Saya adalah seorang mahasiswi dari fakultas kedokteran. Meskipun saya adalah mahasiswi yang melakukan studi di bidang kesehatan, saya memiliki ketertarikan dan kemampuan yang cukup baik dalam bidang seni. Hobi saya di bidang seni sudah saya lakukan sejak kecil, seiring waktu dan umur saya bertambah, kemampuan saya juga ikut berkembang.Â
Dimulai saat saya masih berumur 5 tahun, setidaknya masih di playgroup, saya sudah mulai menggambar atau melukis menggunakan crayon dengan media seadanya seperti tembok atau kertas. Meskipun saat itu keadaan ekonomi dan keluarga saya kurang mendukung saya masih bisa mengembangkan ketertarikan saya terhadap bidang seni
Saat itu saya merasa saya termasuk anak yang yang kurang bagus hasilnya saat menggambar. Setiap ada mata pelajaran seni Budaya, saya selalu merasa bahwa hasil karya teman sebaya saya lebih bagus dari gambaran saya. Karya milik mereka selalu memiliki pewarnaan yang bagus sedangkan saya tidak. Sampai tiba suatu saat saya menyadari bahwa hampir seluruh hasil karya yang saya nilai "bagus" rata rata memiliki karakteristik yang sama, mulai dari cara pewarnaan, komposisi pewarnaan, hingga pemilihan warna.
Semua anak saat itu hanya mengikuti template yang sudah ada, tidak ada sama sekali kekreativitasan yang mereka tuangkan untuk karya mereka. Itu saya rasa kurang tepat. Mulai dari saat itu saya berfikir saya harus memikirkan cara gambar saya sendiri, yang berbeda dari yang lain, yang hanya dimiliki oleh saya sendiri.
Setiap bulan saya selalu membujuk ayah untuk membelikan saya seperangkat alat mewarnai seperti krayon, pensil warna,bahkan alat pewarna profesional seperti cat air atau cat minyak. Walaupun saya tau saya masih belum mampu menggunakannya tapi niat saya sudah bulat untuk mempelajari semua teknik ini.
Tahun 2015 saya dan keluarga pindah ke luar kota, disitulah dimana saya pertama kali menggunakan internet, lebih khususnya situs streaming video seperti Youtube. Hal pertama yang saya temukan dalam situs tersebut adalah sebuah channel Youtube yang dimiliki oleh seorang remaja dari Amerika bernama Jaiden. Dalam channel tersebut Jaiden menceritakan kehidupan sehari harinya melalui media seni berupa animasi digital. Disitulah saya pertama kali mengetahui bahwa orang bisa menggambar secara digital.
Pada tahun itu juga penggunaan Facebook sedang booming – booming-nya dan saya sendiri pun mempunyai akun sosial media tersebut. Saat saya melihat laman publik saya, melihat ada satu akun yang penuh dengan gambar digital dan setelah saya usut ternyata pemilik akun tersebut adalah seorang remaja asal indonesia dan umurnya hampir sebaya dengan saya.
Berbulan – bulan lamanya saya menjadi pengikut akun ini dan akhirnya saya berani bertanya kepada pemilik akun itu, bagaimana cara anda menggambar di komputer seperti ini? Pemilik akun itu menjelaskan bahwa dia bisa menggambar seperti itu dengan menggunakan alat bantu menggambar digital berupa pen tablet. Saya yang saat itu masih muda belum terlalu mengerti bagaimana cara menggunakan komputer dan setelah saya melihat harga pen tablet yang lumayan mahal saya hampir mengurungkan niat untuk belajar menggambar. Tapi saya menemukan alternatif lain untuk menggambar digital, yaitu aplikasi gratis yang bisa saya gunakan di ponsel saya, dan mulai saat itu juga saya mempelajari gambar digital dengan tekad dan alat seadanya saja.
Menginjak kelas 1 SMA ibu saya menghadiahkan saya pen tablet dengan janji saya harus mengikuti banyak lomba menggambar poster dan menggunakannya untuk kebutuhan sekolah. Saya pun berusaha menepati janji tersebut dan mulai mengikuti berbagai lomba-lomba poster dari berbagai daerah mulai dari kota hingga nasional. Meskipun tidak semua lomba saya menangkan, ibu saya sudah cukup senang dengan hasil yang ada. Saya yang merasa sudah menepati janji saya akhirnya bisa melanjutkan studi saya di seni khususnya gambar digital lebih lanjut dan dengan dibantu oleh komunitas saya yang ada di sosial media saat itu saya bisa memiliki semangat yang cukup spesial yang mendorong saya untuk bisa menggambar lebih bagus lagi.Â
Disinilah saya menemukan bahwa peminat karya digital di Indonesia memiliki pasar yang cukup besar jika gaya gambar yang kita punya menyerupai anime. Banyak seniman digital indonesia menjelaskan Ide mereka pada karya berbentuk webtoon atau komik digital. Konsep webtoon ini awalnya populer di Korea namun pada waktu itu hanya sedikit seniman dari Indonesia yang mengeluarkan judul pada saat itu. Akhirnya saya memutus kan untuk menjadikan cita cita saya yaitu menerbitkan karya Webtoon saya sendiri.Â
Menerbitkan sendiri tidak ada artinya jika saya tidak memiliki pengikut tetap karya saya. Oleh karena saya mulai menggambar karya karya seni digital berdasarkan karakter-karakter yang sedang populer saat itu,sedikit demi sedikit orang orang menemukan karya saya untuk dinikmati. Saya pun tidak berhenti untuk memperluas cakupan karya saya.
Sekitar tahun 2020 saya membuat akun di sosial media Twitter yang penggunanya mayoritas dari luar negeri. Walaupun saya mulai dari 0 lagi saya tetap berusaha untuk membuat nama saya keluar lebih luas. Hingga 5 tahun lamanya saya terus membuat karya digital. Dari 5 tahun ini saya belajar banyak, dari bagaimana cara membuat karya yang memikat para penggemar, bagaimana cara menyusun postingan yang bagus untuk akun saya dan bagaimana menjadi seniman yang baik mencerminkan negara saya sendiri. Lalu akhirnya pada tahun 2023 saya bisa mengenyampingkan waktu saya dari kuliah kedokteran dan menerbitkan Webtoon saya sendiri berjudulkan Herbalist.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”