Perjalanan Berlika-liku Demi Menggapai Kesuksesan

Biografi Rozan Anwar, Co-Founder PT. Dayalima Abisatya

Berbisnis merupakan salah satu cara bagi seseorang untuk menggapai kesuksesan. Berbisnis bisa kita lakukan dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang besar sehingga dapat menghasilkan uang atau keuntungan. Hal inilah yang selama ini telah dialami oleh Dr.Ir. Rozan Anwar.MBA seorang Co-Founder dari PT. Dayalima Abisatya.

Advertisement

Dr.Ir.Rozan Anwar.MBA atau kerap dipanggil dengan nama Idan lahir pada tanggal 21 Agustus 1965 di Jakarta, Indonesia. Pria yang hampir berumur 53 tahun ini merupakan anak kelima dari keenam bersaudara. Idan memiliki lima empat kakak laki-laki dan satu adik perempuan di keluarga besarnya. Selain terlahir sebagai anak kelima di keluarganya, Idan saat ini mempunyai seorang istri bernama Dian Tanya Sari Santoso dan dua anak bernama Ramzy Zhafir Anwar (Laki-Laki, 16 Tahun), serta Rayhana Rania Anwar (Perempuan, 8 Tahun).


Meskipun begitu hidup yang dijalani oleh Idan ketika kecil sering dihadapkan dengan berbagai rintangan maupun masalah.


Rintangan serta masalah yang dihadapi olehnya adalah kondisi orangtuanya yang pada saat itu tidak terlalu kaya atau mampu seperti saat ini. Orangtua dari Idan yakni Bapak Almarhum Anwar Anief Ibrahim dan Ibu Almarhumah nyonya Helena Anwar terlahir dari keluarga yang begitu sederhana. Selain terlahir dari keluarga yang sederhana, Idan juga sering terkena penyakit karena kondisi badannya yang kurus. Terlepas dari penyakit dan masalah yang ia hadapi, Idan selalu belajar dengan giat dan keras tanpa menunggu perintah dari orangtuanya.

Advertisement

Ini ia lakukan karena ia sangat senang dan bahagia dalam menuntut ilmu. “Saya ketika masih kecil memang sering terkena penyakit karena kondisi fisik yang lemah dan badan saya yang kurus, namun hal tersebut tidak menutup semangat saya untuk terus belajar karena saya orangnya suka bekerja dan belajar dengan keras demi menggapai sesuatu,” ujar Idan ketika diwawancarai beberapa hari yang lalu. Idan juga mengakui bahwa ia selalu bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan kepadanya.


Karena ia percaya bahwa ketika seseorang bersyukur kepada Allah SWT atau Tuhan, pastinya ia akan diberikan balasan yang lebih besar dari sebelumnya yang kita dapatkan.


Advertisement

Selain memiliki sifat yang rendah hati dan selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan, Idan adalah seseorang yang sangat gemar membaca buku. Ketika diwawancarai, ia mengakui bahwa membaca buku adalah sumber pengetahuan bagi segala ilmu. “Saya ketika kecil orangnya suka membaca karena menurut saya ketika kita membaca buku seolah-olah kita berimajinasi dan terlibat aktif di dalam buku tersebut,” ujarnya dengan singkat. Selain menjadi sumber pengetahuan dan sumber berimajinasi, ia mengakui bahwa dengan membaca buku, hal tersebut dapat membantunya mengurangi risiko stress dalam kondisi apapun.

“Saya ketika sedang stress atau sedang memikirkan banyak pekerjaan selalu saya iringi dengan membaca buku. Karena dengan membaca buku, dapat meringankan beban pekerjaan saya terutama pekerjaan di perusahaan saya,” ujarnya lebih lanjut. Membaca buku serta belajar dengan keras terbukti sangat membantunya dalam menjalani pendidikannya.

Idan sebagai anak kelima di keluarganya, memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Budi Waluyo. Ketika SD, dia anak yang rajin dalam belajar bahkan ia tidak perlu menunggu perintah orangtuanya untuk belajar. Hal tersebut yang membuatnya sering menjadi juara kelas dalam beberapa pelajaran ketika masih SD. Memasuki tingkat pendidikan SMP, Idan pindah ke SMP 13 di Bandung, Jawa Barat. Ia pindah ke SMP 13 karena pada saat itu orangtuanya yakni Almarhum Anwar Anief Ibrahim dan Almarhumah nyonya Helena Anwar memutuskan untuk pindah ke Bandung dan tinggal disana selama tiga tahun.

Saat SMP Idan juga selalu konsisten belajar dan membaca buku dengan giat sehingga ia dapat mempertahankan kedudukannya sebagai juara kelas. Ia mengungkapkan juga bahwa salah satu pelajaran yang sering membuatnya menjadi juara kelas adalah pelajaran matematika. “Saya ketika SMP, salah satu pelajaran yang saya sering juarai sebagai juara kelas adalah pelajaran matematika”. Saya sering menjadi juara kelas di pelajaran Matematika karena saya menyukai sebuah pelajaran yang betul-betul menggunakan logika dan membuat saya merasa tertantang untuk terus belajar,” ujarnya kembali.

Setelah tiga tahun berada di Bandung, Idan bersama keluarganya memutuskan untuk pindah kembali ke Jakarta. Ketika kembali ke Jakarta, Idan keterima di salah satu SMA terbaik di Indonesia pada saat itu yakni SMA 70. Di SMA 70, ia memilih jurusan IPA sebagai jurusannya di SMA tersebut. Ia memilih IPA sebagai jurusannya karena ia merasa bahwa IPA atau pelajaran sains merupakan pelajaran yang dapat melatih analisa kita dalam mempelajari sesuatu sehingga dapat mempermudah seseorang dalam mempelajari pelajaran-pelajaran yang lain.

Pada saat itu jurusan IPA dihuni oleh anak-anak yang pintar dan biasanya sering mendapat peringkat tertinggi di kelasnya. Idan sebagai satu-satunya anak di keluarganya yang memiliki jurusan IPA merasa lebih termotivasi dan semangat dalam belajar. Bahkan ia menjadi juara kelas dan mendapatkan nilai yang bagus selama mengemas pendidikan tingkat SMA di SMA 70. Ketika ia memasuki pertengahan kelas 12, Ia mendapatkan surat undangan dari IPB(Institut Pertanian Bogor) yang pada saat itu merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Pada saat itu ia merasa bersyukur dapat keterima di IPB.


“Saya sih sebenarnya pada saat itu sempat kaget ketika mendapat surat undangan dari IPB karena IPB merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik pada saat itu,” ujarnya saat diwawancarai.


Saat masuk IPB atau Institut Pertanian Bogor, Idan memilih jurusan perikanan sebagai jurusannya disana selama empat tahun. Perjalanan di IPB pun malah berlangsung tidak mulus. Di Institut Pertanian Bogor Idan hanya mengemas GPA sebesar 2.0 dan sempat harus mengulang salah satu mata kuliahnya disana. Hal ini yang membuatnya mulai tertarik dengan industri bisnis dan kewirausahaan.

“Saya pas di IPB sempat struggling karena saya pernah mengulang salah satu mata kuliahnya disana. Karena hal tersebut yang membuat saya pada saat itu mulai tertarik dengan industri bisnis dan kewirausahaan tetapi orangtua saya bilang lebih baik diselesaikkan dulu pendidikan S1-nya di IPB kan percuma udah masuk keterima di perguruan tinggi yang bagus seperti IPB,” ujarnya. Setelah menyelesaikkan pendidikan S1, ia melanjutkan pendidikan S2 di University of Colorado Denver, Amerika Serikat pada tahun 1990.

Idan datang ke negeri “Paman Sam” dengan status sebagai pertukaran pelajar. Di University of Colorado Denver, Idan mengambil program MBA(Master of Business Administration) dimana ia mempelajari segala hal tentang teori-teori administrasi di dalam sebuah bisnis atau kewirausahaan. Selama menjalani program tersebut, Idan tidak menemukan kesulitan yang begitu berarti. Ia dengan mulusnya dapat menyelesaikkan program MBA dalam waktu yang singkat yakni hanya 18 bulan. Setelah lulus, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai sales untuk DDI(Development Dimensional International).

Ketika ia menjadi sales eksekutif di DDI, ia mendapatkan penghargaan sebagai “Best Sales employee” dari tahun 1995-1998. Namun ketika memasuki tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi moneter yang membuat banyak perusahaan asing harus angkat kaki dari Indonesia, salah satunya perusahaan DDI ini. Ketika perusahaan DDI ini memutuskan untuk angkat kaki dari Indonesia, Idan bersama 17 karyawannya lainnya pun memulai bisnis mereka yang bernama PT. Daya Dimensi Indonesia.

Awalnya Idan bersama 17 karyawannya melaksanakan bisnis ini di rumah orangtuanya di daerah Birah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia bersama Endah Affif, Meike Malaon, dan Vina G.Pendit dapat mengembangkan bisnis PT. Daya Dimensi Indonesia ini sampai pada tahun 2004, mereka dapat membeli sebuah kantor di kantor taman E3.3, Unit B3-3a di kawasan Mega Kuningan, Jakarta selatan. Pada tahun tersebut jumlah karyawan di perusahaannya pun juga meningkat hingga berjumlah 50 karyawan.

Pada tahun 2008, Idan mempunyai sebuah ide dalam mengembangkan bisnisnya yakni dalam hal “Partner of Choice, People Solution for a Better Indonesia”. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan sumber daya manusia, ia mempunyai visi untuk mengembangkan Assessment Center serta Leadership Development program dengan tujuan yakni menciptakan Indonesia yang lebih baik. Pada tahun itu karyawannya meningkat hingga berjumlah 80 orang. Pada rentang tahun 2008 hingga 2012, Idan memiliki ambisi untuk memperbesar perusahaannya.


Hal ini terbukti berhasil saat ia pertama kali mendirikan Daya Lima Family yang berisikan Daya Dimensi Indonesia, Daya Dimensi Global, Daya Lima Recruitment, Daya Lima Labs, serta Berdaya (sekarang berganti nama menjadi INTIM atau Indonesia Timur).


Ketika pertama kali ia mendirikan Daya Lima Family, ia dapat membeli kantor Daya Dimensi Global di Singapura dan di Sydney, Australia. Hal ini membuat keuntungan perusahaan per tahunnya meningkat secara drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Ia juga sukses bekerja sama dengan Newfield Asia sebagai organisasi yang bergerak di bidang Ontological Coaching. Selama bekerja sama dengan Newfield Asia, ia merasa senang dan menganggap Coaching sebagai hobi barunya.

“Selama saya bekerjasama dalam hal Coaching dengan Newfield Asia, cenderung membuat saya makin mencintai proyek ini karena Coaching ini sangat bermanfaat sekali untuk banyak orang apalagi orang-orang yang tergolong dalam generasi millennial dalam hal meningkatkan kualitas kerja serta mental mereka,” ujarnya kembali saat diwawancarai. Coaching serta pengembangan perusahaannya inilah yang membuat Idan menjadi seorang pengusaha yang sukses seperti saat ini. Ia juga mengungkapkan salah satu caranya untuk mengelola karyawan dan perusahaan.

“Agar sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik, kita harus memastikan bahwa visi dari karyawan ini memiliki filosofi yang sama dengan visi yang dianut oleh perusahaan karena kita harus memastikan bahwa visi karyawan ini benar-benar cocok dengan visi perusahaan agar dapat menghasilkan Business Impact,” ujarnya sambil ia menjelaskan dengan cukup detail saat di wawancarai.


Dalam mengembangkan bisnis serta perjalanan karirnya, Idan adalah seseorang yang gemar bekerja keras, belajar dengan giat, dan selalu melakukan yang terbaik walaupun ada berbagai rintangan yang harus ia lalui.


Namun ia memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa untuk menggapai kesuksesan perlu didukung dengan adanya usaha yang keras dan selalu bersyukur. Karena ketika kita bekerja dengan keras dan selalu merasa bersyukur, maka Tuhan tidak akan segan untuk terus menambah rezeki serta harta kita ke depannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis