Perjalanan Ceritaku

Aku adalah anak tunggal di rumah. Aku dekat sekali dengan kedua orang tua ku. Aku sekarang tinggal di kota yang aku cintai yaitu wonogiri. Sekarang akan aku mulai ceritanya, dimulai dari SD kelas 6, saat aku menginjak bangku kelas 6 aku sudah mulai mencari cari informasi sekolah untuk melanjutkannya ke SMP. Tiba tiba teman aku memberi tau aku bahwa ada satu sekolah di Kota Solo yang bagus pendidikannya. Di situlah awal terbesit pikiran aku untuk melanjutkan SMP di Solo. Biasanya anak yang meratau jauh itu di masa kuliah, tetapi aku SMP sudah merantau jauh dari orang tua.

Advertisement

Seteelah masuk SMP aku tinggal di kost di dekat sekolah aku. Aku biasanya pergi sekolah menggunakan sepeda. Aku biasanya di jenguk orangtua 1 minggu sekali. Tetapi kadang kadang aku juga pulang ke Wonogiri. Awal masuk SMP jujur aku nangis karena aku kangen rumah dan orangtua. Tetapilama lama setelah megenal lingkungan dan kota solo aku bisa menerimanya dengan tabah. Selanjutanya menginjak kelas 9 aku harus memikirkan aku akan melanjutkan SMA kemana apakah aku harus di Solo atau aku kembali lagi ke Kota Wonogiri. Setelah memikirkan matang matang dan meminta pendapat ke orangtua, selanjutnya aku memilih untuk melanjutkan SMA di Solo.

Sama seperti cerita awal aku masuk SMP, aku masuk awal SMA aku juga nangis merasa jauh dari orang tua dan apa apa aku harus bisa sediri. Tetapi sama seiring berjalannya waktu aku bisa menerima. Tetapi tiba tiba di akhi kelas 10 lebih tepatnya di semester 2 sebuah wabah datang yaitu COVID 19. Pada akhirnya aku kembali pulang ke Wonogiri untuk melakukan pembelajaran jaraj jauh. Awalnya aku seneng bisa belajar dari rumah dan dekat lagi bersama orangtua. Tetapi aku juga kadang kadang kangen dengan keramahan Kota Solo. Selanjutnya di akhir akhir kelas 12 aku senang karena di sisa waktu SMA yang aku punya, aku bisa merasakan lagi untuk belajar di kelas walaupun tidak lama.

Walaupun singkat tetapi itu membuat aku memiliki memori di SMA. Di saat kelas 12 terakhir aku harus mulai memikirkan aku akan melanjutkan studi di universitas mana. Tetapi aku sudah menetapkan hati untuk memilih jurusan pendidikan kedokteran. Tetapi aku sudah menetapkan hati aku untuk memilih Universitas Sebelas Maret. Tetapi ternyata masuk universitas negeri itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanan mulai dari seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri, aku memilih pilihan pertama pendidikan dokter Universitas Sebalas Maret. Dan pilihan kedua aku kosongin karena aku cuima ingin masuk Universitas Sebelas Maret yang letaknya di Solo dan tidak jauh dari Kota Wonogiri.

Advertisement

Di situlah aku mulai menangis karena di tolak SNMPTN. Selanjutnya aku harus belajar mati matian untuk bisa tembus seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri. Tetapi kadang kadang aku juga sudah merasa lelah untuk belajar. Tetapi dengan jurasan pendidikan kedokteran dan keketatan yang sangat tinggi, membuat aku harus tidak boleh malas malasan dalam belajar. Selain beljar aku pun mendekatkan diri kepada Allah dengan, sholat dhuha, sholat tahajud, mengaji, dan memperbanyak amal kebaikan. Tetapi memang Allah berkehendak aku pun tidak keterima SBMPTN. Di situlah aku mulai mencari referensi referensi universitas lain yang ada fakultas kedokterannya.

Aku mencoba untuk mendaftar ke Universitas Muhammadiyah Surakarta memlalui jalur prestasi dengan pilihan pertama pendidikan dokter dan pilihan ke dua pendikan dokter gigi. Tetapi aku di di pilihan kedua yaitu pendidikan dokter gigi. Tetapi orang tua aku tidak merestui bahwa jika aku mengambil pendidikan dokter gigi karena menurut orang tua aku prospek kerja setelah menyelesaikan pendidikan dokter gigi lebih sedikit dari pada pendidikan dokter umum.

Di situlah aku mencoba untuk tes tulis di universitas tersebut, tetapi aku mencoba berkali kali dan belum diterima. Pada saatnya ujian mandiri Universitas Sebelas maret dibuka dan aku mencoba untuk mendaftarnya. Sembari menunggu pengumumna aku terus berdoa agar aku bisa lolos. Dan pada akhirnya aku pun keterima masuk fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret. Di situ aku langsung menanangis dan loncat loncat karena bahagia banget. Di situlah awal cerita aku untuk bisa menjadi sebuah dokter. Sebuah dokter vadalah cita cita aku dari kecil dan cita cita kedua orang tua aku. Aku bersyukur pada akhirnya setelah melalui perjalanan panjang yang bertubi tubi dan berkelok kelok 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis