Hidup bagaikan berada dalam sebuah perahu layar di samudera yang kita tidak tau gelombangnya.
Terkadang kita terbawa pada arus tenang, dan dapat bersantai pun berbahagia.
Kemudian datanglah gerimis, yang membuat kita mesti berteduh.
Lalu bisa jadi kita dihampiri badai keras yang datang tak tahu arah membuat layar kita sulit terkembang.
Ataupun mungkin ada bagian dari kapal layar kita yang tidak berfungsi.
Â
Semakin berat keterikatan dan kemelekatan kita akan hidup di dunia ini, semkain berat perahu kita.
Keterikatan manusia kerap datang dari keinginan, ambisi, obsesi, dan sebagainya.
Belum lagi jika kita membandingkan perahu kita dengan perahu orang lain yang lewat di samudera yang sama.
Membuat kita semakin demotivasi tak keruan yang menyerang psikis atau mental.
Perihal ini merupakan bagian yang paling sulit karena tak kasat mata, maka perlu disadari dengan baik pada diri.
Â
Mungkin ada satu akar dari keterikatan yang kemudian bisa kita sebut 'ketakutan'.
Misalnya, takut ketika bahagia sedang datang, jangan-jangan nanti sedih datang.
Takut jika perahu kita tidak mampu mencapai ekspektasi dan target hidup.
Ada jenis takut yang mampu mengubah seseorang untuk mengambil langkah selanjutnya.
Namun, ada jenis takut yang membuat kita terkungkung cemas dan depresif.
Â
Pada takut yang membuat kita terkungkung ini, baiknya kurangi keinginan.
Jika merasa takut tertinggal, ingat lagi bahwa hidup bukanlah perlombaan.
Jika merasa takut tak dapat capai tuju dan target hidup, ingat lagi pencapaian kita sebelumnya.
Jika merasa takut akan datang sedih, bahkan pada saat sedang merasa senang, ingat tidak ada yang abadi.
Semua berkeadaan dengan silih-berganti, lewat kedalaman samudera yang kita arungi.
Â
Pada manusia dewasa, kondisi-kondisi yang dihadapi makin rumit dan memerlukan perpindahan haluan.
Dan itu tidak apa apa, karena perubahan tidak mungkin tidak terjadi dalam beberapa kondisi saat berlayar.
Melakukan navigasi ulang, mengubah haluan, menarik layar, atau mengembangkan layar.
Perlahan-lahan berjalan dengan kemudian maju dan mengikuti gelombang lautan kehidupan.
Bersamaan dengan kewajiban-kewajiban baru dan tanggung jawab yang lebih lagi.
Â
Sembari mengendalikan nahkoda, tenanglah semua akan beredar pada gelombangnya.
Bila bertemu dengan kapal layar lain yang membutuhkan sesuatu, juga jangan lupa saling membantu.
Dan, ingatlah tidak ada indah yang benar-benar indah seperti kelihatannya. Baiknya, sewajarnya saja.
Suatu saat kita tetap dapat melihat matahari terbenam dengan tenang pada perahu kita. Sepakat? :)).
Â