Aku menarik selimut yang melingkar di kakiku. Pagi ini rasanya dingin menusuk sampai ke tulang. Aku berniat hendak melanjutkan mimpiku hingga kudengar smartphoneku menyanyikan lagu favorit yang kubuat sebagai nada dering.
“Halo…” Aku mengangkat dengan malas tanpa melihat siapa yang menelepon, aku masih mengantuk.
“Kay… Jangan lupa ya siang ini datang kerumah” Nadine bicara tanpa basa-basi.
“Nad, do you know what time it is now? Are you kidding me?” rasanya tekanan darahku tiba-tiba naik begitu saja. Kulihat jam dinding masih menunjukkan pukul 05.15 WIB. Nadine memang terbiasa bangun lebih awal. Tapi hanya itu satu-satunya kebiasaan baik yang dia punya.
“Aku hanya mengingatkan sayang, soalnya kamu jadi koala kalau lagi libur begini. Intinya jangan lupa!!! Bye Kay cantik” Lagi-lagi tanpa basa-basi Nadine mengakhiri percakapan kami. Benar-benar rese!!
Rasa kantuk yang sedari tadi kujaga baik-baik agar aku bisa melanjutkan tidurku menghilang begitu saja ditelan panggilan Nadine. Aku bangun memutuskan untuk merapikan kamar tidur dan membersihkan rumahku yang (sangat) berantakan. Aku berdiri di depan cermin menatap wajahku memastikan apakah aku masih manusia atau sudah jadi Zombie. Hasilnya, aku sudah jadi Zombie.
Aku menatap layar handphoneku. Tidak ada apapun yang masuk, sms operator sekalipun. What’s going on? Sudah seminggu ini Jojo menghilang tanpa kabar. Aku berusaha menghubunginya keseluruh kontak yang dia punya termasuk mengirim pesan melalui media sosialnya tak satupun mendapatkan respon. Aku nyaris gila.
Hari ini aku memang berencana menghabiskan waktu di rumah Nadine. Tidak ada sesuatu yang spesial, tapi karena ini weekend aku memutuskan berkunjung ke rumah teman baikku itu, hitung-hitung mengalihkan perhatian dari Jojo. Ah… Jojo lagi, ke mana itu anak?
Aku berhenti sejenak di teras rumah Nadine menikmati segarnya bunga-bunga yang bermekaran. Ada Bakung merah menyala disudut pekarangan, bunga kesukaanku.
“Ngapain kamu bengong disitu Tante? Sini masuk!!” Nadine benar-benar mengagetkanku. Aku menatap dongkol pada sahabatku itu dan dia tersenyum tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ibu Nadine sudah menyiapkan makan siang untuk kami.
“Kay, are you okay? Kamu kok gak bersemangat gitu sih? Look at you now, kayak neneknya Zombie tau” Nadine membuka percakapan kami di meja makan. “Nad, kalau sampai besok Jojo gak bisa dihubungi juga, kayaknya aku mau putus aja deh. Sumpah Aku nggak ngerti sama sekali kenapa dia harus menghilang begini.
Kalaupun dia balikan lagi sama Kimmy, kan paling tidak dia harus kasitahu aku. Kenapa harus menghilang begini?” sahutku panjang lebar. Kurasakan kedua bola mataku tergenang dan aku berusaha menahan agar jangan sampai tumpah membasahi pipiku. Kali ini aku benar-benar ingin menyerah.
Aku dan Jojo sudah berpacaran selama lima tahun. Dua tahun pertama kita habiskan bersama-sama di Surabaya. Namun di tahun yang ketiga kami dipisahkan oleh jurang bernama jarak. Jojo di terima di sebuah perusahaan pertambangan di Papua dan aku tetap di Surabaya dengan pekerjaanku.
Untuk pertama kali aku sangat benci terhadap jarak. Bagaimana mungkin ia tega membuatku tak berdaya dihantam rindu berkepanjangan? Bagaimana bisa ia membuatku nyaris meledak karna harus menunggu dalam waktu yang cukup lama?
“Kay, kamu harus kuat ya sayang. Aku yakin kita bisa melewati ini bersama-sama. Aku percaya sama kamu dan kamu juga harus percaya sama aku ya” Jojo berusaha menguatkanku saat kami harus berpisah di bandara.
Jojo orang yang sangat dewasa, pembawaannya sangat tenang. Ia juga sangat pengertian dan tidak banyak menuntut. Itu mengapa aku sangat menyukainya. Berbeda dengan aku yang cenderung manja dan egois.
Namun, setahun belakangan ini hubungan kami mengalami guncangan. Kehadiran Kimmy, mantan pacar Jojo menjadi momok menakutkan yang membuatku teramat jengkel. Dia meneror hampir ke semua media sosialku. Bagaimana bisa dia mendesakku untuk meninggalkan Jojo di hubungan kami yang sudah memasuki tahun ke lima dengan alasan kalau Jojo masih mencintainya dan sering menghubunginya.
Aku bertengkar hebat dengan Jojo karena masalah ini. Aku sangat takut memikirkan kalau-kalau hubungan ini harus kandas di tengah jalan. Tidak akan semudah itu mengakhirinya dengan Jojo begitu saja terlebih setelah kita berkomitmen untuk lanjut ke tahap yang lebih serius.
Jojo berusaha menjelaskan dan meyakinkanku kalau Kimmy hanya memfitnah dia. “Untuk apa aku bertahan sejauh ini sama kamu kalau toh Aku hanya akan kembali pada masa laluku? Apa menurutmu aku semudah itu Kay?” Jojo menatapku dalam-dalam saat mengatakannya. Ia rela terbang dari Papua ke Surabaya hanya untuk menyelesaikan masalah ini.
“Kay, kamu harus kuat sayang. Kita harus sama-sama berjuang untuk hubungan ini. Aku tidak mungkin memulai denganmu kalau aku belum mengakhirinya dengan Kimmy. Dia hanya masa lalu.” Jojo berhasil meyakinkanku saat itu.
Tapi kini, di meja makan Nadine, aku duduk tak berdaya meratapi hilangnya Jojo tanpa kabar apapun. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, Nadine tidak bisa membantu banyak meski ia sepupunya Jojo.
“Hei.. Kayla, itu makanan mau dianggurin sampe besok?” Nadine memecah lamunanku. Aku tak menghabiskan makananku. Tiba-tiba aku merasa ngantuk “Nad, aku tidur ya. Mager ih..” Kataku sambil berjalan lunglai ke kamar Nadine. “Astaga kamu datang ke sini cuma mau tidur doang? Dasar.. Yaudah sana tidur.” Nadine melanjutkan makan siangnya dengan santai.
Aku memutar gagang pintu dan ternyata pintunya terkunci. Aku nyaris berteriak memanggil Nadine sampai tiba-tiba kudengar bunyi klik dari dalam. Aku heran karena yang kutahu Nadine hanya tinggal berdua dengan ibunya dan sedari tadi pun Nadine tidak berbicara apa-apa.
Perlahan pintu mulai terbuka dan aku terpaku seketika melihat orang yang berdiri dihadapanku. Rasanya aku ingin pingsan namun aku hanya terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Ia tersenyum, manis sekali. Ia membentangkan kedua tangannya dan tertawa. Aku melangkah maju terseret-seret, air mataku tiba-tiba berjatuhan begitu saja.
Bukannya memeluknya, aku memukul dadanya sekuat tenaga namun kurasakan tanganku tak berdaya. Aku menangis menjadi-jadi. Dan dia pun memelukku dengan lembut. Jojo.
Pelukan itu masih sehangat yang dulu. Aku menyadari satu hal, Jojo tidak akan meninggalkanku. “Maafkan aku sayang, kalau kejutanku sedikit keterlaluan. Selamat ulang tahun ya Kay. I love you more than three thousand” bisiknya di telingaku. Sembari memelukku ia menyematkan liontin kecil di leherku.
Astaga, aku bahkan sampai lupa kalau ini hari ulang tahunku. Air mataku tumpah ruah tak bisa berhenti. Nadine hanya tersenyum menatap kami berdua dari meja makan tanpa rasa berdosa. Ingin rasanya aku menenggelamkan anak itu.
Aku salah paham. Ternyata Tuhan tidak membiarkan penantianku berhenti sampai disini. Aku menunggu, dan kau pulang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”