Pengalaman Hidup Berawal dari Masa Sekolah

Sekolah adalah tempat yang penuh kenangan, bukan begitu?

Saya adalah satu-satunya anak perempuan dari empat bersaudara. Orang-orang sering bertanya kepada saya bagaimana rasanya menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga, bagaimana rasanya mempunyai dua kakak dan satu adik laki-laki, apakah saya diperlakukan layaknya seorang ratu, dan masih banyak pertanyaan lainnya. Namun, di sini saya tidak ingin bercerita mengenai itu karena saya sudah cukup lelah bercerita tentang hal yang sama berulang kali. Saat ini, saya ingin menceritakan bagaimana pengalaman saya semasa sekolah hingga kuliah di tempat yang jauh dari rumah, dengan asumsi banyak orang bahwa satu-satunya anak perempuan seharusnya menempuh pendidikan di tempat yang dekat dengan orang tua saja.

Advertisement

Masa kecil saya cukup menyenangkan. Saat berumur lima tahun atau sekitar tahun 2009, saya mulai memasuki sekolah pertama saya, taman kanak-kanak. Tidak banyak kenangan yang saya ingat sewaktu itu. Namun, dua hal yang setidaknya bisa saya banggakan dari masa taman kanak-kanak saya adalah saya sudah dapat membaca dengan lancar dan sudah khatam iqra sehingga saat kelas satu SD saya sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar.

Setelah satu tahun bersekolah di TK, saya melanjutkan pendidikan sekolah dasar negeri di sebuah desa di Lampung. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang paling dekat dengan rumah saya. Masa sekolah dasar saya sangat seru dan menyenangkan sehingga tidak dapat terlupakan hingga sekarang. Semasa SD, saya mulai memiliki banyak teman yang sangat baik. Saat itu, saya aktif di kelas dan mengikuti banyak kegiatan, seperti drumband, menari, dan pramuka. Momen yang tidak akan pernah saya lupakan adalah saat saya dan teman-teman saya mengikuti perkemahan dan menjuarai lomba PBB. Semasa SD, saya tidak menyangka bahwa saya bisa selalu mendapat peringkat pertama. Mungkin bagi sebagian orang terdengar biasa, tetapi bagi saya hal tersebut menjadi suatu kebanggaan tersendiri karena dengan peringkat pertama saya bisa mendapatkan beasiswa berupa uang tunai dari koperasi di tempat ayah saya pernah bekerja.

Setelah lulus dari sekolah dasar, saya melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di kota. Saat itu, saya berpikir bahwa saya bisa mendapatkan pengalaman baru dengan bersekolah di sana. Saya mendapatkan banyak teman dan kenangan-kenangan baru, mulai dari pesantren kilat di mana menjadi momen untuk saya mengenal banyak teman, demo ekskul, orientasi gabungan, pemantapan disiplin siswa, dan masih banyak kegiatan seru lainnya, yang rasanya masih terekam dengan jelas di memori saya. Saat SMP, saya aktif mengikuti ekstrakurikuler kelompok ilmiah remaja bidang robotik, banyak pengalaman yang tidak terlupakan di sana, seperti merakit suatu alat, meluncurkan roket air, dan menjadi panitia perwakilan ekstrakurikuler KIR dalam acara-acara di SMP saya. Selain itu, saya mengikuti seleksi untuk menjadi tim olimpiade. Namun, saya tidak diterima. Usaha dan perjuangan saya tidak sampai di situ saja. Saya mensugesti diri saya untuk terus belajar lagi dan jangan menyerah. Setiap jam istirahat, saya selalu berkutat dengan buku, latihan, dan latihan lagi. Jam istirahat pun saya habiskan di perpustakaan. Menurut saya, perpustakaan adalah tempat yang paling nyaman dan tenang untuk belajar. Hal baik lain yang saya dapat dari itu adalah sekolah memberikan saya penghargaan sebagai pengunjung terajin perpustakaan hingga suatu hari saya ditawarkan guru saya untuk mengikuti Science Online Competition (SOC), tetapi langkah saya hanya sampai semifinal.

Advertisement

Tiba saatnya saya melanjutkan pendidikan di SMA. Usaha saya sejak SMP mulai saya lanjutkan kembali. Sejak kelas sepuluh, saya dan teman-teman selalu belajar di perpustakaan untuk mengikuti olimpiade. Namun, hal itu belum membuahkan hasil juga. Di kelas sebelas, saya mengikuti lagi seleksi tersebut dan saya gagal lagi. Saat itu adalah momen terendah dalam hidup saya. Selama perjalanan pulang ke rumah, saya meneteskan air mata. Namun, itu adalah usaha terbaik saya. Saya bilang ke diri saya bahwa saya sudah melakukan yang terbaik dan tidak ada yang perlu disesali. Walaupun saya memang belum mendapatkan yang saya inginkan, saya tetap bangga kepada diri saya karena sudah berusaha, mencoba, dan berani gagal. Saya tahu perjalanan saya masih sangat jauh. Oleh karena itu, saya mencoba belajar dari yang lalu dan selalu fokus ke depan.

Tibalah saatnya saya memasuki kelas dua belas, suatu titik di mana hampir setiap siswa cemas dan bimbang akan masa depannya. Bagi saya, menjadi siswa kelas dua belas, apalagi siswa semester dua, merupakan hal yang berat. Banyak rasa takut dan cemas yang menghantui, di manakah saya akan melanjutkan pendidikan, bagaimana jika saya harus merelakan satu tahun saya untuk belajar lebih keras lagi, dan masih banyak kecemasan lainnya. Apakah perjuangan saya mulus? Tentu tidak. Bermula dari kegagalan SNMPTN yang terus menghantui membuat saya terus meremehkan kemampuan saya untuk masuk kedokteran, jurusan impian saya. Namun, saya harus bangkit. Setelah rasa sedih yang menyelimuti saya, saya mulai menata kembali pikiran saya. Saya mulai belajar lebih keras lagi dan saya sudah menargetkan Fakultas Kedokteran sebagai tujuan saya. Saya memilih Fakultas Kedokteran bukan tanpa alasan. Saya percaya restu orang tua saya akan membawa saya ke tujuan tersebut.

Advertisement

Tibalah saatnya pengumuman SBMPTN dan orang pertama yang mengetahui bahwa saya lolos adalah ibu saya. Beliau yang berlari ke kamar saya setelah diam-diam membuka pengumuman SBMPTN saya, bahkan sebelum saya sempat membukanya. Perasaan yang saya rasakan saat itu adalah perasaan sedih, bahagia, terharu, tidak menyangka, tidak percaya, dan masih terasa seperti mimpi. Mulai timbul perasaan sedih bahwa saya harus meninggalkan keluarga saya dan mulai hidup sendiri di kota orang. Namun, hal tersebut tidak membuat rasa syukur saya menjadi hilang. Pesan untuk diri saya sendiri adalah dengan diterimanya saya di fakultas kedokteran, bukan berarti perjuangan saya berhenti di sini, justru ini adalah awal dari segalanya, masih banyak rintangan sulit di depan sana yang harus saya lewati dan masih banyak hal-hal menarik yang akan saya alami.

Jadi, nikmatilah dan syukurilah fase hidup yang sedang kamu jalani sekarang, niscaya suatu saat kamu akan merindukannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini