Aku sepertinya belum terlalu siap. Aku terlalu cepat percaya dan membuka hatiku untuk seorang pria sehingga sepertinya ini adalah pukulan telak buatku. Dua kali dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, patah hati lagi. Aku hanya mencoba mempercayai mulutnya saja, tak kukira bahwa ini terlihat seperti drama dan aku menjadi pemeran protagonis dihadapkan oleh serigala berbulu domba sepertimu. Ah, aku tak menyalahkanmu sama sekali! Namun ini begitu menyakitkan. Bolehkah aku memakimu? Tetapi itu hanya akan mengotori mulutku saja.
Ini kisah nyata yang aku bagikan untuk pembelajaran bagi semua wanita di luar sana untuk tak menjadi orang bodoh sepertiku.
Aku mengenalnya belum lama. Ikatan kami sangat kuat bahkan kami berencana untuk menikah dan hidup bersama. Aku tak menaruh curiga apapun kepadanya karena sudah seharusnya rasa percaya satu sama lain harusnya disematkan dalam suatu hubungan, apalagi ini sudah hampir tahap serius. Membicarakan pernikahan rasanya bukan lagi hal main-main.
Aku begitu mempercayainya sampai-sampai aku meminjamkannya uang yang nominalnya tidak sedikit bagiku. Aku menganggap ia sedang mengumpulkan uang hasil gajinya untuk menyiapkan pernikahan kami nantinya. Aku hanya berusaha berpikiran positif kepadanya.
Hingga suatu hari, badai menghantamku. Aku benar-benar jatuh waktu itu. Rasanya aku ingin mati. Aku tak sanggup menahan malu dan kecewa. Bagaimana tidak? Seorang perempuan datang ke rumahku menemui Ibuku. Ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari kekasihku.
"Saya adalah istri dari pacar anak Anda. Asal Ibu tahu, pacar anak Ibu itu sudah memiliki istri dan dua orang anak. Ia jarang pulang ke rumah karena anak Ibu!"
Saya mendengarnya pun langsung lemas. Aku tak menduganya karena ia mengaku kepadaku bahwa masih bujangan. Ia ta memiliki istri apalagi anak. Dan sebelumnya, ia pernah datang ke rumahku dengan seorang pria yang diperkenalkannya sebagai bapaknya dan bermaksud melamarku.
Aku benar-benar dipermainkan. Kepercayaan penuh yang kuberikan, ia manfaatkan dengan sangat baik. Aku tak menyangka bahwa ia tega melakukan itu kepadaku. Ia memang penipu ulung sampai menyewa orang lain untuk mengaku-aku sebagai bapaknya.
Tolol betul diriku sampai termakan ucapannya. Aku benar-benar terperosok, jatuh, dan kesulitan untuk bangkit. Aku tak ingin membuka hatiku kembali. Namun patah hati hati bukan hanya aku saja yang rasakan. Jadi tidak benar bahwa aku harus menutup hati. Aku hanya membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengobati lukaku ini karena belum lama aku patah hati, sudah terulang lagi walaupun dengan cara yang berbeda.
Aku kira lukaku sebelumnya dapat sembuh dengan menemukannya. Bukan sembuh malah tambah parah. Namun, ini memberikanku pelajaran untuk tidak mudah percaya. Aku hanya perlu jauh lebih berhati-hati untuk menemukan kembali tambatan hati.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”