Dahulu kala ketika duduk di bangku SMA, saya hanya belajar tentang patriarki sebagai penetapan garis keturunan dari ayah. Namun seiring berjalan waktu dan bertambahnya usia, saya melihat patriarki lebih dari itu. Patriarki yang dilanggengkan dalam kehidupan masyarakat seolah menjadi bumerang yang merugikan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Untuk itu, meskipun sudah hidup di era modern,  perempuan masih sering mendapatkan perlakuan seperti berikut ini.
Misogini
Misogini, yang sederhananya, bisa diartikan sebagai kebencian atau rasa tidak suka terhadap perempuan. Masih menjadi momok yang menakutkan bagi kehidupan perempuan. Bedanya di era sekarang sudah banyak yang menyadari jika sikap dan tindakan tersebut bernama misogini. Salah satu bentuk misogini, di era dahulu yang sering dinarasikan, yakni, anak perempuan yang lahir harus dibunuh hidup-hidup karena berbagai alasan yang tidak masuk di akal. Berbeda dengan era sekarang, misogini yang dihadapi perempuan tidak hanya hadir pada realitas sehari-sehari (dunia nyata) tetapi juga hadir pada realitas yang dikonstruksi oleh media sosial dan digital lainnya.
Adapun contoh misogini terhadap perempuan di dunia nyata misalnya, mendapat ucapan yang tidak sepantasnya dan perlakuan yang tidak mengenakkan lainnya. Sementara itu, di dunia digital dengan adanya akun anonim perempuan bisa saja mendapat ujaran kebencian yang sangat beragam sekali diksinya.
Domestikasi
Beberapa narasi yang mengajarkan bahwa  perempuan lebih baik dirumah telah menjadi makanan kita sehari-hari. Untuk itu, banyak sekali perempuan yang hanya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah saja dalam hidupnya. Namun dilansir dari instagram mubadalah.id menyampaikan wacana yang berlawanan dengan paparan tersebut. Mubdalah megambil poin-poin yang bersumber dari Tahrir al-Mar’ah fi Asr ar-Risalah (1995), karya Syekh Abu Syuqqah, yakni, perempuan pada masa nabi pun banyak yang terlibat untuk ruang publik.
Entah itu untuk kegiatan ibadah, pendidikan, kerja ekonomi, sosial dan lainya. Oleh sebab itu, jika ada yang mengatakan pekerjaan perempuan tercipta hanya untuk dirumah saja mengerjakan hal-hal yang bersifat domestik, seperti memasak dan lainnya, tentulah suatu kekeliruan. Namun berbeda jika ada  perempuan yang memilih dan memutuskan  ingin bekerja dirumah saja atau ada perempuan yang memilih untuk bekerja diluar rumah, tentu sudah kewajiban dari masing-masing kita untuk menghormatinya.
Perempuan memang telah berjuang untuk kehidupan yang lebih baik dan setara di masa kini. Namun ekosistem tersebut tentu tidak akan bisa dibangun dengan baik, tanpa adanya dukungan dari laki-laki yang juga memiliki pandangan sama bahwa laki-laki dan perempuan setara dalam beragam aspek di kehidupan ini.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”