Hayoo di sini siapa yang setuju bahwa masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidup kita. Terlebih lagi pada masa-masa SMA. Pada masa ini banyak pengalaman-pengalaman yang berkesan. Mulai dari drama teman satu geng, solid nya pertemanan sampai pada pengalaman jatuh cinta. Kenakalan dalam masa remaja juga tidak luput ikut serta mewarnai masa menyenangkan ini seperti bolos kelas, pergi ke kantin saat tengah pelajaran atau yang cukup ekstrem seperti tawuran pelajar atau meminum minuman keras.

Advertisement

Kenakalan-kenakalan tersebut dapat terjadi dikarenakan emosi yang belum stabil. Banyak sekali lika-liku yang dihadapi baik dari faktor internal yang datang dari dalam diri kita sendiri, ataupun yang datang dari faktor eksternal. Tidak hanya hal yang menyenangkan saja, hal yang pahit pun dapat kita rasakan pada masa-masa ini. Contoh faktor eksternal seperti adanya masalah dalam keluarga atau lingkungan pertemanan yang kurang baik. Namun segala cerita di masa remaja akan menjadi kisah yang berharga.

Selain faktor eksternal ada juga faktor yang datang dari dalam atau faktor internal. Contoh hal-hal yang datang dari faktor internal adalah pada saat kita mengalami krisis identitas ataupun kita belum mampu untuk mengontrol diri kita sendiri. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kaum remaja masih memiliki emosi yang tidak stabil. Pada masa ini pula kita masih berada pada fase pencarian jati diri dan berada pada masa-masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Terkadang tanpa kita sadari kita melakukan segala cara agar dapat diakui dalam sebuah pertemanan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kita tidak menjadi diri kita sendiri. Anak remaja pada umumnya masih sering juga mengalami krisis komitmen atau biasa kita kenal dengan sebutan labil. Pada masa remaja kita dituntut untuk sudah mulai bisa mengontrol emosi kita terlebih lagi dalam menyelesaikan suatu konflik atau masalah.

Advertisement

Maka dari itu salah satu cara agar kita dapat mengontrol emosi kita diperlukan kemampuan dalam berpikir kritis. Namun, memang tidak dapat dipungkiri sering kali anak remaja sulit untuk mengalahkan ego yang terdapat pada dirinya. Ego tersebut yang terkadang membuat hati dan pikiran tidak berjalan seiringan. Hal ini merupakan hal yang wajar terjadi pada kalangan remaja karena peristiwa tersebut bagian dari eksplorasi jati diri mereka.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa banyak dari remaja merasa tidak percaya diri sehingga mereka harus menampilkan profil lain dengan kelompoknya walaupun pada kenyataan nya tindakan yang mereka lakukan bertentangan dengan diri mereka sendiri dari ego yang belum dapat terkontrol atau dari pandangan masyarakat menilai dirinya. Hal ini berhubungan dengan salah satu dari komunikasi interpersonal yaitu adalah Konsep diri.

Advertisement

Konsep diri adalah penilaian terhadap diri kita sendiri dan dapat muncul dengan berinteraksi dengan orang lain. Eksplorasi jati diri pada remaja terjadi pada remaja karena belum mengenal dirinya secara mendalam. Ditambah lagi pada masa remaja kita banyak bertemu orang baru sehingga interaksi sosial sering terjadi. Dalam interaksi sosial yang terjadi terdapat banya penilaian-penilaian yang dilontarkan oleh lawan bicara kita baik secara langsung atau tidak langsung.

Contohnya apabila seorang guru atau teman sekolah kita mengatakan secara terus-menerus kepada kita bahwa kita adalah anak yang tidak pintar atau nakal maka seiring berjalannya waktu kita akan menanamkan gambaran tersebut dalam diri kita yang pada akhirnya akan menjadi sebuah konsep diri. Hal tersebut akan membuat kita bertindak sebagai mana yang telah digambarkan orang lain. Selain dari faktor lingkungan sekolah seperti yang sudah disebutkan, banyak faktor lingkungan lain yaitu, keluarga yang merupakan agen pertama terutama dalam pembentukan sebuah konsep diri khususnya dalam pembentukan konsep diri antara perempuan dan laki-laki yang berbeda. Pembentukan konsep diri laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Sedangkan konsep diri perempuan terbentuk dari bentuk keadaan fisik dan popularitasnya.

Konsep diri merupakan peran yang sangat pentingdalam menentukan perilaku seorang individu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa orang tua adalah agen utama dari pembentukan konsep diri seorang anak. Hurlock membagi konsep diri jadi empat bagian yaitu ada konsep diri dasar, yang kedua ada konsep diri sementara, yang ketiga ada konsep diri sosial, dan yang terakhir konsep diri ideal. Konsep diri dasar meliputi seputar penampilan kemampuan serta peran status dalam kehidupan.

Konsep diri sementara adalah konsep diri yang bersifat sesaat. Konsep ini dapat berbeda menyesuaikan tempat dan situasinya. Konsep diri sosial adalah konsep diri yang timbul melalui persepsi orang lain terhadap diri kita. Konsep diri ideal adalah konsep diri yang diharapkan atau yang ingin dimiliki dari seseorang yang terbentuk dari persepsi dan keyakinan orang tersebut. Dari penjelasan mengenai konsep diri diatas perlu kita ketahui bahwa peranan dari orang tua sangatlah penting dalam membantu anak melakukan eksplorasi jati diri dan membangun konsep diri.

Dalam hal ini gaya kelekatan antara orang tua dan anak akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seorang anak. Terdapat beberapa jenis gaya kelekatan yaitu gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan meremehkan, dan yang terakhir gaya kelekatan takut. Orang tua dalam gaya kelekatan aman cenderung penuh perhatian dan kasih sayang, maka dari itu Gaya kelekatan aman dapat menimbulkan pandangan diri dan pandangan orang lain yang positif.

Gaya kelekatan cemas akan menimbulkan pandangan yang negatif pada diri sendiri namun pandangan positif timbul dari orang lain. Gaya kelekatan meremehkan menimbulkan pandangan diri sendiri yang positif namun pandangan orang lain yang negatif. Pasalnya orang tua tidak memiliki kepercayaan kepada anak cenderung meremehkan sehingga anak menjadi ragu ketika dirinya ingin bertindak. Gaya kelekatan takut menimbulkan pandangan yang negatif baik dari orang tua maupun dirinya sendiri. Pada gaya kelekatan ini orang tua memberikan rasa tidak aman atau rasa takut pada sang anak sehingga anak tidak memiliki rasa kepercayaan diri.

Pembentukan konsep diri sangatlah penting bagi seorang anak. Hal ini dikarenakan konsep diri dapat berperan sebagai penentu kita dalam berperilaku. Selain itu, konsep diri juga ikut andil dalam proses aktualisasi diri, dimana hal ini kerap terjadi pada remaja. Hurlock (1990) mengatakan bahwa konsep diri akan berpengaruh pada berbagai sifat seseorang, hal ini dikarenakan konsep diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang. Konsep diri juga terbentuk melalui orangtua kita. Apabila orangtua memberikan perilaku positif kepada anak, maka hal ini akan menimbulkan sifat positif pula pada anak, begitupun sebaliknya. Untuk itu melalui penjelasan ini, hendaklah kita dapat mengenal konsep diri lebih dalam sehingga kita dapat mengontrol diri kita dari faktor-faktor yang dapat membentuk konsep diri.

Sumber: Wood, Julia. T (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini