#JagaJarakSejenak Penyebaran COVID-19 yang Makin Meluas, Si Bungsu Terpaksa Diancam Tetap #DiRumahAja

Keluh kesah seorang kakak yang mengasihi adiknya


"Dia alasan nggak ada wifi dek, papa mama udah capek ngasih tahu."


Advertisement

Seperti itulah pesan yang dikirim kakak saya di kampung halaman melalui aplikasi whatsapp, kakak saya menyampaikan pesan itu karena adik bungsu kami yang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) tidak mau berdiam #dirumahaja. Memang benar, karena persebaran COVID-19 yang meluas, sekolah di seluruh negeri ini termasuk di kampung halaman saya di Jawa Timur juga diliburkan. Meski demikian, para tenaga pendidik memberikan berbagai tugas online untuk menemani masa karantina anak-anak didiknya di rumah. Dan untuk adik bungsu kami, tugas online inilah yang menjadi alasan kuat untuk dia pergi berkumpul bersama teman-temannya mencari wifi dan mengerjakan bersama tugas online mereka. Huft!

Paling puncaknya, minggu lalu, dimana dengan mengirimkan voice note melalui aplikasi whatsapp, kakak saya mengabarkan bahwa adik bungsu kami tiba-tiba pergi dengan alasan mengerjakan tugas online dan kemudian kembali pulang ke rumah bersama beberapa temannya. Bisa bayangkan, di tengah penyebaran virus yang makin meluas, mereka berkumpul di luar, lalu mereka datang ke rumah kami, dan eh berkumpul lagi deh di rumah kami, bisa bayangkan seberapa besar resiko terpaparnya, readers? Huft!

Lalu saya menghubungi ibu saya untuk mengarahkannya agar lebih memberikan penegasan dan penjelasan tentang resiko-resiko dan bahayanya keluar di waktu-waktu sekarang ini. Dan apa yang terjadi? Ibu saya malah memberikan informasi baru yang lebih lengkap tentang pergerakan adik bungsu kami dari pagi sampai malam. Dijelaskannya bahwa hampir di setiap pagi, adik bungsu kami tetap memaksa untuk pergi berolahraga di salah satu gedung olahraga (GOR) di dekat rumah, lalu di siang hari dia memaksa keluar dengan alasan mengerjakan tugas online di rumah teman yang memiliki wifi, dan bahkan ketika sore menjelang dia akan memaksa keluar lagi untuk pergi bermain bola bersama teman-temannya di lapangan dekat rumah. Bisa bayangkan betapa lelahnya orang tua bahkan kakak saya memberikan penjelasan tentang resikonya keluar rumah di masa-masa sekarang ini, dan lalu akan tetap dibantah oleh adik bungsu kami? 

Advertisement

Orang tua dan kakak saya sudah benar-benar angkat tangan menghadapi si adik bungsu kami ini. Lalu saya terdiam, dan mulai berpikir, saya teringat bahwa memang susah untuk membuat orang yang selama ini sangat aktif beraktivitas di luar rumah untuk kemudian harus diam #dirumahaja. Dan adik bungsu kami ini salah satu contoh orangnya, orang yang sangat aktif beraktifitas di luar rumah, untuk berolahraga, berkumpul bersama teman, bahkan nge-band, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang sebenarnya positif sih. Tapi ya untuk saat ini, sekalipun kegiatan itu positif, namun karena keadaannya berbeda, dimana musim kehidupan sedang menempatkan kita pada kondisi harus berdiam diri #dirumahaja ya. Kita mau tidak mau harus mengikutinya. Karena ini bukan untuk kebaikan siapa-siapa, khususnya, keputusan yang mengharuskan kita untuk #dirumahaja itu untuk kebaikan diri kita sendiri. Iya, benar, untuk menjaga agar kita tetap sehat. 

Dan singkat cerita, akhirnya saya menghubungi adik bungsu kami ini, melalui aplikasi whatsapp, tanpa berbasa-basi saya langsung menyuruhnya untuk segera pulang, dan tetap dia menjawab saya dengan alasan yang sama bahwa dia belum bisa pulang karena masih mengerjakan tugas online di rumah teman yang memiliki wifi. Lalu, saya mulai menawarkan untuk membelikan kuota agar memudahkannya untuk mengerjakan tugas-tugas online di rumah saja. Namun, kemudian, tetap saja, adik bungsu kami tak kunjung pulang. Saya terdiam, dan akhirnya sebuah ide yang berbau ancaman mulai muncul di pikiran saya.

Advertisement

Jadi, kebetulan, sebelum saya pergi merantau ke tanah Borneo, dulunya, di kampung halaman saya, saya sempat bekerja sebagai wartawan koran lokal, jadi tentu saja saya masih punya nomor kontak teman-teman wartawan saya. Lalu, tak perlu menunggu lama, akhirnya saya cari kontak teman wartawan saya yang pergerakannya di bagian pendidikan, dan saya akhirnya mulai ketikan beberapa pesan yang isinya pertanyaan terkait bagaimana respons sekolah-sekolah jika tugas-tugas online yang mereka berikan dikerjakan oleh para muridnya secara bersama? Sekolah bagaimana menanganinya? Tidakkah itu sama saja membuat mereka berkumpul? Tidakkah itu malah membantu proses penyebaran virus makin meluas?

Belum berniat mengirim karena sebenarnya ini bukan salah pihak sekolah, lalu, pesan singkat tersebut kemudian saya screenshot dan kirimkan ke adik bungsu kami. Dan tahu apa responsnya, readers? Ya, tentu saja dia kaget. Dia benar-benar ketakutan, dia mengatakan bahwa sekolah tidak menyuruhnya mengerjakan tugasnya bersama, dia mengerjakan bersama di rumah temannya karena untuk mencari wifi saja. Lalu, dia berkata akan segera pulang, dan dia melarang saya untuk mengirimkan pesan itu kepada teman wartawan saya disana. Hahaha. Lucu sih dan agak berbau "konspirasi" tapi ya mau bagaimana lagi?

Mungkin inilah cara terbaik yang diilhamkan oleh Sang Pencipta kepada saya untuk mengatasi adik bungsu kami yang sungguh susah sekali dikasih tahu tentang social/physical distancing di masa-masa genting seperti sekarang ini. Kalau cara kalian gimana, readers?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shangrila.(n) ; any place of complete bliss and delight and peace→The Lost Horizon, James Hilton(England,1933)™ Passion Never Weak