Raga tua semangat muda sangatlah cocok diberikan kepada Mbah Sadiman. Lelaki tua asal Dusun Dali, Desa Geneng, Bulukerto, Wonogiri, Jawa Tengah. Dia sudah sepuh, umurnya 70 tahun akan tetapi jangan tanyakan soal kemampuan fisiknya. Meskipun dia sudah sepuh, sudah selayaknya ia beristirahat dirumah bersama cucunya, akan tetapi dia tetap berjalan naik turun gunung hampir setiap hari sembari memikul beban. Mbah Sadiman, demikian biasa ia disapa oleh orang-orang di kampungnya, dia memang selayaknya sorang masyarakat biasa. Bahkan hanya seorang petani biasa juga. Ia hidup hanya bersama sang istri di rumahnya. Dia dan istrinya menghidupi diri sebagai petani penggarap lahan tumpangsari di areal Perhutani. Di sisi lain yang menopang hidupnya ialah menjual rumput yang ia tanam di area hutan untuk dijual di pasar.
Pada tahun 1964 terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan sebagian hutan di lereng Lawu dan membuat sumber air semakin kritis. Setelah kebakaran terjadi, terjadilah banjir besar dan terjadi tanah longsor. Saat musim kemarau tiba, air hanya sedikit sehingga masyarakat mengalami kekeringan hingga ada korban jiwa hampir menghantui setiap hari. Hutan yang terbakar menjadi gersang, sumber-sumber air banyak yang mati dan berkurang. Mbah Sadiman melihat gersangnya hutan dan kurangnya sumber perairan di sana, mulailah ia sendiri menanam pohon perlahan demi perlahan dengan harapan agar tidak terjadi kebakaran kembali, dapat menyuburkan hutan dan memakmurkan masyarakat sekitarnya.
Sudah hampir 24 tahun ia mendedikasikan hidupnya untuk menjaga air di desanya untuk menanam pohon. Mbah Sadiman berhasil menanam 20 ribu lebih pohon diluas 100 hektare di Bukit Gendol dan Bukit Amyang lereng Gunung Lawu. Berkat konsistensi dam upaya yang dilakukan Mbah Sadiman berhasil dan mampu menjaga ketersediaan air bersih tetap mengalir dan menghidupi lebih dari 3000 jiwa. Pertama kali dia menanam pohon beringin pada tahun 1996. Dengan berbekal pengetahuan yang dia miliki, dia memilih menanam pohon beringin karena banyak manfaat yang dimiliki seperti, daunnya menyerap panas, dingin ketika berada di bawahnya, tanah yang ditanami bisa kuat sehingga mengurangi terjadinya longsor, sebagai penampung hujan dan menampung air. Mbah Sadiman juga menegaskan, kebutuhan terutama manusia itu adalah air, semua makhluk hidup membutuhkan air. Dahulu kala ketika kemarau datang kampung di sana menjadi panas dan gersang, berkat kegigihan dan perjuangan Mbah Sadiman dia berhasil mengubah keadaan.
Perjuangan Mbah Sadiman dalam menanam pohon di lereng Gunung Lawu atau di Bukit Gendol dan Ampyang tidaklah tanpa tantangan. Berkali-kali dihina bahkan dicap sebagai orang gila karena ia sering menukar sebuah bibit cengkeh dengan beringin. Karena menurut orang-orang yang menghina dan mengatakan Mbah Sadiman gila, cengkeh lebih membawa hasil dibandingkan beringin. Akan tetapi kata Mbah Sadiman, orang pandai lebih memilih beringin, karena kalau cengkeh hanya bisa menguntungkan pribadi diri sendiri sedangkan beringin bisa menguntungkan dan menyuburkan orang banyak atau orang sekitar dengan cara orang-orang dapat merasakan airnya dll. Ia juga sudah menimbang mana yang harus ia lakukan, antara memilih mementingkan kepentingan orang sedikit atau mementingkan kepentingan orang banyak. Ia memilih untuk mementingkan orang banyak. Karena menurutnya tujuan hidup adalah bisa tolong menolong dan berguna bagi orang lain, bisa membantu orang lain terutama yang di sekitarnya. Dengan bermodalkan ikhlas dan sabar dia menganggap bahwa semua tantangan yang diberikan oleh orang-orang adalah sebuah ujian biasa. Karena menurutnya jika ia menanggapi apa yang dikatakan oleh orang-orang akan terjadi bentrok dengan orang banyak.
Kesulitan yang dialami Mbah Sadiman tidak hanya sampai di situ. Bibit pohon yang akan ditanam tidak bisa didapatkan dengan gratis. Mbah Sadiman dengan keikhlasan hatinya membeli bibit yang akan ditanam dengan uangnya sendiri. Terlebih juga tidak semua bibit pohon bisa bertahan hidup. Untuk mengatasi itu, Mbah Sadiman mengembangkan bibit cengkeh yang bisa ditukarkan dengan bibit pohon lainnya seperti bibit jati. Sepuluh bibit cengkeh bisa ditukarkan dengan satu buah bibit pohon jati. Dengan perlahan bibit-bibit yang ditanam dan tumbuh menjadi pohon, dirawat dengan semangat keikhlasan dan kesabaran hati Mbah Sadiman.
Setelah hampir 24 Tahun menanam banyak pohon atau sekitar 20 ribu lebih pohon di hutan Gendol dan mendapat banyak halangan dan tantangan dari orang-orang sekitar. Perjuangan Mbah Sadiman membuahkan hasil di mana ia mendapat banyak apresiasi dari berbagai kalangan . Berkat jasanya yang besar, nama Mbah Sadiman menjadi sosok pahlawan dan pada tahun 2016. Dia mendapat penghargaan Kalpataru dari Presiden Jokowi, diundang keacara Kick Andy dan mendapat banyak penghargaan.
Warga yang semula mnghina dan mengira ia gila sekarang ikut menikmati hasil perjuangan Mbah Sadiman. Berkat pohon-pohon yang tumbuh di sana, sumber mata air di hutan itu muncul kembali setelah sekian lama hilang. Bahkan ketika musim kemarau wilayah sekitar mengalami kekeringan, desa tempat tinggal Mbah Sadiman bebas dari krisis air. Kini air itu bisa dinikmati oleh 3.000 warga yang tinggal di sana.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”