Peran dan Pola Asuh Orang Tua dalam Pembentukan Konsep Diri yang Baik Pada Anak

Pengajaran orang tua membentuk konsep diri anak

Tumbuh kembang anak sangat berpengaruh bagi pembentukan sifat ataupun karakter mereka. Dukungan dari kedua orang tua, keluarga dan lingkungan sekitar menjadi pemicu timbulnya sifat yang melekat di setiap pribadi anak.  Orang tua merupakan anggota dari keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Lingkungan yang ditinggali oleh keluarga haruslah baik jika ingin menciptakan sifat positif pada anak. Peran keluarga terutama kedua orang tua, kerabat terdekat, teman-teman, serta lingkungannya memiliki peran penting dalam menentukan karakter disepanjang perkembangan hidup anak.

Advertisement

Konsep diri tidak dimiliki oleh anak ketika masih dikandungan, tetapi konsep diri dibentuk sejak anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya yang terbentuk secara bertahap. Konsep diri muncul melalui interaksi, kontak sosial dan pengalaman komunikasi dari orang-orang disekitarnya. Orang tua merupakan orang terdekat yang memiliki arti khusus dalam kehidupan anak. Konsep diri mencerminkan sifat dan karakter asli anak. Maka dari itu, bagaimana peran serta pola asuh yang seharusnya dilakukan orang tua untuk menciptakan konsep diri yang baik pada anak?

Pertama orang tua harus bisa memahami “dunia” mereka. Dunia yang dimaksud adalah perspektif seorang anak dalam melihat berbagai hal sesuai dengan sudut pandang mereka. Anak tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika kedua orang tua menggunakan cara mereka untuk membimbing anak menjadi apa yang mereka inginkan. Terkadang para orang tua lupa jika dunia mereka sangat jauh berbeda dengan dunia anak. Keinginan orang tua dalam meng-unggulkan anak, membuat anak merasa terkekang dalam melakukan aktivitas mereka.

Di setiap fase pertumbuhan pada anak, pemahaman mereka akan dunia juga berbeda-beda. Ada 6 fase perkembangan pada anak yaitu, fase egosentris (balita-TK), fase awal (usia SD), fase tengah (usia SMP), fase akhir (usia SMA), fase identitas (usia kuliah), dan fase adaptif (usia dewasa awal hingga seterusya). Perbedaan perilaku dan sudut pandang disetiap fase, mengharuskan orang tua lebih memahami betul apa yang dunia mereka perlukan. Untuk itu, sangat penting bagi orang tua dalam memahami “dunia” apa yang sedang menjadi tumpuan mereka.

Advertisement

Kedua, menjadi contoh bagi anak. Anak merupakan peniru terbaik dalam kehidupan. Anak akan melakukan dan mengikuti tingkah laku yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Apa yang mereka lihat, itu yang mereka perbuat. Dalam fase ini, orang tua harus sebisa mungkin meminimalisir perlakuan yang tidak pantas bagi anak. Dari hal kecil saja seperti jangan berbicara dengan nada keras, menaruh barang pada tempatnya, tidak membuang sampah sembarangan, dan hal kecil lainnya. Secara tidak sadar, anak akan mengikuti orang tuanya dan akan terbawa sampai besar. Contoh yang baik akan menimbulkan kebiasaan yang baik, tapi contoh yang buruk akan menimbulkan kebiasaan yang buruk.

Ketiga, mendukung dan memotivasi anak. Berbagai macam dukungan dan perkataan motivasi yang diberikan orang tua sangat berpengaruh besar dalam pembentukan konsep diri pada anak. Pada pertumbuhan anak, mereka belum mengenali apa kemahiran dan kemampuannya. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam menggali bakat anak agar menjadi apa yang mereka inginkan. Motivasi serta dukungan yang dilontarkan terus-menerus akan membuat anak menjadi pribadi yang positif dan percaya diri.

Advertisement

Keempat, tidak terlalu mengekangnya (overprotektif). Orang tua memang ingin yang terbaik bagi anaknya, namun perhatian yang diberikan terlalu berlebihan terkadang menghambat anak dalam menjalani kegiatan mereka. Disiplin dan taat merupakan sifat yang paling disenangi oleh orang tua, namun ada saatnya orang tua harus memberikan mereka kebebasan dalam mewujudkan tujuannya. Bukan berarti orang tua langsung lepas tangan terhadap masalah ataupun hal-hal yang berkaitan dengan anak, mereka tetap memberikan kebebasan, namun para orang tua harus tetap mengontrol setiap perlakuan yang sedang diperbuat mereka.

Menjadi orang tua yang overprotektif memiliki banyak dampak buruk bagi anak yaitu, anak bisa menjadi penakut dan kehilangan kepercayaan diri. Karena ketakutan orang tua akan hal-hal di luar sana, membuat anak juga ikut merasa takut. Anak bisa menjadi tidak mandiri dalam melakukan hal-hal di luar pengawasan orang tua. Akibat overprotektif, anak sulit mengatasi masalahnya sendiri. Overprotektif membuat anak menjadi manja dan selalu bergantung kepada orang tua ataupun orang lain.

Dia tidak bisa mengambil keputusannya sendiri karena dia perlu orang lain dalam memecahkan masalahnya. Selain itu, overprotektif menjadikan anak menjadi pribadi yang suka berbohong. Karena keseringan dilarang, anak akan terus mencari akal dan akhirnya berbohong supaya bisa lolos dari kekangan itu. Anak akan terus berbohong untuk melakukan kegiatan kesukaan mereka yang menentang peraturan orang tua. Terlalu seringnya dikekang dapat membuat anak mudah cemas akan suatu hal, mudah stress karena takut salah, bisa menyebabkan depresi atau bahkan menjadi korban bully.

Kelima, tidak pilih kasih. Dalam Sebagian keluarga, pasti ada orang tua yang memiliki lebih dari satu anak. Sifat dan karakter dalam anak pastinya berbeda-beda. Tidak jarang orang tua lebih menyayangi anak yang memiliki sifat mudah diatur atau bahkan memiliki kepintaran yang membuatnya selalu menjadi juara di manapun. Hal ini membuat anak yang lain menjadi tersingkirkan atau bahkan tidak dianggap ada dalam keluarga. Sebagai orang tua yang baik, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua untuk bisa memberikan kasih sayang adil tanpa meminta imbalan. Jangan sampai perhatian yang orang tua berikan ke satu anak membuat anak yang lain merasa terasingkan. Berikan pemahaman serta penjelasan kenapa orang tua melakukan perhatian lebih terhadap anaknya yang lain.

Pembentukan konsep diri yang baik merupakan hal yang paling penting pada setiap perkembangan individu pada anak. Konsep diri menjadi kerangka dasar dalam berinteraksi dan berperilaku terhadap lingkungan sosialnya. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang benar dalam perkembangan anak, akan membuat anak menjadi yakin kalau dirinya berharga. Pola asuh yang benar akan membuat anak menjadi mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Anak bisa menjadi pribadi yang ramah, hangat dan mampu menyelesaikan masalahnya.

Sebagai orang tua yang baik, jangan pernah memberikan label atau stigma yang negatif kepada anak. Jangan sampai emosi orang tua mengontrol diri mereka dan menimbulkan efek negative terhadap pembentukan konsep diri anak. Jangan pernah berkata “bodoh, bandel, tidak berguna, jelek, sampah” dan perkataan lainnya yang bisa merendahkan anak.

Dorongan serta motivasi harus selalu diberikan kepada anak dalam segala situasi yang sedang dialami anak. Jangan terlalu mengekang anak jika tidak ingin menciptkan konsep diri yang nantinya akan disesali para orang tua. Berikan mereka kebebasan dalam mengekspresikan diri terhadap dunia luar, ajarkan mereka untuk bertanggung jawab terhadap hal-hal yang kecil dan jangan pernah memilih kasihkan anak dengan anak yang lain.

Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Salemba Humanika: Jakarta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini