Perjuangan Masuk Fakultas Kedokteran

Perkenalkan nama saya Angantya Viondhana Hasnanti atau biasa dipanggil Vio. Saya mempunyai kembaran yang sangat identik dengan saya Namanya Viondhisa. Saya berasal dari kota Batam.  Saat SMA saya bersekolah di salah satu boarding school yang ada di Tangerang. Disana saya sangat mendapat banyak pengalaman,  saya mempunyai banyak teman dari luar kota, sekolah saya yang bahasa pengantarnya menggunakan Bahasa inggris, guru-guru saya yang sebagian adalah orang-orang luar negri juga, dan masih banyak lagi.

Advertisement

Saya sengaja memilih bersekolah diluar dari kota tempat tinggal saya karena saya sudah terbiasa dengan tinggal jauh dari orangtua saya sejak saya smp dan menurut saya dan keluarga sekolah yang saya pilih tersebut adalah sekolah yang terbaik untuk saya dan kembaran saya.

Dimulai pada saat saya kelas 10, semua pelajaran berjalan secara normal dan kehidupan asrama juga berjalan seperti biasanya. Pada  awal semester 2 mulailah muncul sebuah musibah yaitu penyakit corona. Penyakit tersebut memakan sangat banyak korban, oleh karena itu sekolah saya membuat kebijakan yaitu kami harus bersekolah dengan metode online. Kami belajar sama seperti belajar biasanya hanya saja melalui zoom, menurut saya pembelajaran melalui zoom tersebut kurang efektif, murid-murid biasanya akan lebih malas belajar karena menganggap hal tersebut sepele.

Pada saat ujian juga hanya dilakukan dengan kita mengisi jawaban di google form dan zoom yang membuat murid menjadi lebih merasa santai, tidak bertemu teman juga menjadi alasan murid-murid banyak yang merasa malas. Pada awal kelas 10 saya belum tau sama sekali saya ingin menjadi apa dimasa depan, orang tua saya menyuruh saya dan kembaran saya menjadi dokter. Pada awalnya kami menolaknya karena merasa tidak yakin dengan diri sendiri.

Advertisement

Lalu lanjut dikelas 11 saya dan kembaran saya juga masih tidak ingin untuk menjadi dokter. Jika ditanya orang tua saya bertanya saya menjawab saya akan mengambil sekolah bisnis tetapi mereka tidak setuju dengan keputusan saya. Dari awal kelas 10 saya memang mengejar nilai agar saya bisa mendapat jalur SNMPTN nantinya, dan sejauh ini Alhamdulillah nilai saya juga baik. Lanjut pada saat saya duduk dibangku kelas 12, pembelajaran masih online sejak saya  kelas 10 semester 2 kemarin, dikelas 12 ini saya sudah mulai mempertimbangkan kemauan orangtua saya untuk menjadi dokter, akhirnya saya dan kembaran saya setuju untuk mengikuti kemauan orangtua kami untuk bersekolah di kedokteran.

Dari awal kelas 12 saya dan kembaran saya mengikuti les disalah satu Lembaga Pendidikan yang menurut saya bagus dan mereka banyak meloloskan murid-murid mereka ke perguruan tinggi negri. Jujur pada saat kelas 12 saya lebih bersemangat belajar di les daripada disekolah, karena sekolah hanya online dan les saya offline sehingga saya bisa lebih bersemangat karena bisa belajar sambal bertemu dengan teman secara langsung. Pada kelas 12 semester 2, les saya menjadi lebih intensive, kami belajar fokus ke soal-soal yang kemungkinan akan keluar pada saat tes nantinya.

Advertisement

Di tempat les saya juga mengadakan try out satu bulan sekali untuk mengetes anak murid mereka. Lalu tiba saatnya pengumuman mahasiswa yang mendapat jalur SNMPTN, saya dan kembaran saya mendapatkannya tetapi kami berdua sama-sama tidak lulus di jalur tersebut. Kami mulai kehilangan semangat tetapi kami juga harus belajar lebih giat lagi karena masih banyak jalur-jalur lain yang bisa kami ikuti. Selanjutnya saya dan kembaran saya mendaftar untuk jalur SBMPTN. UNS adalah pilihan kedua kami.

Pada saat pengumuman SBMPTN Alhamdulillah saya lulus dipilihan kedua saya, saya merasa sangat bersyukur telah diterima di fakultas kedokteran, usaha saya bisa membuahkan hasil, tetapi kembaran saya belum lulus dan syaa pun membantunya mendaftar di universitas lain untuk jalur mandiri, saya mendaftarkannya di belasan universitas negri, dan saya juga membantunya untuk belajar lebih semangat lagi, tetapi dari semua universitas yang saya daftarkan kembaran saya belum ada lulus dimanapun, dia sangat sedih dan saya memahaminya.

Orangtua saya menawarkan solusi apakah dia ingin mencoba untuk ke universitas swasta atau dia ingin mencoba lagi untuk universitas negri di tahun depan. Saya juga mendaftarkannya di uniersitas swasta yang ada di Jakarta yaitu universitas trisakti dan Alhamdulillah kembaran saya lulus di unuversitas tersebut. Rasa sedih pasti akan tetap ada karena realita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan tetap itulah kehidupan.

Dan pada akhirnya saya berakhir di fakultas kedokteran universitas sebelas maret dan kembaran saya di fakultas kedokteran trisakti. Tidak ada perbedaan di keduanya semuanya sama. Bukan berarti swasta tidak bagus bukan, semua universitas adalah sama tergantung dengan cara belajar diri kita sendiri yang bagaimana. Semoga dengan saya mengikuti kemauan orang tua saya untuk menjadi dokter saya bisa mendapat kemudahan nantinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

mahasiswa universitas sebelas maret surakarta