Pemersatu Bangsa itu Bernama Bulutangkis


Badminton di mana-mana, di kampung jeung di kota.


Advertisement

Sepenggal lirik awalan dari lagu Badminton yang sering menjadi celetukan khas ketika kata badminton disebutkan.

Lagu yang saya ingat sekali ada di buku lagu untuk pelajaran SD kelas 4 hingga kelas 6 SD.

Badminton di era pandemi ini sungguh menjadi sebuah olahraga yang menurut saya telat mendapatkan respon yang baik dari pihak penyelenggara.

Advertisement

Memang di tahun 2020 tepatnya Maret lalu, pandemi menghantam semua sektor. Termasuk olahraga. Baik di dalam negeri maupun luar negeri semuanya terkena dampak.

Sepak bola, balap motor, balap mobil, dan semua olahraga yang memicu kerumunan massa hingga kontak fisik yang sangat dekat ditiadakan.

Advertisement

Namun perlahan-lahan setelah vaksin mulai digulirkan, kegiatan olahraga berangsur pulih dan mulai mengundang banyak massa dan sampai detik ini perhelatan seperti Piala Dunia, bahkan hingga ke Olimpiade di Tokyo berjalan dengan lancar meski ada beberapa penolakan.

Mungkin pecinta badminton beberapa waktu lalu sempat geram dengan kabar bahwa tim Indonesia tidak bisa berlaga di ajang All England 2021 dikarenakan tim Indonesia satu pesawat dengan penumpang—atau pemain—yang terindikasi positif Covid-19.

Padahal tim Indonesia semuanya sudah dobel vaksin dan juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Bola salju semakin besar. Kasus kepalang liar dan memantik semua elemen pecinta bulutangkis di Indonesia. Pengamat, warga Indonesia, istri para pemain bulutangkis, bahkan pemain dari negara lain menjadi sasaran amukan viral warganet asal Indonesia.

Disitu saya tidak habis pikir. Saya bingung dan masih mempertanyakan kejelasan kasus ini. Apakah benar-benar sudah selesai? atau diselesaikan secara Indonesia banget? Alias diselesaikan secara kekeluargaan ditemani teh manis hangat?

Beberapa turnamen telah dilalui setelah pil pahit All England 2021 yang nirgelar dan prestasi. Cuitan dari para pakar yang memandang bahwa pemain Indonesia setelah All England tersebut adalah kurangnya kompetisi.

Seakan-akan menegaskan bahwa pemain Indonesia memang tidak dapat menunjukkan performa terbaiknya di 6 bulan pertama kalender olahraga bulutangkis.

Tapi itu semua berbalik ketika menjumpai Piala Sudirman dan juga Piala Thomas dan Piala Uber. Di Piala Sudirman mungkin dewi fortuna belum memayungi tim Indonesia. Namun beda kondisinya dengan apa yang dialami oleh tim Indonesia di ajang Piala Thomas.

Ada bibit-bibit keyakinan dalam diri saya entah kenapa menyaksikan permainan dan juga peluang dari tim Thomas Indonesia.

Mengapa? karena ada beberapa keunggulan Indonesia di beberapa sektor. Sektor ganda putra bagi saya—dan mungkin bagi anda—adalah penyumbang poin penting jika tunggal putra Indonesia gagal menyumbangkan poin.

Saya tahu racikan pelatih sudah sangat apik dan terbaik. Ketika bertemu dengan Taiwan, kemudian Denmark, dan di final mengalahkan Cina dengan skor telak 3-0 adalah sebuah bukti bahwa keyakinan saya memang benar adanya.

Dalam hati saya Indonesia harus mengambil keuntungan dari tidak dimainkan dan diangkutnya pemain-pemain penting dari Cina. Karena yang saya lihat memang Cina hanya membawa banyak pemain muda.

Piala Thomas kemarin adalah pelipur lara dan pemecah dahaga. Jujur saya menangis. Menangis ketika Jonathan Christie menjadi penentu kemenangan, terharu ketika tim Thomas Indonesia merayakan bersama-sama, di masa-masa sulit seperti ini.

Tidak ada pengalihan bahwa negeri ini banyak carut marutnya. Tapi sebuah kemenangan dari olahraga yang populer di Tanah Air ini bisa jadi adalah tombol pause, sejenak. Melupakan apa yang banyak terjadi di Indonesia

Sekarang mari kita dukung lagi tim Indonesia di gelaran Indonesia Badminton Festival yang berlangsung di Bali. Mungkin kemenangan dan kekalahan akan selalu menghiasi setiap pertandingan.

Pro-kontra akan selalu ada. Suka dan tidak suka seringnya badminton menjadi helaan nafas ketika kita ingat bahwa negeri ini masih terus dan selalu berkembang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini