Semenjak kita terlahir di dunia tidak bisa langsung mengenal siapa diri kita, melalui interaksi dan komunikasi lah akhirnya kita bisa mengetahui diri kita sebenarnya. Melalui orang lain juga pun kita belajar untuk menerima perspektif mereka terhadap diri kita, hal ini berproses dimulai dari unit kecil yaitu anggota keluarga tentang bagaimana diri kita di mata mereka. George Herbert Mead (1934) mengabdikan karirnya untuk mengetahui bagaimana dirinya berkembang dalam proses komunikasi.
Sehingga akhirnya dari berbagai proses komunikasi tersebut seorang psikologi mengeluarkan istilah mengenai skrip identitas (Berne & Harris ) “sebagai aturan untuk hidup dan pembentukan identitas manusia, mendefinisikan peran, bagaimana cara memainkannya dan alur cerita yang terdapat didalamnya”. Layaknya naskah drama, skrip identitas juga berpengaruh bagi seorang individu untuk melakukan perbuatan dan tindakan sesuai dengan apa yang telah diberikan mengenai dasar-dasar kehidupan sejak kita masih bertumbuh kembang. Pemahaman dasar ini sengat berpengaruh pada sifat dan sikap dari masing-masing individu terkait seperti “keluarga terpandang”, “hidup dalam aturan Tuhan”, “pendidikan adalah kunci sukses” dan lain sebagainya.
Lalu dari skrip identitas terbentuk terciptalah juga bentuk-bentuk gaya kelekatan, menurut John Bowlly (1988) “gaya kelekatan adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya untuk menggali diri dan belajar untuk melakukan pendekatan terhadap lingkungannya”. Gaya kelekatan sangat berpengaruh bagi kondisi psikologi sang anak, karena melalui orangtua lah sang anak bertumbuh kembang menjadi seorang pribadi yang dewasa. Kebanyakan yang paling dominan dalam terciptanya gaya kelekatan adalah peran dari sang ibu karena wanita yang sering mengurus anak-anaknya.
Ikatan antara ibu dan anak adalah yang pertama dan utama untuk membentuk seberapa nyaman dan aman seorang individu dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya. Berikut jenis-jenis Gaya Kelekatan:
1. Gaya Kelekatan Aman
Konsep dari gaya kelekatan aman itu sendiri adalah pola asuhan yang berkembang dengan penuh perhatian dan penuh kasih secara konsisten kepada sang anak, sehingga sang anak merasa penuh percaya diri ketika berhadapan dengan orang lain karena semasa dia dibesarkan penuh dengan dorongan, semangat dan mental yang positif terhadap kompetensi sosial.
Hal ini mempengaruhi kepribadian dan kesehatan jiwa sang anak, dengan adanya gaya kelekatan aman ini lalu membuat terbentuknya sekumpulan informasi tentang diri sendiri yang berakhir dengan terbentuknya konsep diri yang proporsional. Anak yang memiliki gaya kelekatan aman ini juga cenderung responsible dan bersahabat kepada individu lainnya yang akhirnya timbul rasa peduli untuk membantu orang lain.
2. Gaya Kelekatan Takut
Definisi takut dalam gaya kelekatan ini seperti tidak tersedianya pengasuh (ibu) dalam hidupnya dalam melakukan komunikasi oleh sebab itu cenderung bersifat negatif, dominan menolak dan bahkan tidak kecil kemungkinan sang anak untuk dilecehkan. Kondisi sang anak yang menghadapi pola asuhan ini sering menyimpulkan bahwa mereka tidak layak untuk dicintai dan dihargai dan tidak sering sang anak berakhir dengan depresi dan mengalami gangguan di kesehatan mentalnya.
Anak yang berada di pola asuhan ini cenderung untuk bersikap skeptis, curiga, dan memandang orang sebagai orang yang tidak mempunyai pendirian, individu ini merasa tidak percaya dengan hadirnya orang lain di dalam hidupnya, selalu merasa takut, tidak nyaman dan selalu diwarnai oleh kekurangpercayaan. Anak dengan gaya kelekatan takut akan mengembangkan konsep diri yang negatif sehingga apabila mendapatkan suatu informasi hanya untuk kepentingan melindungi diri sendiri karena kenangan rasa sakit ditolak pada tahap perkembangan hidupnya.
3. Gaya Kelekatan Meremehkan
Tidak terlalu jauh dengan gaya kelekatan takut, gaya kelekatan meremehkan biasanya ada pada figur pengasuh yang tidak tersedia untuk anak-anak. Orang yang mengembangkan gaya kelekatan ini tidak menerima bahwa mereka (anak) sebagai orang yang tidak dicintai dan malah sebaliknya mereka akan menganggap orang lain tidak baik sehingga menimbulkan pandangan positif bagi diri mereka sendiri dan rasa hormat kepada orang lain sangat rendah.
Kebanyakan anak yang diasuh dengan gaya ini akan cenderung defensif, dan orang lain dalam perspektif mereka adalah sebagai sosok yang kurang baik, kebanyakan anak juga akan bersifat cuek dan tidak begitu tertarik akan suatu hal.
4. Gaya Kelekatan Cemas
Gaya kelekatan ini dipengaruhi oleh pengasuh yang tidak konsisten dalam melakukan pendekatan kepada sang anak, terkadang sang pengasuh sangat berbaik hati, penuh perhatian dan kasih sayang tetapi di lain waktu bisa saja secara tiba-tiba pola asuhan yang digunakan sangat bertolak belakang dengan yang pertama yaitu seperti acuh tak acuh dan menolak.
Selain tidak konsisten dalam melakukan pola asuhan, sang pengasuh juga tidak bisa diprediksi. Secara manusiawi dari ketidakpastian yang ditimbulkan oleh sang pengasuh ini membuat kondisi psikologi sang anak menjadi cemas karena pada tahap tumbuh kembang sang anak selalu cenderung untuk menganggap orang dewasa (orang tua) merupakan seorang yang benar meskipun sebenarnya ada yang salah pada pola asuhan tersebut. Mereka (anak) akan lebih menganggap bahwa mereka sendiri sumber dari masalah dan merasa tidak bisa dicintai bahkan untuk dihargai sekalipun.
Dari yang telah disampaikan diatas, diasampaikan bahwa betapa pentingnya pola asuh atau gaya kelekatan untuk kondisi psikologi sang anak, karena apabila ada kesalahan pola asuh dalam kehidupan sang anak maka sang anak itu sendiri yang akhirnya tidak bisa berkembang secara sempurna yang sebenarnya disebabkan oleh pengasuh itu sendiri. Kondisi kesehatan mental dan psikis pun akhirnya terganggu bahkan bisa membuat anak menjadi depresi.
Hal-hal seperti ini harusnya di jaman sekarang sudah bisa mulai dipahami dan dimengerti untuk diubah apabila ada kesalahan dalam pola pengasuhan anak, karena apabila tidak diperbaiki untuk kedepannya bisa saja sang anak bisa mempunyai dendam masa lalu yang tidak berkesudahan hingga dewasa dan membalaskan perbuatan kedua orangtuanya dulu kepada anaknya sendiri. Apabila hal ini terjadi akan semakin memperparah keadaan anak-anak yang sedang di tahap tumbuh kembang.
Peran orangtua kini harus lebih diperhatikan lagi sebagai media komunikasi sang anak untuk keberlangsungan hidupnya, dari keempat gaya kelekatan bukanlah hal yang saling terpisah tetapi merupakan kecenderungan-kecenderungan. Yang dimaksud disini apabila ada anak yang mengalami pola asuhan aman bukan berarti tidak memiliki gaya kecemasan/menghindar/meremehkan tetapi hanya kadarnya saja yang mungkin tidak sebanyak dengan pola asuhan yang cenderung negatif tersebut.
Gaya Kelekatan ini juga dipengaruhi oleh adanya gaya keterikatan antar hubungan pasangan suami-istri, menurut Studi oleh Beth LePoire, Carolyn Shepard, dan Ash-ley Duggan (1999) dan Franz Neyer (2002) menunjukkan bahwa pengaruh parental attachment, gaya tersebut terjadi oleh pasangan kita dengan kata lain orang yang kita pilih memiliki hubungan itu sangat mempengaruhi gaya kelekatan dan keterikatan suatu pasangan.
Referensi
Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Salemba Humanika: Jakarta.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”