Sini duduk dulu, aku akan bercerita tentang si gadis yang berjuang untuk bisa mencintai diri sendiri. Untuk beberapa kasus, mencintai diri sendiri kadang kala terasa sulit. Ada saja pasti yang membuat kebencian pada diri sendiri muncul. Mungkin jerawat, rambut yang kering, tubuh yang menggendut, tubuh yang terlalu kurus, bentuk muka yang tidak simetris atau mungkin bibir yang tebal. Manusia diciptakan berbeda, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Standar rupawan yang ada, membuat beberapa orang atau bahkan banyak orang mulai berlomba menyudutkan yang tidak masuk nilai standar. Bahkan beberapa dari mereka memaksa diri sendiri untuk berubah drastis agar mendapat pengakuan. Padahal sejujurnya tidak ada masalah dengan fisik yang berbeda.Â
Lebih miris lagi adalah ketika mendengar kata-kata,"yang rupawan akan lebih mudah hidupnya". Padahal menurut saya sendiri, semua rupawan dengan porsinya. Cinta sebagai suatu perasaan yang sakralpun ikut terkontaminasi dengan adanya standart rupawan. Dia yang cantik akan bersanding dengan yang tampan, dan yang buruk rupa cuma bisa memandang. Si rupawan akan mudah mendapat pekerjaan, si buruk rupa akan lebih sulit. Si rupawan akan dengan mudah dicintai, si buruk rupa tanpa alasan akan mudah dibenci.Â
Alkisah, suatu hari ada seorang gadis yang memang memiliki berat badan berlebih dan kulit yang lebih gelap dari kebanyakan orang. Namun, ia memiliki senyum manis dan mata indah. Fisiknya yang memang berbeda dari kebanyakan orang sejak kecil membuat ia sedikit banyak menjadi bahan pembicaraan. Hal ini terus berlanjut hingga si gadis duduk di bangku kuliah. Tiba di suatu masa, ia merasa lelah untuk menjadi berbeda dengan orang-orang, meskipun ia memiliki sifat yang sopan dan pembawaan yang apik, kedua hal tersebut tidak cukup untuk dipandang orang. Si gadis ini habis-habisan memangkas lemak dalam tubuhnya, merawat tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mati-matian menahan godaaan tukang batagor dan tahu bulat yang singgah depan kos-kosan. Hingga waktu yang dinanti tiba, si gadis mencoba baju ukuran S yang memang sengaja dibeli untuk motivasi dietnya.
Hal yang memang diinginkan pun terjadi, baju tersebut muat di badan si gadis. Pelan-pelan hidup si gadis berubah. Banyak orang yang mendekat untuk berteman bahkan mengajak berkencan. Banyak orang memuji-muji si gadis tanpa henti. Kehidupan yang mudahpun dirasakan oleh si gadis. Apa yang ia mau, apa yang ia impikan perlahan datang, salah satunya karena memiliki fisik rupawan. Gadis memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi karena ia mulai merasa bahwa ia diakui oleh lingkungannya dan diterima, tidak lagi menjadi bahan pembicaraan. Gadis ini tidak lagi mengalami penolakan ketika memiliki rasa. Gadis tidak lagi menjadi bahan olokan di tongkrongan dan gadis merasa bahagia.Â
Rupa yang sekarang cantik, badan yang menarik membuat si gadis bagai bunga dipeternakan lebah. Namun si gadis lupa, bahwa ada sebelumnya yang mencintai tanpa syarat. Ada yang memang sukarela menerima seluruh kurangnya. Hingga pada akhirnya, sosok ini perlahan menghilang digantikan dengan mereka yang menerima si gadis ketika rupawan. Gadis ini berpikir hidupnya menyenangkan setelah bisa mencapai nilai standar kecantikan, namun gadis ini salah. Hidupnya penuh ketakutan, bagaimana jika nanti ia kembali ke fisik sebelumnya? Bagaimana jika kawan-kawannya meninggalkan dan ketakutan-ketakutan lainnya.
Si gadis sampai pada satu titik dimana ia sadar, bahwa orang yang datang ketika ia memiliki fisik rupawan tidaklah tulus menjalani hubungan denganya. Sehingga si gadis memutuskan untuk berhenti menyiksa diri dan menikmati kehidupannya hingga saat ini. Si gadis lebih bahagia dengan apa yang dimilikinya, dengan apa yang ada saat ini. Si gadis sadar, bahwa mencintai diri sendiri lebih penting, lebih berarti daripada sibuk mengikuti standar rupawan. Keadaannya sekarang lebih menyenangkan karena ia dikelilingi oleh orang yang memang ikhlas dan tulus berada di hidupnya. Si gadis kembali seperti gadis yang dulu, ceria dan juga enerjik.
Rupawan fisik bukanlan tolak ukur utama untuk kelanjutan hidup. Tanpa fisik rupawan, kamu akan tetap dicintai. Tetap akan menemukan seseorang yang menjadikanmu rumah, bukan hanya tempat singgah. Tidak butuh fisik rupawan untuk berhasil. Cukup buktikan pada diri sendiri bahwa memang layak untuk keberhasilan tersebut. Cinta tanpa fisik rupawanpun banyak yang berakhir bahagia. Cintailah dirimu sendiri, cukup yakin bahwa kamu memang layak dan pantas untuk dicintai, untuk hidup dan juga untuk bisa diterima sekitarmu. Tidak usah memaksakan diri dengan merubah banyak bentuk dan mengurangi rasa syukur kepada Sang Pencipta.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”