Halo guys, pada kali ini aku akan menceritakan pengalamanku waktu kecil pada tahun 2005 yang menjadi pengais barang bekas atau lebih tepatnya pemulung. Aku memulung karena ekonomi keluarga yang tidak stabil atau bisa dikatakan kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Aku mulung waktu umur 5 tahun, jadi kalian bisa bayangkan kalau masa kecilku tidak seindah pada umumnya yang mana seorang anak kecil yang harusnya bermain, berlari, dan sambil ketawa. Aku melakukan itu terpaksa.
Ekonomi keluargaku sangat buruk akibat kejadian 1998 yang mana menimpa pekerjaan Ayahku yang menyebabkannya menjadi pengangguran. Sehingga makan saja bisa dikatakan sehari sekali bahkan hanya makan chiki saja.
Tapi dalam memulung aku tidak sendirian, banyak juga teman yang menemanin. Bahkan adikku sendiri juga ikut memulung karena dalam memulung ada kesenangan tersendiri dimana ketika menemukan barang yang dianggap lebih mahal ketika dijual seperti tembaga, besi, kaleng bekas ataupun aki bekas yang gak dipakai.
Pendapatan yang aku dapat sehari selama mulung berkisar Rp.5000-Rp.10000. bagiku itu sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan makan siang. Karena untuk makan siang, saya harus memulung setiap waktu atau bahkan bermain gundu yang mana hasil dari menang gundu tersebut dijual seharga 1000/30 butir.
Akhirnya setelah 2 tahun kemudian menjadi pemulung, aku mendapat kabar bahwa tanteku yang di Jakarta akan membiayai sekolah di Jakarta dan tinggal di tempatnya. Pada awalnya aku nggak suka sekolah karena kupikir hidup seperti ini lebih bebas dan tidak ada yang mengatur, tapi mau tidak mau aku harus ikut karena semua keputusan ada di orang tua #asekk…Â
Akhirnya akupun pergi ke Jakarta untuk bersekolah. Hari pertama sekolah saya sering dibully karena bahasa saya yang masih memakai logat kampung bahkan guru juga nggak bisa memahami apa maksud yang aku katakan karena bahasanya kampung banget wkwkw, bayangin aja sekolahnya di kota pakai bahasa daerah.
Setelah melewatinya dengan siksaan wkwk, akhirnya saya pun lulus SMA dan berkuliah di kampus yang bisa dikatakan lumayan terkenal. Waw kok bisa ya? dari keluarga yang ekonominya kurang mampu dapat melanjutkan kuliah?
Nahh, jadi ternyata Ayah dikampung kerja keras banget banting tulang pulang pagi sampai malam. Ternyata Ayah ada nabung sedikit demi sedikit untuk kuliah, yahh dalam hati ingin menangis dong tapi ya diluar tegar, namanya juga anak cowok wkwkwk.
Nah dari sana aku mulai kuliah seperti anak kota pada umumnya, dan juga ada pekerjaan sampingan yang bisa dikatakan incomenya lumayan juga. Bisa dikatakan pekerjaan sampingan ku yah berhubungan dengan media sosial. Jadi bagi anak millenial seperti sekarang gunakan sosmed dengan baik, percaya nggak percaya sekarang kalau mau kerja itu gampang kok asal ada niatnya.Â
Akupun akhirnya makan 3 kali sehari karena sudah ada pendapatan dari pekerjaan sampingan. Jadi saya menceritakan ini kepada kalian agar percaya bahwa yang namanya hidup itu berputar, yang miskin nggak bakal tetap jadi miskin yang namanya usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Dan juga bagi kalian yang keluarganya sudah mampu jangan sia-siakan juga, gunakan hal itu sebagai modal kalian. Percaya tidak percaya, orang yang hidupnya sudah susah dari dulu bakal gampang jalanin hidup ketimbang orang yang nggak pernah susah tapi suatu hari kesusahan menimpa dalam hidupnya. Sekian dari cerita saya, mohon maaf kalau ada yang merasa tersinggung dengan cerita saya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”