Pengaruh Lingkungan Masyarakat yang Toxic Terhadap Konsep Diri Remaja

Kali ini kita akan membahas tentang pengaruh lingkungan toxic terhadap konsep diri seorang remaja

Apakah kamu mengetahui apa itu istilah toxic? istilah ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat sekarang, toxic sendiri berarti Racun, dengan istilah kata toxic itu berarti hubungan yang tidak sehat. Tetapi, bagaimana jika kita tinggal di lingkungan yang toxic? untuk para remaja, dimana  mereka sedang mecari jati diri, dan salah pergaulan karena lingkunan yang toxic dan efek pada diri mereka seperti apa setelah menuju kedewasaan.

Advertisement

Toxic sendiri dikatakan sebagai racun dalam sebuah hubungan, khususnya di lingkungan masyarakat, seperti kakak, adik, saudara, orang tua, teman, tetangga, hingga orang yang kita tidak kenal. Pada kasus ini kita akan membahas tentang remaja. bagaimana seorang remaja yang baru ingin memulai mencari jati dirinya di fase remaja, tinggal di lingukan toxic hingga menuju kedewasaan. Ketika seorang remaja tersebut memasuki fase dewasa, efek apa yang akan di terima oleh remaja tersebut, beberapa remaja mengatakan bahwa, efek nya sangat buruk bagi diri mereka, mereka tidak bisa membedakan etika, ketika berbicara dengan teman, guru, orang tua, dan orang yang baru mereka jumpai. Dan adab kurang sopan bisa menjadi kebiasaan bagi diri mereka di kemudian hari.

Bedasarkan beberapa survei, kaum adam lebih banyak yang mengalami hal ini, jika dibandingkan dengan kaum hawa. Jadi bisa disimpulkan, Kebanyaakan pelaku toxic sendiri, berasal dari kaum adam di lingkunkan masyarakat. Para pelaku toxic memiliki alasan tersediri kenapa mereka memilih bergaul di lingkungan toxic. tetapi ketika melihat dari kacamata public, para remaja ini sebenarnya, masih takut, jika dihadapkan pada tanggung jawab atas perbuatan mereka, terhadap masyarakat, keluarga dan, kerabat. Berikut, beberapa contoh toxic para remaja di lingkunkan masyarakat, yaitu:

Tampil menawan (charming)

Meski salah satu ciri toxic adalah menawan, bukan berarti semua orang termasuk didalamnya, biasanya para remaja ini, mahir membuat mereka di sayangi oleh banyak orang. Joseph H. Baskin, seorang psikiater di cleaveland clinic foundation mengatakan, : ”Terlepas dari asal usul perilaku buruk, biasanya mereka dapat mengait hati seseorang untuk menjadi sabahat, pacar, atau keluarga dengan cara halus”.

Advertisement

Bercanda Berlebihan

Dalam pertemanan, saling bercanda dan menggoda adalah, hal yang normal. Namun tau nga sih, beberapa remaja melakukan hal tersebut secara berlebihan, dikarenakan efek salah bergaul di lingkunganya.

Suka playing victim

Nah, hal ini yang sering terjadi di lingunkan para remaja, dimana ketika dihadapkan pada kesalahan yang dilakukan, remaja toxic tersebut berusaha membalikan keadaan dengan membuat kamu merasa kesal. Mereka belajar sejak dini, untuk memanipulatif emosi orang lain untuk menghidari perasaan negative dalam diri mereka sendiri. Para korban yang terkena dampak dari toxic ,remaja ini, mulai dari stress , menurunkan rasa percaya diri, bahkan sampai Mengakhiri Hidup. Di saat umur para remaja tersebut memasuki 20 tahun, maka toxic di dalam diri mereka mulai memudar bahkan ada yang menghilang, karena di umur 20 tahun seorang remaja mulai memasuki fase kedewasaan, dimana remaja tersebut berfikir bahwa hidup dalam toxic bisa menyebabkan seperti hal yang sudah di jelaskan di atas. Beberapa dari mereka mulai merubah gaya hidup. Seperti berfikir dari berbagai aspek, bertanggung jawab dalam hal apapun, meminta maaf jika salah. 

Advertisement

konsep diri adalah menilai refrektif kepada lawan bicara kita, mengembangkan pemahaman dan mengenal diri sendiri, Menurut ahli “John Bowlby” (1988) Gaya kelekatan (attachment style). “ Pola asuh  yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya  menggali diri belajar untuk melakukan pendekatan terhadap lingkunganya” beberapa contoh gaya keletakan (attachment style) adalah; Ibu yang pertama merawat anaknya atau tiap orang umumnya membentuk ikatan psikologis.

Ikatan psikologis tersebut memiliki dampak yakni membentuk pandangan mengenai hubungan yang akan dijalani kemudian hari dan membentuk persepi terhadap rasa nyaman, dan aman. Gaya pola kelekatan, antara lain : Aman, Cemas/Ambivalen, Meremehkan, dan Takut.

Dari definisi, dan penjelasan diatas, mari kita kaitkan lingkungkan masyarakat yang toxic terhadap remaja, dengan teori “Gaya kelekatan” atau attachment styles, karena Gaya kelekatan memilki kemiripan dengan para remaja yang mengalami toxic tersebut.

Refrensi :  Wood, Julia T. (2013) : Komunikasi Interpersonal, interkasi keseharian. BAB 2

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini