Menurut hasil survei Kemenko PMK pada tahun 2022, jumlah anak usia 5-19 tahun dengan disabilitas mencapai 2.197.833 jiwa dari total keseluruhan penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 6,6 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa angka disabilitas pada anak di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 3,3%.Â
Tidak semua dari mereka mendapatkan perlakuan yang sama di masyarakat. Masih ada kesenjangan sosial yang tinggi di masyarakat untuk anak disabilitas, terutama di lingkungan sekolah. Tak sedikit dari mereka yang terkena kasus bullying. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kesehatan mental anak dengan disabilitas.Â
Berdasarkan data dari Kementerian Sosial, sebanyak 84% dari anak-anak penyandang disabilitas dalam rentang usia 12-17 tahun mengalami kasus bullying. Anak-anak pada umumnya menganggap bahwa anak dengan disabilitas tidak sama seperti mereka, sehingga mereka merasa berada di atasnya dan pada akhirnya mengucilkan anak-anak yang menyandang disabilitas. Mereka melakukan berbagai kekerasan baik verbal maupun non-verbal. Cacian, makian, pukulan, hingga tendangan pun akhirnya mereka lontarkan ke anak-anak dengan disabilitas. Mereka pun pada akhirnya tidak dapat mengenyam pendidikan secara normal dengan tetap merasa aman.Â
Tak hanya di lingkungan sekolah, anak dengan disabilitas pun kerap mendapatkan stigma yang negatif di lingkungan sekitarnya. Kebanyakan orang menganggap bahwa anak dengan disabilitas kerap membawa sial dan merupakan suatu aib bagi mereka. Padahal, anak-anak tersebut justru membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya supaya dapat menjalani kehidupan layaknya manusia-manusia biasa.Â
Anak-anak dengan disabilitas rentan mengalami stress akibat perlakuan-perlakuan yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Anak-anak ini akan merasa tidak nyaman, ketakutan, serta merasa bahwa dirinya tidak berharga. Mereka juga akan merasa rendah diri karena tidak sama dengan anak-anak yang lain. Pada akhirnya, mereka akan menarik diri dari pergaulan karena merasa terkucilkan. Dalam hal ini, peranan orang tua sangat penting untuk menjaga kesehatan mental anak-anak dengan disabilitas.Â
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pengasuhan orang tua merupakan kunci utama untuk mencapai perkembangan yang optimal bagi penyandang disabilitas. Pola asuh akan sangat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis pada penyandang disabilitas. Orang tua harus belajar mengenali tekanan yang dihadapi anak sehingga dapat membantu anak untuk mengendalikan diri. Kasih sayang, dukungan, dan juga perlindungan orang tua dapat mendorong anak untuk melakukan penerimaan diri dengan baik sehingga dapat terus berkembang. Adanya penerimaan diri dan sikap religiusitas dapat membantu perkembangan kesejahteraan psikologis sehingga kesehatan mental pun tetap terjaga. Orang tua dapat tetap memotivasi anak untuk terus mengembangkan diri tanpa menghiraukan stigma negatif dari masyarakat.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”