Kuakui kali ini aku kecolongan, bagaimana bisa aku kehilangan dua kesempatan sekaligus dalam waktu yang sama hanya karena kupikir kamu kembali untuk memperbaiki hubungan kita.
Aku terlena dengan sikapmu yang manis seperti biasanya yang kemudian menyadarkanku bahwa itu hanya akal bulusmu saja. Dan bodohnya aku selalu saja percaya dan kemudian kecewa lagi karena ketidakkonsistenanmu dalam hubungan kita. Bagimu mungkin aku hanya mainan ketika kamu bosan dan akan pergi tanpa penjelasan ketika menemukan mainan baru yang lebih seru.
Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah menangis layaknya orang bodoh yang menyesali kebodohannya. Dua pekerjaan besar yang mungkin akan mengubah jalan hidupku telah aku tinggalkan sedangkan lelaki yang kemarin masih aku perjuangkan juga telah pergi lagi seperti yang sebelumnya. Padahal selama ini aku selalu menantinya kembali dan memaafkan segala kesalahan apapun yang pernah diperbuat.
“Maafkan aku, mungkin aku bukan yang terbaik untukmu,” ucapnya sebelum pergi. Hal yang sama juga dikatakan ketika memutuskan pergi di waktu yang lalu dan aku dengan bodohnya masih saja percaya pada ucapannya hanya karena dia meminta maaf disaat ingin kembali.
Ya, katakan saja aku manusia paling bodoh sedunia karena pada kenyataannya memang begitu adanya. Aku begitu bodoh hingga membiarkan dia memperlakukan aku sesuka hatinya. Namun jika kalian pernah jatuh cinta sedalam yang aku rasakan kalian tentu akan paham kenapa aku mau saja dipermainkannya.
Bagiku ada banyak alasan ketika akhirnya memilih bertahan dalam rasa sakit yang datang bertubi-tubi ini. Bagiku dia juga alasan kenapa hari ini aku masih bisa berdiri tegak setelah sekian lama berkubang dalam jurang masa lalu.
Aku begitu bodoh hingga membiarkan dia memperlakukan aku sesuka hatinya. Namun jika kalian pernah jatuh cinta sedalam yang aku rasakan kalian tentu akan paham kenapa aku mau saja dipermainkannya.'
Bagiku dia istimewa dengan semua kekurangannya. Dia hadir pertama kali dalam hidupku disaat aku sedang benar-benar berada di titik terendah. Disaat semua orang menganggapku sampah dia datang bak pahlawan berkuda putih menyelamatkan aku dari keterpurukan. Dia datang dengan pesonanya dan menganggap diriku istimewa dimatanya.
Dia membuka mataku bahwasanya aku bisa lebih hebat dari seonggok sampah yang sering dinisbatkan padaku oleh orang-orang terdekat. Secara perlahan dia kembalikan kehidupan normalku dan menanamkan rasa percaya diri yang tinggi dalam hidupku. Sampai pada titik aku akhirnya bisa mengangkat dagu dan menatap tajam siapapun yang memandangku rendah.
Tapi lagi-lagi dia hanyalah lelaki dengan segala kekurangannya. Dibalik semua keistimewaan yang dimilikinya dia adalah lelaki yang tidak bisa berkomitmen. Dia mudah jatuh cinta dan mudah juga bosan pada pasangannya. Begitu juga yang akhirnya terjadi dalam hubungan kami. Dia pergi disaat seluruh cintaku kuserahkan pada hatinya. Dia pergi hanya dengan satu alasan konyol yang barangkali tidak ada yang bisa pahami. Dan aku selalu bisa.
“Aku tidak bisa menolak pesonanya, maafkan aku!” ujarnya sore itu ketika akhirnya aku mendapati dia sedang menjalin hubungan dengan wanita lain selain aku. Dia jujur padaku seperti biasanya kala itu. Namun kejujurannya membawa rasa sakit yang dalam bagi hatiku kali ini karena ini adalah yang kesekian kalinya dia membiarkan aku tersungkur dalam penantian panjangku.
“Pergilah. Aku bahagia asal kamu bahagia,” ucapku. Hanya itu yang bisa kukatakan.
Dia dengan mata polosnya akhirnya meninggalkanku dalam rasa sakit yang tidak bisa lagi kujabarkan. Ibaratnya layangan, taliku putus disaat sudah mencapai puncak yang tertinggi. Namun aku selalu mencoba maklum jika itu berkaitan dengannya. Barangkali dia tidak bahagia denganku atau bisa jadi aku belum menjadi pasangan yang baik baginya.
Sama halnya ketika dia datang kembali dulu, aku menerimanya dengan tangan terbuka tanpa mengingat lagi kenangan buruk yang telah ia torehkan. Bagiku kata maaf dari mulutnya adalah kata kunci menerima kembali dirinya. Dan mungkin baginya aku adalah tempat pulang ketika ketika mainan barunya tidak lagi seseru awal mereka jadian. Kemudian hal yang sama terus berulang sampai hari ini.
Dia kembali datang dan pergi ke dalam hidupku sesuka hatinya. Dan baru sekarang aku merasa lelah dengan sikapnya. Aku ingin lepas dari sangkar ini dan menemukan ruang lain untuk bernapas. Kuakui aku telah mendapat banyak darinya tetapi tidak bisa kupungkiri, aku juga kehilangan banyak.
“Kuharap kali ini kamu menemukan mainan baru yang selalu seru dan tidak mendatangkan rasa bosan. Karena jika tidak, aku tidak bisa lagi membuka pintu ketika kamu datang kembali,” sebaris pesan itu kukirim padanya. Ada rasa lega dan sesak yang muncul bersamaan di dadaku setelah mengatakan hal itu.
Disatu sisi aku menyesal dan ingin menarik kembali pesan itu namun sayang disana terlihat sudah contreng biru yang artinya dia sudah membacanya. Di sisi yang lain aku lega karena akhirnya aku bisa lepas dari pelariannya selama ini dan kini saatnya aku mengejar mimpiku sendiri.
“Terima kasih sudah mengajariku banyak hal, aku belajar banyak darimu. Termasuk ketegaran yang kudapat dari permainan hatimu yang membuat tangisku jatuh berderai. Bagaimanapun keadaannya kamu tetaplah pahlawan berkuda putihku yang telah menarikku dari jurang kehancuran. Aku pamit dan takkan kembali,” kulanjutkan pesan berikutnya setelah melihat dia mencoba menghubungiku.
Aku tidak akan goyah kali ini karena penantian panjangku selama ini telah berakhir. Kulirik arloji dan menyadari waktunya berangkat telah tiba. Kuharap di belahan bumi lain nun jauh di ujung negeri sana kutemukan kebahagiaan sejati yang tidak lagi datang dan pergi sesuka hatinya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”