Pengemis Kaya

Hidup dikota besar, sangat sulit jika tidak punya pekerjaan. Orang-orang dengan berbagai professi, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau mencari kekayaan agar hidup mewah dikota. Bagi mereka yang mau bekerja keras, kota mempunyai daya tarik luar biasa. Tidak cukup hanya kerja keras, keahlian, kemampuan melihat peluang, sangat diperlukan supaya dapat bersaing dengan orang-orang lain. Setiap informasi harus cepat dicermati, karena informasi adalah hal penting untuk diketahui. Orang-orang yang remeh terhadap informasi, akan tertinggal dan bodoh dilindas jaman serba internet.

Advertisement

Seiring waktu, perkembangan hidup dikota pesat dan cepat. Tingkat kriminal pencurian, penipuan, perampokan juga pembunuhan sudah menjadi berita sehari-hari dimedia televisi dan media sosial lainnya. Hidup bersosial, tipu sana, tipu sini, banyak dilakukan orang-orang dikota demi kemewahan serta kesenangan hidup. Egoisme, konsumerisme dan gaya hidup modis, membuat banyak orang-orang dikota Metropolitan tak perduli dan tanggap terhadap suatu masalah, kalau masalah itu diluar komunitas pergaulannya. Fenomena hidup itu, nampak jelas dikalangan Politikus, Selebritis, Pengusaha, Penguasa dan sampai kemasyarakat bawah yang terjebak gaya hidup mewah.

Kota Metropolitan, daya tarik apa yang membuat jutaan orang ingin hidup mengadu nasib disana? Pertanyaan bodoh, tetapi pendidikan dan berbagai jenis usaha maupun pekerjaan ada disana. Setiap hari dari pagi hingga malam orang-orang lalu lalang hendak bekerja juga mencari pekerjaan, seperti arus lalulintas bermacam-macam jenis merek mobil pribadi dan Bus Kota yang menderu-deru bising menerbangkan abu jalanan. Saat malam, lampu-lampu Night Club kerlap-kerlip menawarkan hasrat ingin singgah. Para Executiv muda penikmat alkohol, sex dan narkotika, berkumpul menari-nari bersama wanita-wanita penjual cinta diiringi musik keras. Ditempat hiburan malam seperti itu, ada juga berkumpul para Mafia serta penipu-penipu kelas atas mencari mangsa. Menghambur-hamburkan uang, mendapatkan uang, ada transaksi ditempat itu. Mereka pelaku-pelaku bisnis haram, membentuk satu komunitas tidak sembarang orang bisa bergabung dengan mereka.

Aku seorang sarjana akuntansi, sebelum bekerja ditempatku yang sekarang yaitu diperusahaan milik negara, lima bulan lalu aku bekerja diperusahaan Multi Level Marketing. Aku mengundurkan diri, karena aku beranggapan perusahaan itu adalah perusahaan tipu menipu dengan mengumpulkan dana dari masyarakat yang ingin cepat kaya. Akhirnya, setelah sebulan aku bekerja diperusahaan milik negara, kulihat diberita televisi perusahaan Multi Level Marketing itu disegel. Direktur perusahaan itu ditangkap Polisi, dengan tuduhan penggelapan dana ratusan milyar rupiah. Aku heran, begitu mudah masyarakat tertipu. Aku tahu, justru yang tertipu itu kebanyakan orang kaya dan berpendidikan tinggi. Aneh, tetapi nyata.

Advertisement

Waktu aku masih bekerja diperusahaan itu, setiap hari aku makan siang direstoran dekat kantor perusahaan itu. Restoran itu selalu ramai disaat jam istirahat makan siang, karena pegawai-pegawai kantor Pemerintah, Bank dan Swasta lainnya banyak makan siang direstoran itu. Seratus meter jalan kaki dari kantor perusahaan itu kerestoran, didepan toko pakaian yang aku lewati ada seorang Bapak setengah tua berpakaian kumal dan berkaki buntung satu duduk mengemis setiap hari disamping toko pakaian itu. Tiga kali seminggu aku pasti memberi sedekah kepada Bapak pengemis itu, setelah aku selesai makan siang dan berjalan balik kekantor. Jika aku memberi sedekah, Bapak pengemis itu senyum mengangguk mengucapkan terimakasih. Sering aku dan Bapak pengemis itu saling senyum, walau aku tidak memberi sedekah. Sebab itu, aku kenal betul wajah Bapak pengemis itu.

Sore hari seusai jam kerja, aku dan temanku sepekerjaan diperusahaan milik negara, berboncengan naik sepeda motor pulang kerumah kost. Kebetulan, rumah kost tempat kami tinggal berdekatan. Diperjalanan pulang, kami asyik bercerita tentang wanita. Tiba-tiba hujan turun sangat deras, buru-buru kami berteduh disatu warung kopi pinggir jalan diseberang pertokoan. Menunggu hujan reda, aku dan temanku minum kopi sambil merokok. Ditengah hujan deras, aku agak terkejut melihat seorang pria berkaki buntung berjalan pelan dengan satu kaki disanggah dua tongkatnya, masuk kejalan sempit diantara pertokoan. Aku sangat kenal wajah pria berkaki buntung itu. Pria itu adalah Bapak pengemis, yang setiap hari duduk mengemis disamping toko pakaian dekat restoran tempat aku selalu makan siang, waktu aku masih bekerja diperusahaan Multi Level Marketing. Perusahaan tipu menipu,kataku.

Advertisement

Hujan reda, temanku mengajak segera pulang. Aku berkata, Tunggu sebentar, ada yang mau kulihat keluar dari jalan itu . Tak lama kemudian, aku melihat seorang pria gagah setengah tua berpakaian rapi bersih, keluar dari jalan sempit pertokoan itu, berjalan menuju lapangan parkir pusat pasar tradisional, tidak jauh dari warung kopi tempat kami berteduh. Aku melihat seperti tak percaya dengan apa yang kulihat. Ya, Tuhan…ternyata pria gagah itu adalah Bapak pengemis yang sangat kukenal dan tiga kali seminggu aku memberi dia sedekah waktu lalu. Penipu, ternyata Bapak pengemis itu tidak buntung kakinya, dia sehat dan gagah tampilannya. Aku semakin tak tahu harus berkata apa, ketika kulihat Bapak pengemis itu membuka pintu mobil SUV terbaru menggunakan remot control. Aku penasaran melihat terus Bapak pengemis itu, sampai dia masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan area parkir mobil dipusat pasar. Merasa ingin lebih mengetahui, aku segera mengajak temanku pergi. Aku duduk diboncengan sepeda motor, kepada temanku kukatakan, Nanti kita pulang. Tolong ikuti mobil hitam itu . Aku menunjuk kesatu mobil yang sedang bergerak diaspal basah akibat guyuran hujan yang baru saja reda. Seperti detektif professional, kami membuntuti sampai akhirnya mobil hitam itu masuk kehalaman luas satu rumah besar dihiasi rumput taman hijau. Kami berlalu terus pulang, tetapi aku masih sempat melihat wajah Bapak pengemis itu disaat dia turun dari mobil yang menurut penilaianku, mobilnya itu mobil mewah.

Sampai dirumah kost, aku diam duduk dikursi membandingkan hidupku dengan hidup Bapak pengemis itu. Sungguh jauh berbeda. Dia hidup mewah dirumah besar, sedangkan aku hidup seadanya menyewa rumah kost. Dari yang kulihat, kuajak temanku menyelidiki Bapak pengemis itu supaya aku lebih yakin dengan pengelihatanku. Ternyata, Bapak pengemis itu adalah pengemis kaya. Ya, Pengemis kaya . Aku jelaskan kepada temanku yang ikut menyelidiki, dia termangu seperti tidak percaya. Tetapi nyata.

Inilah hidup dikota Metropolitan. Hidup didunia tipu menipu. Aku tertawa menertawai diriku sendiri, aku beri sedekah kepada Pengemis kaya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini