Teruntuk kamu yang pernah melihat pelangi yang sangat indah, setelah hujan deras yang dibalut resah, apa yang terlintas di pikiranmu? Di balik kesedihan ternyata ada kebahagiaan? Sebenarnya itu hanyalah sebenar-benarnya pembenaran, karena nyatanya di saat kita berada di dunia malam yang berpelangikan lampu-lampu yang benderang temaram, di sana hanya ada sebuah penyesalan yang mendalam.
Teruntuk kamu yang masih berada di dunia malam, segeralah pergi, pelangi yang kamu cari tak akan kamu temukan di sana, warna-warna yang memenuhi ruang malam itu, hanyalah warna-warna semu, memudar, lalu menghilang di saat mentari pagi menjelang, lalu yang kamu dapat hanya lelah, rapuh dan kosong, karena hati mu telah mengeras, karena malam-malam mu hanya di hiasi dinginnya udara ruang itu.
Membeku, hingga perhatian dari orang-orang di sekitarmu, kamu balas dengan amarah yang menggebu, kamu balas dengan acuh, bahkan kamu memaki diri mu sendiri, karena pelangi yang ada di kepalamu tak pernah kamu temui, berhari-hari, berminggu-minggu dan bertahun-tahun hanya sementara yang selalu kamu dapatkan. Berulang kali kakimu terhenti karena arahmu untuk ke tujuan selalu berganti-ganti, luka yang selalu kamu balut dengan luka, menghiasi setiap langkah kakimu.
Lalu di suatu malam kamu berdiam di pojok ruang kamarmu, dengan segelas kopi dan berbatang rokok, kamu mulai berdialog dengan dirimu sendiri, kamu bertanya "sebenarnya apa yang terjadi denganku Kenapa rasanya sesakit ini?" Karena kamu kehilangan orang-orang yang dulu selalu memberikan perhatiannya untukmu, kini mereka semua menghilang, tak ada lagi di dalam radarmu, tak ada lagi di sekitarmu.
Terkadang memang begitu, kita akan merasa hal itu sangat berharga di saat hal itu sudah tak lagi ada, itulah yang sering di sebut penyesalan. Sekarang dunia malam itu sudah tak lagi menyenangkan, karena kamu baru tersadar ternyata dunia yang selama ini kamu anggap sebagai dunia yang penuh dengan kebahagian ternyata hanya sementara.
Dan kini, jiwa dan ragamu benar-benar kosong, pelangi itu hanyalah sebuah khayal, karena hujan yang terus menerus membahasi tubuhmu, tak kunjung reda semakin deras mendera setiap sisi di dalam hatimu. Hangat tak lagi kamu rasakan, mentari pun enggan memberikan sinarnya, kamu terlalu dalam bermain dengan malam, hingga kegelapan yang menerangi ruang di hatimu.
Lalu, ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangmu, dagu yang terpangku di bahumu, dan bisikkan lembut di telinganmu "kamu sudah terlalu lama bermain dengan hujan di malam hari, bolehkah aku memelukmu seperti pelangi yang selama ini kamu cari?". Kamu pun hanya tersenyum, lalu berkata "apa pelukmu pantas untukku?" "aku sudah pernah bercumbu dengan dinginnya hujan di malam hari, aku pernah memeluk berkali-kali dengan angin malam, apa aku pantas untukmu?".
Pelukmu semakin erat, lalu kamu membalas "bukannya itu tugas ku sebagai pelangi? Mewarnai hidupmu yang gelap, dengan warna-warna terang yang aku punya? Bagaimana kalau kita saling memantaskan diri? Agar kita bisa melanjutkan semua ini dengan tujuan melakukan sebuah ibadah dari agama kita, yaitu menikah". Kini kamu membalas peluknya lalu berkata:
terima kasih sudah mau memelukku sebagai pelangi…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”