#PerempuandalamTulisan – Menjadi Perempuan Berpendidikan Tinggi? Siapa Takut!

Pendidikan merupakan hal penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan, bangsa akan melahirkan sumber daya yang cerdas dan berkompeten. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan tinggi, baik itu untuk laki-laki maupun perempuan. Namun sayangnya, pendidikan tinggi bagi perempuan masih dipandang sebelah mata.

Advertisement

Di Indonesia sendiri perempuan berpendidikan tinggi tak ayal menjadi polemik. Meskipun banyak lulusan perempuan Indonesia yang sukses mengenyam pendidikan, hal tersebut tetap mengundang stigma negatif. Hal inilah yang membuat perempuan menjadi bimbang untuk mengejar studinya.

Kondisi seperti ini menempatkan perempuan ke dalam situasi dilematis. Padahal setiap perempuan tentu memiliki goals-nya masing-masing. Ada yang ingin belajar sesuai passion-nya, menjadi mahasiswa di kampus impiannya, hingga melalang buana ke luar negeri untuk menimba ilmu. Tetapi keinginan tersebut terpaksa dipendam karena opini negatif yang menghujam. 

Perempuan kok sekolah tinggi-tinggi?

Advertisement

Rasanya geram campur bingung dengan kalimat seperti itu. Penekanan pada kata kok seakan-akan perempuan berpendidikan tinggi adalah ironis. Padahal kini perempuan sudah diberi ruang gerak bebas. Banyak perempuan yang melanjutkan studi hingga S3. Namun nyatanya hal tersebut tak cukup membungkam stigma negatif.

Memang tidak semua orang berspekulasi buruk terhadap perempuan yang bersekolah tinggi. Tetapi ada saja masyarakat yang memandang enteng hal ini. Alhasil perempuan dan pendidikan selalu menjadi perbincangan. Seperti dikalangan public figure berprestasi yaitu Tasya Kamila.

Advertisement

Setelalah lulus S2 dari Columbia University, ia memutuskan menikah dan dikarunai seorang putra. Pada saat mengandung, ia pernah dilontarkan pertanyaan Tasya gimana sekarang kamu hamil ngerasa sia-sia nggak pendidikannya? Mendengar hal tersebut Tasya kecewa dan menyatakan bahwa tidak ada yang salah menjadi seorang ibu dengan pendidikan tinggi.

Dari kisah tersebut, kita dapat melihat bahwa keputusan beliau menjadi ibu bukanlah suatu kesalahan. Ilmu yang Tasya dapatkan merupakan hasil keseriusan beliau dalam belajar. Karena sesungguhnya tidak ada yang sia-sia menjadi seorang ibu cerdas untuk anaknya nanti. Lalu bagaimana cara mendobrak stigma ini?

Dari sekian banyak manusia, tentu sulit untuk menyamakan persepsi masing-masing. Pasti ada saja pro dan kontra yang menyertai. Namun hal tersebut jangan dijadikan alasan untuk berhenti menuntut ilmu. Kembali pada niat kita. Kita tak harus takut jika tujuan mengenyam pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas diri dan memberikan manfaat.

Pendidikan tinggi yang diraih seorang perempuan membantu dirinya untuk menjalani hidup. Perempuan akan dilatih menjadi sosok mandiri dan berpikir kritis. Sikap mandiri menuntun perempuan untuk memiliki jiwa inisiatif yang tinggi. Lalu, pemikiran kritis membantu perempuan dalam menentukan keputusan.

Selain itu, memiliki pendidikan tinggi akan lebih siap untuk menghadapi perkembangan zaman. Zaman yang serba modern ini mengharuskan kita memahami segala perubahan. Kita sebagai perempuan diharap mampu mendidik dan mengajarkan anak kita mengikuti perkembangan zaman. Dari sini, perempuan harus bisa memanfaatkan ilmunya sebaik mungkin untuk penerus generasinya nanti. Jadi, pendidikan bagi perempuan bukanlah hal tabu yang harus dihindari.  

Tidak akan sia-sia bagi seorang perempuan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Jikat niat dan tujuannya baik, pasti akan berbuah baik juga. Maka dari itu perempuan tak seharusnya takut  dengan pilihannya menempuh pendidikan. Semoga kelak kita menjadi perempuan yang berguna bagi bangsa dan siap menebar kebermanfaatan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just ordinary students