Pandemi Covid-19 telah banyak memberi dampak bagi seluruh sektor kehidupan manusia tak terkecuali dunia pendidikan. Sudah dua tahun lebih sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan yang disebabkan adanya pandemi Covid-19. Sebagai antisipasi penularan Covid-19 agar tidak meluas dan lebih mudah dikendalikan.Â
Polemik ingin mengakhiri pembelajaran secara online sebenarnya sudah bermunculan pada pertengahan 2020, di mana saat itu kasus Covid-19 menurun. Akan tetapi hingga saat ini (07/2022), sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia masih melakukan sistem Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ.
Berdasarkan survei yang dilakukan Kemendikbud sebesar 90 % mahasiswa lebih memilih pembelajaran secara tatap muka. Adapun Survei tersebut dilakukan pada 230 ribu mahasiswa yang tersebar di 32 provinsi, pada akhir Maret 2020. Mahasiswa responden dari tahun masuk kuliah 2015 hingga 2019.
Buruknya jaringan internet mulai dari tidak stabil hingga kurang merata, menjadi alasan utama pembelajaran secara online tidak disukai mahasiswa. Kurangnya interaksi saat proses belajar juga dinilai tak membuat nyaman dan mengurangi motivasi belajar. Meskipun sudah menggunakan aplikasi berbasis video agar semirip mungkin dengan suasana di kelas tetap saja unsur sosial yang terbentuk tak seperti saat pembelajaran tatap muka.
Selain dari faktor infrastruktur pendukung salah satu unsur yang menjadikan pembelajaran online menjadi beban adalah kesehatan mental para mahasiswa. Banyak ditemukan rasa stres dan kecemasan pada mahasiswa ketika melakukan pembelajaran online.
Perasaan seperti itu kian meningkat terutama pada mahasiswa yang sudah memasuki semester akhir. Faktor akademik berpartisipasi menyumbangkan potensi stres, misalnya karena perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas perkuliahan, target pencapaian nilai, serta prestasi akademik.
Hasil riset berjudul Gambaran Psikologis Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19 yang termuat di Jurnal Keperawatan Jiwa (Agustus, 2020) terbitan Universitas Muhammadiyah Semarang, memperlihatkan dampak pembelajaran online pada psikologis mahasiswa. Dengan sampel 190 mahasiswa, hasil penelitian itu menunjukkan 41,58% responden mengalami kecemasan ringan dan 16,84% merasakan kecemasan sedang akibat pembelajaran online.
Mayoritas mahasiswa merasa stres ketika mendapat tugas yang terlalu banyak atau deadline tugas satu dengan lain saling berdekatan. Terbatasnya mobilitas mahasiswa menjadikan mereka harus mengerjakan tugas perkuliahan secara mandiri.
Hal itu tentu berbeda ketika mereka pembelajaran secara offline, di mana bisa melakukan kerja kelompok agar meringankan tugas tersebut. Faktor lain yaitu rasa bosan karena tidak bisa bertemu dan berinteraksi dengan teman menjadikan pikiran sering lelah dan cemas.
Meskipun terdapat beberapa kemudahan akibat pembelajaran online seperti dalam segi praktikum yang dipermudah nyatanya mahasiswa justru merasa tidak mendapat ilmu apa – apa. Selain itu mahasiswa juga sering tidak fokus dan kurang mendapat pengetahuan baru selama pembelajaran online.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”