teman saya, bahkan anda yang membaca inipun dapat berjuang dan berusaha dengan sekuat tenaga, untuk menggapai apa yang sudah kita impikan. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini