Perjalanan Menemukan Makna Cinta Melalui Filsafat

Kau bisa merencanakan menikah dengan siapa, tapi tidak bisa merencanakan cintamu untuk siapa

Dalam ihwal percintaan tidak ada dapat saya kemukakan kecuali keadaan terjebak pada pertanyaan tentang makna cinta itu sendiri, 'apa itu cinta?'. 

Advertisement

Sejak mendalami filsafat saya terbiasa untuk mempertanyakan segala hal. Tidak menerima apa adanya—an sich dalam bahasa filsafat. Maka tulisan ini ingin berbagi kepada semuanya tentang perjalanan saya—yang belum selesai—dalam memaknai apa itu cinta.

Agaknya kurang tepat menyodorkan tulisan seperti ini pada media seperti Hipwee. Namun dengan sadar, tulisan ini saya tulis dalam rangka menghadirkan sesuatu yang tetap waras, bahkan ketika cinta itu sendiri disebut sebagai hal yang tidak waras. 

Kawan-kawan, kawula muda begitu senang menggemborkan soal cinta, seakan-akan kata cinta tidak lebih sakral daripada akibat yang ditimbulkannya. Orang-orang begitu mudah berkata, aku mencintaimu, aku telah jatuh cinta, aku suka sama dia, di kalangan remaja cinta dapat ditemukan pada keadaan seperti itu.

Advertisement

Saya bertanya-tanya apakah cinta memang bekerja dengan cara sesederhana itu. Ketika tertarik kepada seseorang apakah kita sedang jatuh cinta. Tentu filsafat tidak menerima begitu saja konsep semacam ini. Sebuah konsep yang hadir tanpa ditelusuri akar-akarnya.

Saat teman-teman bertanya apa kamu pernah jatuh cinta, saya malah merasa bingung sendiri. Bagaimana saya bisa jatuh cinta, jika makna cinta itu sendiri tidak dapat saya pahami. Rasa ingin memiliki seseorang atau ingin dimiliki seseorang menurut Platon, motif yang ada dibaliknya dapat ditelisik dengan jelas.

Advertisement

Platon sangat tidak menyukai cinta yang karena-karena. Platon juga tidak mencintai muslihat-muslihat yang digunakan oleh seseorang untuk dapat memiliki orang lain. Ini dapat ditelusuri dalam karyanya Lysius, di mana Platon menyalahkan tindakan-tindakan seorang pemuda bernama Hippothales untuk mendapatkan Lysis, seperti yang ditulis oleh A. Setyo Wibowo.

Keabstrakan cinta juga dapat ditemukan dalam ungkapan budayawan Sudjiwo Tedjo, banyak orang pacaran, seabrek orang menikah, tapi cuma segelintir orang yang sempat mengalami cinta.

Ketika Anda bilang jatuh cinta dengan seorang perempuan yang sifatnya baik berarti Anda menghasrati kebaikannya. Jika Anda tertarik pada seseorang karena dia cantik atau gagah, berarti yang Anda hasrati adalah fisik dari orang itu. Ini tentu saja sesuai dengan, kecenderungan hewan yang bernama manusia

Saya membaca beberapa kutipan dari tulisan-tulisan filsafat mengenai cinta. Misalnya  Aristoteles mengatakan, Amicus Platon, sed magis amica veritas.—aku mencintai Platon, tapi kebenaran adalah cinta yang lebih baik. 

Faktanya dalam sejarah, kisah cinta filsuf memang lebih rumit daripada cinta orang kebanyakan kita-kita ini. Misalkan kisah cinta  filsuf Simone Beauvoir dengan Jean Paul Satre, di mana hubungan mereka dijalankan begitu bebas. Sejauh pembacaan dan pemahaman saya filsuf memaknai frasa cinta—yang definisinya entah apa—dengan suatu suatu konsep yang ada pada dirinya sendiri—Anda bisa melewati kalimat bagian ini.

Konsekuensi yang saya terima dari perenungan dan pemikiran yang seperti ini adalah jelas , tidak bisa merasakan jatuh cinta—dalam pengertian umum. Ketika hormon-hormon dopamin saya naik, saya juga merasakan ketertarikan kepada orang lain seperti orang kebanyakan. Tapi sekali lagi, saya ragu bahwa ini adalah cinta. Entahlah, apa ini hanya sok-sokan atau apa.

Atau dengan kata lain, sejauh ini saya pribadi, belum bisa memahami hakikat dari cinta itu sendiri. Dengan tidak langsung saya tidak berani mengklaim diri sedang mencintai seseorang. Saya sedang dalam perjalanan menuju ke arah itu, belajar memahami cinta sebelum jatuh cinta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis adalah seorang mahasiswa jurusan Hukum Tata Negara di UIN Imam Bonjol Padang. Kesibukan sebagai mahasiswa selain kuliah adalah organisasi. Beberapa tulisan penulis telah dimuat baik di media cetak, buku antalogi, dan media online. Penulis menaruh minat yang dalam terhadap filsafat, politik, dan sastra. Penulis dapat dihubungi di osckardo4575@gmail.com