Sering kali kita mendengar kalau perempuan yang cantik adalah mereka yang bertubuh langsing, berkulit putih, memiliki kaki yang jenjang dan berhidung mancung. Hal inilah yang membentuk standar kecantikan ditengah masyarakat bahwa cantiknya perempuan dilihat dari fisiknya. Mengapa hal ini terjadi? Secara tidak sadar lingkungan keluarga dan masyarakat yang membentuk standar kecantikan tersebut.
Dibuktikan ketika ada bayi yang baru lahir, pasti keluarga atau tetangga ada yang mengatakan “Wah hidungnya mancung ya” atau “Kulitnya putih deh, sama seperti ibunya”, atau mungkin saat kecil anak perempuan sering diberi mainan boneka Barbie yang bertubuh langsing, berkulit putih dan berhidung mancung. Sampai dewasa pun ketika bertemu dengan seseorang yang lama tidak bertemu sering kali hal pertama yang dibicarakan adalah fisik, seperti “Wah, sekarang kamu gendutan ya” atau “kulit kamu kok putih ya, apa rahasianya sih?”. Standar kecantikan seperti itulah yang terbentuk dari mulai anak-anak hingga dewasa. Sehingga tidak heran jika dalam tumbuh kembang seorang anak dari kecil hingga dewasa sering muncul permasalahan tentang bentuk fisik.
Standar kecantikan yang ada terlihat tidak masuk akal. Anggapan bahwa perempuan yang mempunyai tubuh ideal adalah mereka yang bertubuh langsing, namun di bagian tubuh tertentu seperti bokong dan daerah dada harus terlihat besar. Sementara perempuan “normal” tidaklah seperti itu, karena setiap diri perempuan mempunyai kekurangan.
Pada akhirnya perempuan yang terpengaruh oleh standar kecantikan ini, menggunakan segala cara agar terlihat cantik di mata orang dengan make up, operasi plastik, dan diet yang terlalu ekstrem dan mengesampingkan hal penting lainnya. Padahal besar kemungkinan standar kecantikan dapat berubah seiring perubahan tren yang ada. Yang harus ditanyakan pada diri sendiri adalah apakah akan mengikuti standar kecantikan yang ada atau merasa bangga menjadi diri sendiri apa adanya.
Peran media sosial banyak mempengaruhi standar kecantikan yang ada. Di media sosial setiap orang dituntut untuk kompetitif, postingan yang mendapat like dan viewer banyak adalah mereka yang diakui keberadaannya di publik. Kita tidak menutup mata bahwa foto yang memperlihatkan lekuk tubuh dengan tubuh yang katanya sesuai “standar kecantikan dan proporsional” banyak digemari kalangan tertentu. Juga masih ada produk atau brand kecantikan yang terlalu menonjolkan kecantikan melalui model dari luar negeri, hal ini dianggap kurang tepat karena Indonesia adalah negara yang beragam mulai dari suku, warna kulit, bentuk fisik sampai jenis pakaian.
Namun di sisi lain masih ada optimisme tentang hal ini, melalui influencer, youtuber dan public figure tertentu yang mendeklarasikan bahwa kecantikan adalah relatif dan representative. Maka yang diharapkan standar kecantikan yang ada perlahan mampu dirubah melalui media sosial, melalui perempuan yang berani tampil apa adanya dan tidak takut terihat tidak sempurna, tidak masalah memiliki kulit gelap, rambut keriting, perut bergelambit atau hidung yang tidak mancung.
Hal terpenting yang harus diingat bahwa setiap perempuan memiliki kendali atas dirinya sendiri dan tidak mudah didekte dengan hal-hal yang membuat dirinya semakin terjatuh. Karena cantik bukan hanya melulu tentang fisik, cantik adalah mereka yang menginspirasi, mempesona dan menarik dari apa yang perempuan lakukan. Jadilah perempuan berkualitas dan hebat!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”