Pengalaman Berharga Saya Jadi Penjaga Rental Film. Dikomplain Pelanggan, Udah Biasa!

penjaga rental film

Setelah lulus SMA, kebanyakan teman-teman saya sibuk mencari perguruan tinggi untuk melanjutkan kuliah. Saat itu, saya juga ikut-ikutan sibuk mencari perguruan tinggi. Entah diterima atau tidak yang penting saya mendaftar. Tapi memang rezeki saya bukan untuk langsung kuliah. Awalnya saya kecewa, tapi saya harus legowo. Toh, kuliah kapan saja pasti bisa asalkan ada niat.

Advertisement

Beberapa bulan kemudian, setelah ijazah SMA keluar saya putuskan untuk melamar kerja. Beberapa pabrik yang saya kirim lamaran tidak kunjung memanggil. Hampir putus asa saya rasakan. Mau ngapain ya saya? Bingung sambil rebahan. Mau merantau, orang tua tidak merestui. Anak perawan jauh-jauh kerja di kota orang nanti hilang lho. Kata orang tua saya. Haduh. Bingung sambil rebahan lagi :(

Hingga pada akhirnya saya mendapat tawaran untuk jadi penjaga rental film. Tawaran itu datang dari anak teman ibu saya. Katanya rental film tersebut sedang membutuhkan penjaga tambahan. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung membuat lamaran dan datang menemui anak teman ibu saya untuk minta tolong diantar melamar kerja.

Sesampainya di tempat rental film, saya langsung menyerahkan lamaran kerja saya. Pemilik rental film itu adalah keturunan orang Tionghoa. Setelah tanya jawab alias wawancara, lamaran kerja saya ditolak. Beliau malah berkata, "Kayak di pabrik saja membuat lamaran kerja! Yang penting kalau mau kerja di sini, jujur dan rajin." Seketika saya langsung kaget dan deg-degan juga. Maklum baru pertama kali melamar kerja.

Advertisement

Keesokan harinya saya langsung berangkat kerja. Kerjanya itu dibagi menjadi tiga shift. Shift pagi, siang, dan malam. Berarti ada tiga penjaga rental di situ. Jam kerjanya pun tidak lama hanya 4-5 jam tergantung rental itu dalam keadaan ramai atau tidak. Setelah beberapa hari saya diajari oleh penjaga rental yang lebih senior, saya pun langsung tahu bagaimana cara kerjanya. Sebagai gambaran, semua penjaga rental itu adalah perempuan yang usianya di bawah 20 tahun. Masih unyu-unyu.

Menjadi penjaga rental film itu ada tantangannya sendiri. Saya diharuskan tahu film apa yang baru saja tayang di bioskop. Selain itu, saya harus membedakan genre film. Apakah itu film drama, action, horor, dewasa, anak, dan yang lainnya. Setelah saya tahu film itu termasuk genre apa, saya harus meletakkan wadah CD/DVD ke rak-rak yang sesuai dengan genre-nya. Agar mudah dilihat dan dipilih oleh para pelanggan.

Advertisement

Pernah suatu kali, ada pelanggan yang tanya, “Mbak, ada film horor terbaru tidak?”. Karena saya yang masih kagok, saya ambilkan saja film yang gambarnya kuntilanak. Keesokan harinya pelanggan itu datang sambil komplain, “Mbak, itu yang kemarin bukan film horor, tapi isinya adegan dewasa semua. Lah, siapa sih yang buat film horor tapi isinya begituan? Aneh. Saya hanya bisa nyengir, sambil memilihkan film horor yang benar-benar horor bukan posternya saja yang horor.

Itu masih mending, sering juga ada pelanggan yang tidak sungkan tanya film biru. Dan itu kebanyakan yang tanya adalah usia bapak-bapak. Saya yang masih polos ketika itu bingung. “Film biru? Film yang gambarnya biru? Atau film yang pemainnya memakai pakaian biru pak?” “Haduh, itu lho film yang anu.” Daripada saya bingung, saya langsung tanya bos saya. Bos saya langsung menjawab, “Bilang saja, maaf rental kami tidak menyediakan film biru.”

Karena jiwa marketing saya yang sedikit demi sedikit terasah, saya pun langsung menawarkan alternatif lain kepada pelanggan yang menanyakan ada tidaknya film biru. Saya beri saja film kuntilanak yang ternyata isinya film begituan, toh kalau saya jelaskan pasti mereka mau. Daripada tidak jadi sewa film. Bos saya rugi, saya tidak dapat bonus lagi. Ya kan?

Ada lagi yang tanya film berdasarkan pemainnya siapa. Ini sangat susah menurut saya. Biasanya sih yang mau nyewa film menyebutkan nama aktornya siapa. Pernah suatu kali karena memang saya tidak hafal filmnya apa dan aktornya siapa ada pelanggan yang marah dan bilang begini, “Bagaimana sih mbak masak jaga film tapi gak tau pemain film terkenal, itu kan aktor favorit saya”. Saya hanya nyengir lalu pura-pura sibuk bantuin cari film. Padahal memang saya tidak tahu aktor itu wajahnya seperti apa dan main film apa saja. Hahahahaha

Yang paling membingungkan saya adalah ketika ada pelanggan yang mau nyewa film tapi tidak tahu mau nonton film apa. Saya harus ngajak ngobrol orang itu agar setidaknya tahu genre film apa yang menjadi favoritnya. Setelah tahu genre filmnya, maka saya bisa pilihkan jenis film apa yang cocok dengan orang tersebut. Sekali lagi jangan sampai deh tertipu dengan poster film. Kadang menipu.

Ketika pelanggan sudah selesai memilih film yang mau ditonton, langkah selanjutnya adalah mengambil kaset CD/DVD filmnya. Saya harus benar-benar cek apakah wadah CD/DVD sesuai dengan kaset CD/DVDnya atau tidak. Tak jarang kaset CD/DVD tertukar dengan film lain. Belum lagi ketika film yang sedang asik ditonton tiba-tiba macet. Alamat kena komplain pelanggan deh. 

Dari beberapa tantangan di atas, ternyata pekerjaan jadi penjaga rental film itu bukan pekerjaan yang mudah. Kita harus tahu film yang sesuai dengan batasan usia. Kita juga setidaknya harus tahu sedikit tentang sinopsis film yang dipilih pelanggan. Tujuannya agar pelanggan tertarik dan datang lagi untuk menyewa film yang lain. Layaknya menjadi pengamat film profesional. Profesi penjadi penjaga rental film adalah pengalaman yang berharga yang pernah saya dapatkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jangan Bosan Jadi Orang Baik."

Editor

Not that millennial in digital era.