Kota Solo adalah salah satu kota yang tentram dan cocok untuk menjadi tempat merantau. Pilihan saya untuk menjadi anak rantau bukanlah keputusan yang matang, tetapi saya sama sekali tidak menyesali telah menjadi anak rantau. Saat SMA, saya sudah bermimpi dan memiliki keinginan untuk masuk ke fakultas kedokteran. Pada awalnya, mama dan papa saya ingin saya untuk berkuliah di kota asal saya saja dan tidak berkuliah di luar kota. Saya juga sudah berencana untuk kuliah di kota asal saya dan berusaha untuk menjaga nilai rapor saya agak terus naik dan bisa mendapat kesempatan untuk masuk di fakultas kedokteran lewat jalur undangan atau SNMPTN. Akan tetapi, kesempatan untuk masuk ke fakultas kedokteran di kota asal saya sudah pupus karena kuotanya sudah terambil oleh teman saya.
Pada saat itu saya sangat ingin lolos melalui jalur undangan. Maka dari itu, saya mencari kesempatan lain dan mendaftar di Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. Peluang untuk diterima di UNS sangat besar karena saya memiliki banyak alumni dari SMA asal saya yang masuk di Fakultas Kedokteran UNS. Akan tetapi, mama dan papa saya awalnya tidak merestui saya untuk merantau ke Solo. Mereka berpikir bahwa akan bahaya dan saya tidak akan bisa hidup mandiri karena di Surabaya saya terbiasa untuk hidup bersama keluarga saya.
Setelah berdiskusi, akhirnya saya diizinkan untuk merantau ke solo dan mendaftar di UNS. Hari pengumuman pun telah tiba. Saya sangat bersyukur karena merupakan salah satu orang yang beruntung telah mendapatkan kesempatan untuk lolos di fakultas kedokteran dengan jalur undangan. Saya dan keluarga pun melakukan survey ke Solo untuk mencari tempat tinggal saya selama di Solo. Papa saya memustuskan untuk membeli rumah di dekat UNS. Karena tidak mau kesepian, akhirnya saya memutuskan untuk mengajak teman saya yang juga diterima di FK UNS untuk tinggal bersama.
Saya merasa sangat antusias mengetahui akan tinggal sendiri dan merantau di luarkota. Bulan pertama merantau saya merasakan dan belajar bagaimana cara untuk tinggal sendiri dengan membeli bahan makanan, membayar listrik, membayar wifi dan membersihkan rumah sendiri seperti menyapu, mencuci piring serta mencuci baju sendiri. Saya juga belajar untuk membagi waktu dengan baik karena saya merasakan perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan saat tinggal bersama orang tua saya. Salah satu masalah yang saya rasakan saat tinggal jauh dari orang tua yaitu saat jam makan dimana sudah tidak ada lagi yang memasak dan menyiapkan makanan di meja makan. Saya harus membeli dan menyiapkan makanan saya sendiri. Saya jadi lebih sering untuk membeli makanan di luar dan jarang untuk makan sayur serta buah-buahan.
Akan tetapi, saya menikmati dan merasa senang untuk merantau. Saya bisa belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya bisa mengenal budaya dan tradisi masyarakat Solo dan Jawa Tengah. Saya juga belajar Bahasa Jawa Tengah yang berbeda dengan Bahasa Jawa di Surabaya. Saya merasa bahasa khas Solo lebih lembut dan sopan. Saya mengenal dan dekat dengan teman baru yang berasal dari berbagai provinsi. Saya juga menjadi tahu makanan khas Solo dan mencoba beberapa makanan yang terkenal di Solo. Salah satu favorit saya yaitu tengkleng dan sate kambing. Rasanya sangat khas dan gurih. Untuk makanan lain saya juga sudah mencoba selat solo dan nasi liwet. Saya kurang menyukai nasi liwet karena terbuat dari santan, tetapi untuk selat solo saya agak menyukainya.
Di Kota Solo, saya suka dengan kuliner yang ada di Pasar Gedhe. Terdapat banyak pilihan makanan dan jajan yang khas dan juga unik. Saya juga suka sekali dengan dawet di Pasar Gedhe. Saya sangat bersyukur telah memilih Solo sebagai tempat perantauan daya karena terdapat banyak kuliner yang bisa saya datangi dan coba. Setelah 8 bulan berlalu, saya sudah terbiasa untuk tinggal sendiri tanpa orang tua. Tinggal sendiri bukan merupakan hal yang menakutkan seperti yang saya bayangkan pada awalnya. Banyak hal baik yang bisa didapatkan dan dipelajari dengan tinggal merantau.
Karena jadwal kuliah yang cukup padat, saya merasa waktu berjalan cukup cepat. Akhir semester adalah hari yang paling dinantikan oleh anak rantau karena pada saat itu saya bisa pulang dan kembali ke kota asal saya dna bertemu dengan keluarga saya. Kadang kala orang tua saya merasa khawatir dengan keadaan saya saat tinggal sendiri, tetapi saya merasa sudah cukup bisa untuk tinggal sendiri dan melakukan semua hal secara mandiri tanpa adanya kehadiran keluarga saya. Lingkungan adalah faktor yang paling penting di dunia perkuliahan. Saya bersyukur memiliki teman-teman yang baik dan mendukung saya dalam hal akademik maupun non-akademik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”