Perjalanan Seorang Wanita Menemukan Hijabnya. Penuh Liku Sampai Kini Nyaman Memakainya

Perjanalan memakai hijab

Selembar kain yang dipakai untuk menutupi rambut sebagai mahkota seorang wanita. Kain ini ada yang berbahan tebal, ada juga yang tipis bahkan tampak terawang. Ukurannya pun ada yang besar ada juga yang kecil. Cara memakainya pun beraneka ragam, sesuai dengan keinginan pemakainya.

Advertisement

Jilbab tidak hanya dipakai oleh wanita dewasa saja, anak kecil pun sekarang sudah memakainya dalam segala aktivitas terutama di luar rumah. Aku tak tahu atas dasar apa mereka memakainya.

Aku sudah tidak asing lagi dengan jilbab, sejak masa kuliah dulu aku sudah memakainya meskipun masih di sekitaran kampus, terutama pada saat tatap muka dengan dosen. Jilbab merupakan pakaian wajib yang harus dipakai oleh semua mahasiswinya. Maka tak jarang selepas kuliah usai jilbab sudah tidak terpasang lagi di kepala melainkan sudah terlipat rapi dan tersimpan di dalam tas. Pada masa itu jilbab hanyalah pelengkap bagiku, bukan benar-benar dari hati aku memakainya.

Seiring berjalannya waktu, ada keinginan yang kuat dari dalam hati untuk memakai jilbab. Bukan karena ingin mengikuti zaman atau menutupi sesuatu tapi rasa ini selalu datang, terlebih saat aku melihat wanita yang tampak cantik dan anggun dengan jilbabnya.

Advertisement

Keinginan hati belum diiringi dengan kesiapan mental. Aku takut setelah berjilbab rambut ini akan rusak karena seringnya terikat dan menjadi bau akibat tertutup sepanjang hari. Aku takut laki-laki tidak tertarik lagi padaku, bukan berarti selama ini pakaianku terbuka, tentu tidak.

Pakaianku tertutup hanya saja ada rambut terurai dan tersusun rapi di atas baju yang aku pakai sehingga mempercantik penampilanku. Aku takut sulit untuk mencari pakaian yang cocok denganku. Banyak sekali ketakutan yang aku bayangkan setelah memakai jilbab.

Advertisement

Aku tak tahu, sampai kapan keraguan ini bertahan. Entah apa yang aku tunggu sampai keinginan ini dapat terwujud. Hidayah? Bukankah hidayah itu datang setelah kita jemput? Bukankah wanita muslim diwajibkan memakai jilbab?

Sempat terpikir olehku untuk memakai jilbab setelah menikah saja, tujuannya untuk menutup aurat agar tidak dilihat oleh laki-laki lain dan sebagai bentuk ketaatanku pada suami. 

Rasanya jahat sekali, aku hanya memikirkan suamiku kelak tanpa mengingat ayah sebagai orang tuaku. Bukankah ayah juga memiliki tanggung jawab yang besar atas diriku, baik dan buruk perbuatanku di dunia sepenuhnya menjadi beban ayah terlebih sebelum aku menikah. Apa yang sudah kuberikan untuk ayah selama ini? Belum ada.

Tahun lalu, dua puluh enam September tepatnya. Aku memutuskan untuk menggunakan jilbab dengan benar tidak seperti pada masa kuliah dulu. Walaupun sampai saat ini masih jilbab biasa yang aku pakai tetapi ini murni keingananku, tanpa paksaan dari siapa pun.

Jilbab ini aku persembahkan untukmu ayah. Maaf sampai saat ini aku belum bisa bahagiakanmu, meringankan bebanmu, belum bisa menjadi anak yang kau banggakan di depan teman-temanmu. 

Maafkan anak perempuanmu ini ayah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belajar menulis, karena lewat tulisan aku bisa ungkapkan rasa.

Editor

Not that millennial in digital era.