Perbedaan Reaksi Saat Mendengar Kisah Sukses, Ada yang Termotivasi Ada yang Rendah Diri

Kisah sukses para pengusaha muda dengan mudahnya kita akses di ponsel kita.

Siapa yang nggak mau sukses? Hampir semua orang ketika ditanya seperti itu pasti mengangguk setuju. Sukses menjadi sebuah gambaran penting dalam kehidupan. Terlebih lagi seiring dengan pesatnya teknologi. Standar sukses dengan mudahnya menelisik benak para kaum muda. Nyaris tanpa saringan, berita-berita pencapaian para pesohor dan pengusaha menjejali kegiatan kita sehari-hari.

Advertisement

Beberapa waktu belakangan beredar sebuah konten viral tentang ideal pencapaian di umur 25 tahun. Salah satunya adalah memiliki tabungan 100 juta rupiah. Wow! Bagi sebagian orang mungkin jumlah itu tidaklah banyak. Namun, lebih banyak yang menganggap bahwa itu terlalu tinggi.  Gambaran sukses lagi-lagi tentang harta dan materi.

Owner Vanilla Hijab, Atina Maulia pernah menulis bahwa ia tidak akan membagikan kisah suksesnya. Lho, kok, bisa? Padahal banyak yang terinspirasi dengannya. Hal ini dikarenakan ia takut kalau kisahnya justru menjadi toxic. Kisah itu adalah kisah hidupnya, yang memang ditulis Tuhan untuknya. Jadi, belum tentu cocok untuk orang lain.

Tulisan Atina membuatku merenung. Betapa sejak remaja aku sering mengalaminya. Hobiku adalah membaca buku-buku pengembangan diri yang tentunya terdapat kisah sukses di dalamnya.

Advertisement

Sebagian membuatku termotivasi, tapi tak jarang aku jadi membandingkan dengan kehidupan yang aku jalani. Aku rendah diri. Terlebih lagi jika tokoh dalam kisah itu umurnya hampir sama denganku. Semisal, dia di umur sekian sudah melakukan banyak hal. "Aku ngapain, aja, ya? Kenapa, sih, aku nggak bisa seperti dia."

Pada kesempatan lain aku juga pernah membaca di sebuah forum diskusi. Tentang reaksi seseorang setelah mengikuti seminar. Dalam diskusi itu sebagian ada mengaku bahwa setelah mereka ikut seminar bukannya semakin termotivasi justru semakin rendah diri terhadap pencapaian orang lain.

Advertisement

Hal ini terjadi karena mungkin masih menyimpan mindset “Kalau Orang Lain Bisa, Aku Harus Bisa!”  Bukan, bukan berarti mindset itu salah. Tapi, jika kita tak piawai memilih-milih informasi justru perasaan insecure yang terjadi.

Padahal kalau orang lain bisa maka kita tak tak harus bisa seperti dia. Dan mengikuti semua jalan dan jejaknya. Sebab, kita bukanlah dia dan selamanya tak akan menjadi dia. Tiap orang memiliki  start dan goal suksesnya sendiri. Dengan ideal yang tentunya berbeda-beda.

Nggak apa-apa kalau saat ini hidup kita nggak sesuai dengan standar sukses lainnya. Nggak punya tabungan 100 juta, rumah, mobil, dan kemewahan lainnya. Namun, pastikan menjalaninya lebih baik setiap harinya sesuai dengan versi diri kita. Serta tidak lupa mensyukuri atas apa yang kita punya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lahir 1 Juni di Batang, Jawa Tengah. Seorang guru di SMP Negeri 6 Batang. Menyukai Puisi. Buku kumpulan puisinya berjudul "Senandika Pemantik Api".