Perdamaian Perempuan dengan Parasit, Ini Sering Dialami Perempuan Loh~

Pengaruh Pandemi Pada Kesehatan Mental Perempuan

Parasit bernama Virus Covid-19 membuat hidup lebih menantang bagi semua orang. Semenjak Virus Covid-19 ini merebak ke seluruh dunia dengan segala ketidakpastiannya, tidak hanya mengacam kesehatan fisik masyarakat juga mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Kesehatan mental mengacu pada Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Advertisement

Tekanan psikologis mulai menjalari masyarakat, kengerian ganasnya Virus Covid-19, takut terjangkit, dan konsekuensi ketentuan isolasi/berdiam diri di rumah. Perempuan menanggung beban tidak proporsional. Karena faktor sosial, budaya, dan ekonomi perempuan menghadapi peningkatan tanggung jawab di masa pandemi ini. Perempuan terkurung dalam masalah-masalah seperti:


  • Tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kebijakan DiRumahSaja justru tidak aman bagi perempuan dengan pasangan hidup pelaku KDRT,

  • PHK dan kehilangan penghasilan. Perempuan lebih banyak kena PHK

  • Pengasuhan dan pendidikan anak. Ditutupnya sekolah selama masa pandemi membawa kerumitan baru dalam pengasuhan, pendampingan belajar, dan pendidikan anak.

  • Beban work from home yang kini menjadi new normal bagi perempuan pekerja.

  • Resiko kematian. Perempuan sebagai perawat, dokter atau paramedis di garis terdepan penanggulangan Covid-19

  • Kondisi itu menimbulkan gangguan pada kesehatan mental seperti; perasaan cemas, suasana hati yang kosong/tidak menentu, persepsi diri yang rendah, nyeri tubuh, kelelahan, sulit tidur, stress, jantung terasa berdebar-debar, penurunan selera makan, pikiran mencelakai diri bahkan keinginan mengakhiri hidup.

Minari 38 tahun (bukan nama sebenarnya) perempuan pekerja, ibu dua orang anak. Selain bekerja di suatu perusahaan telekomunikasi, ia juga menjalankan usaha kuliner di rumahnya. Minari memang hobi  memasak, maka untuk menambah pendapatan keluarga ketika tiga tahun lalu suaminya kena PHK, dirintisnya berjualan dan menerima pesanan Somay. Sekalipun suaminya mendapat pekerjaan kembali, namun ia tetap meneruskan usaha bahkan berkembang menjual ayam bakar.  

Advertisement

Akhir Februari 2020, suami Minari dirumahkan karena perusahaan tempatnya bekerja suatu biro perjalanan mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19. Gaji yang diterima oleh suaminya dibayar  separuhnya hingga Bulan Maret. Sementara Minari tetap bekerja dengan ketentuan Working From Home (WFH) sesekali bila diperlukan hadir ke kantor. Semenjak suaminya dirumahkan perusahaan, Minari kini berdua dengan suaminya mengelola usaha kuliner, namun omzetnya menurun dampak melesunya ekonomi sejak pandemi.

Keseharian Minari dimulai dari subuh menyiapkan bahan pembuatan Somay dan Ayam Bakar. Kemudian menyiapkan sarapan mereka berempat. Pukul delapan pagi anak-anak mulai mengikuti program belajar dari Kemendikbud melaui  TVRI, sedangkan ia sendiri bersiap di depan Laptop WFH, sementara suaminya mulai mengolah somay dan ayam bakar sesuai pesanan. Sesekali Minari memantau kedua putrinya, si sulung kelas 5, si bungsu kelas 2 Sekolah Dasar. Jeda sejenak dari pekerjaan kantor, ia masuk dapur menyiapkan makan siang keluarga.

Advertisement

Di sela waktu sebelum makan siang, ia dan suaminya mengemasi pesanan kemudian diantar ke pembeli. Bergantian dengan suaminya, mengajari anak-anak mengerjakan tugas sekolah yang dikirim melalui pesan WA atau surel. Bergatian bukan saja untuk menyesuaikan keadaan pekerjaan kantor, juga meredakan kejengkelannya, karena Bapak atau Ibu Guru agresif sekali megirimkan WA tugas/PR, tidak disertai arahan jelas, tanpa memberikan tuntunan bagaimana memahami pokok bahasan mata pelajaran.

Selain tenggat waktu tugas sekolah anak-anak, Minari harus menuntaskan pekerjaaan kantor dengan deadline-nya. Belum lagi kerusuhan kecil diantara kakak-beradik, bila kedua putrinya dilanda kebosanan, cenderung tingkah laku anak-anak memancing kemarahannya. Putri sulungnya sudah dapat membantu benah-benah rumah, menyapu, mengepel, membersihkan kamar. Mencuci pakaian dikerjakan setiap hari Sabtu. Kini mereka mengenakan baju tanpa disetrika, lumayan menghemat biaya listrik.

Minari berbelanja  keperluan jualan dan rumah tangga ke pasar tradisional di malam hari Pkl. 22.00 setelah anak-anak mereka tidur. Minari was-was meninggalkan anak-anak dalam tidur, tapi di jam itulah saatnya sayuran, ikan dan daging ayam ‘baru turun’ dari pemasok luar kota dan harganya lebih murah. Untunglah pasar tradisional jaraknya hanya 3 km dari rumah. Sekali waktu Minari perlu masuk kantor, diantar suaminya mengendarai sepeda motor hingga halte TransJakarta karena semenjak diberlalukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota, tidak diperbolehkan  berkendaraan boncengan. Minari memanfaatkan jadwal kerja ke kantor dengan membawa jualannya.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Minari jatuh sakit, gejalanya seperti Typus. Dirawat di rumah oleh suaminya, keadaan Minari tidak kunjung membaik. Bertahan di rumah selama sepuluh hari kini mulai meracau, Minari dibawa ke rumah sakit. Belakangan ini Minari sering merasa kelelahan, mengeluhkan napasnya terasa pendek, dan ia mulai malas makan. Suami Minari didera penyesalan telah abai atas kesehatan istrinya. Dokter menyatakan bahwa Tifus yang diidap Minari menimbulkan komplikasi Miokarditis atau peradangan otot jantung.

Mengacu pada artikel di Himedik.com, Craig N. Sawchuk, seorang psikolog di Mayo Clinic, menyatakan:


“Ketika otak Anda terus-menerus berusaha beradaptasi dengan ketidakpastian, ketakutan, dan tantangan, tubuh secara fisik menjadi lelah karena mengelola stres emosional”


Sawchuk menambahkan, bahwa energi fisik, emosional, dan mental yang semuanya berasal dari wadah yang sama. Sehingga menguras berbagai sistem dalam kehidupan secara terus-menerus malah bisa melemahkan tubuh.

Dengan demikian, jika masyarakat tak bisa menjaga psikologi mereka sendiri ada kecenderungan imunitas tubuh menurun. Pemerintah menyadari hal ini, kepala staf presiden pada Konferensi Pers 29 April lalu menyatakan pemerintah menyediakan layanan konsultasi psikologi bagi masyarakat selama pandemi corona yang dilabeli Sejiwa atau Sehat Jiwa. Layanan Sejiwa ini, menurutnya dapat diakses melalui hotline 119 ekstensi 8. Moeldoko menuturkan masyarakat dapat berbagi keluhan akibat stres selama pandemi Corona.

Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ menyampaikan tips tersebut saat melakukan konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional pada Jumat, 1 Mei 2020 lalu.  Upaya pertama yang dapat dilakukan yakni membatasi informasi yang berlebihan. Informasi terkait dengan COVID-19 yang belum diketahui kebenaran dapat memicu kecemasan. Di tengah pandemi COVID-19 yang berdampak juga pada kesehatan mental, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia memberikan layanan swaperiksa masalah psikologis secara online. Langkah tersebut dapat diakses masyarakat dengan mengakses laman. Pada akhirnya kita memang harus berdamai dengan Covid-19. Membangun ketahanan adalah belajar untuk menerima dan beradaptasi dengan keadaan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A wife, mommy of two who interested on writing, communication, and book lover. Doing alternative way of back to campus; online learning