Aku adalah anak perempuan pertama dari empat bersaudara. Yah tentu aku hanyalah anak perempuan biasa, aku mudah sekali terluka, aku terkadang lemah, terkadang rapuh, dan memiliki berbagai keterbatasan lainnya.
Aku juga memiliki ego, aku punya ambisi, aku punya keinginan yang menggebu-gebu, aku punya tekad, aku punya mimpi, dan aku juga punya banyak sekali harapan untuk hidupku pada masa mendatang. Hey, menjadi anak pertama perempuan tidaklah mudah, Ayahku selalu berpesan kepadaku, dia berkata
Nduk, kamu anak pertamanya ayah, meski kamu perempuan, kamu ujung tombak ayah, jadilah ujung tombak yang tegar walau di hantam ombak yang deras di lautan
Ayahku tidak menuntutku macam macam, hanya saja menginginkanku untuk menjadi gadis yang sangat tegar menghadapi berbagai cobaan, menghadapi berbagai rintangan, menghadapi berbagai kerasnya kehidupan, dan tentunya menjadi ujung tombak yakni panutan untuk adik-adikku.
Sewaktu aku kecil, aku yakin sekali bahwa aku bisa menjadi ujung tombak yang tegar itu. Akan tetapi, ketika aku kian beranjak dewasa, rasanya menjadi perempuan yang selalu tegar dan mampu mengendalikan emosinya itu tidak semudah yang di bayangkan.
Masalah kian hari kian bertambah pelik, terkadang ujian datang begitu saja, tanpa melihat aku siap atau tidak, aku sedang baik-baik saja atau tidak, ujian ujian itu kadang membuatku kewalahan, tak jarang sekali aku meneteskan air mataku, bukan karena tak terima atau ingin menyerah, aku tidak pernah mau menyerah, aku terkadang hanya lelah saja, hanya bingung tak tau harus berbuat apa, hanya khawatir tentang masa depan, hanya takut jika aku kemudian hari melakukan kesalahan.
Tentu juga karena, Aku hanya sedih saja, hanya kecewa, hanya terluka, hanya ingin marah dan berkata kepada orang yang menyakitiku bahwa dia jahat, memperlakukanku seperti itu, jadi tolong berhentilah, tetapi apa daya aku tidak bisa mengucapkan hal yang benar ketika emosiku sedang meronta ronta.
Ketika dadaku juga mulai merasa sesak, akupun sering pergi bersepeda motor di luar, berkeliling, hanya untuk meluapkan tangis selega-leganya, lalu menenangkan diri, dan kembali pulang dengan berusaha bahwa aku baik baik saja.
Bukannya aku merasa tertekan atau merasa tidak akrab dengan orang tuaku, aku sangat akrab dengan mereka, tetapi entah mengapa, rasanya.. tidak mau sekali kalau harus menunjukkan bahwa aku tidak baik-baik saja kepada mereka.
Karena akupun bahagia bisa diandalkan oleh kedua orang tuaku, sebagai anak pertama perempuan. Biar lukaku, jadi urusanku dengan Tuhan. Nanti juga sembuh sendiri dan masalah hidupku lainnnya, nanti juga selesai sendiri. Begitu pikirku. Jadi, aku ingin mengirim pesan untuk seluruh manusia yang sedang berjuang, entah itu anak pertama, anak tengah atau anak bungsu, kalian tetap semangat yaa…
Karena menurutku, kehebatan seseorang bukan terletak pada posisi dia sebagai anak keberapa di dalam keluarga, tetapi orang yang hebat itu dilihat dari seberapa kuat dan seberapa keras dia berjuang demi kebahagiaan keluarganya.
Dan hey, titip salam dariku yaa. Sampaikan pada dirimu nanti malam, bahwa kamu semua hebat. Kita sama sama berjuang ya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”